Hukuman Untuk Raina

1K 6 0
                                    

Keesokan harinya.
Ayaka berada di mobil Rendy yang melaju menuju sekolah. Rendy sengaja mengantar Ayaka dan membawa pengacaranya untuk menggugat Raina beserta kedua temannya yang merundung Ayaka.

Rendy memberhentikan mobil tepat di parkiran sekolah. Ia keluar dan membukakan pintu untuk Ayaka.

Ayaka keluar dan berjalan dengan elegan, Rendy mengikutinya sambil menggenggam tangan Ayaka.

Seketika mereka menjadi pusat perhatian. Banyak para murid yang bertanya-tanya tentang status hubungan Ayaka dengan Rehan. Namun, Ayaka tidak menggubris pertanyaan itu dan terus melangkah menuju ruang kepala sekolah.

Ayaka dan Rendy memasuki ruang kepala sekolah, mereka duduk di kursi yang berhadapan dengan kepala sekolah serta komite sekolah.

"Selamat pagi, Pak Rendy." Komite sekolah menyapa dengan ramah dan Rendy hanya mengangguk kecil.

"Saya minta maaf sebesar-besarnya atas tindakan pembullyan yang dilakukan oleh ketiga siswi saya kepada Ayaka," tutur komite sekolah.

"Saya mau ketemu sama mereka!" seru Rendy dengan tegas.

"Sabar, Pak. Mereka sedang berjalan ke sini," timpal kepala sekolah.

Tok, tok, tok.

Terdengar suara ketukan pintu dari luar. Setelah komite mengizinkan masuk, pintu terbuka dan tampak Raina bersama kedua temannya.

"Silakan duduk," titah kepala sekolah.

Raina bersama kedua temannya duduk di sampingku. Dia memberi tatapan tajam, aku hanya diam dan melontarkan senyuman seringai.

"Ada apa ya, Pak?" tanya Raina pura-pura tidak tahu apa-apa.

"Saya menyuruh kamu ke sini untuk meminta pertanggung jawaban kalian atas tindakan pembullyan yang kalian lakukan terhadap Ayaka," jawab komite sekolah.

"Ha? Pembullyan? Kami enggak pernah lakukan pembullyan. Lagian buat apa kita bully Ayaka? Kita kan teman sekelas," bantah Raina.

"Lo masih mau ngelak? Jelas-jelas ada rekaman CCTV. Minimal kalo mau lakuin sesuatu, cek kondisi dulu. Dasar bocah! Otak setengah sok-sokan jadi pembully," cemooh Rendy.

Rendy melirik Raina sambil tersenyum kecut, sedangkan Raina hanya bisa membisu. Ia tidak mungkin mengelak karena wajahnya terpampang jelas di rekaman CCTV.

"Maafin kami, Pak. Kami cuman disuruh Raina buat bully Ayaka. Kami enggak ada niatan untuk mencelakai Ayaka," ucap kedua temannya sambil memohon kepada komite sekolah.

"Jangan minta maaf ke saya! Kalian minta maaf ke Ayaka karena Ayaka yang dirugikan," sahut komite sambil memandang Ayaka.

Tiba-tiba kedua siswi berjongkok di hadapan Ayaka, kemudian mereka bersujud di kaki Ayaka.

"Tolong maafin kita. Kita cuman disuruh sama Raina," ucap mereka.

"Apa-apaan kalian? Kenapa kalian nyalahin gue? Kalian bilang benci sama Ayaka tapi giliran di depannya baik banget," ucap Raina kesal.

"Lo itu munafik, Na! Lo terobsesi buat dapetin hati Rehan karena lo benci sama Ayaka dan lo berambisi buat rebut kebahagiaan Ayaka!" seru temannya bernama Aulia.

Raina terdiam, ia menatap Ayaka dengan wajah sinis. Tiba-tiba Raina menjambak rambut Ayaka dan mencekik lehernya. Seketika Ayaka menggigit tangan Rehan dan menjambak balik rambut Raina.

"Ini gara-gara lo! Seandainya lo ngalah dan kasih Rehan ke gue, pasti gue ngga bakal ganggu hidup lo!" seru Raina sambil menjerit.

"Gara-gara gue? Jelas-jelas lo yang salah! Gue udah kasih Rehan ke lo tapi dia yang enggak mau sama lo!" tegas Ayaka tidak terima.

"Halah basi! Lo emang murahan! Buktinya Ayah tiri lo aja dipacari juga," ucap Raina.

"Sembarangan ya kamu!"

Ayaka semakin menarik rambut Raina membuat Raina menjerit kesakitan. Rendy beserta orang-orang yang berada di ruangan tersebut berusaha melerai keributan Raina dan Ayaka. Namun, usaha mereka tidak berhasil dan perkelahian itu semakin membludak.

"Lo harus mati!" teriak Raina.

Tiba-tiba Raina mengambil gunting dan hendak menusuk Ayaka menggunakan gunting tersebut. Rendy menahan gunting yang hendak menusuk bola mata Ayaka.

"Oh, jadi lo mau lukain Ayaka?" tanya Rendy sambil mencengkeram pergelangan tangan Raina.

"Lepasin!" teriak Raina.

"Lepasin? Orang kayak lo enggak pantas di sini! Lo jelek, murahan dan suka merendahkan sesama cewek cuma demi menarik perhatian."

Rendy merampas gunting dari genggaman Raina, kemudian Rendy mematahkannya menjadi dua.

"Ini baru gunting yang gue patahin. Kalo lo sakiti Ayaka sekali lagi, gue patahin tangan lo!" ancam Rendy.

Raina menunduk dan memalingkan tatapannya dari Rendy. Raina melihat ke komite sekolah yang juga mati kutu saat di hadapan Rendy.

"Kalian bertiga saya skors selama tujuh hari!" ungkap komite sekolah.

"Tapi, Pak-"

"Enggak ada tapi-tapian. Kalo kamu enggak setuju, silakan keluar dari sekolah!" tegas komite.

Raina pun terdiam. Ia tidak mungkin keluar dari sekolah sebab ujian kelulusan sudah di depan mata dan tidak ada sekolah yang menerima murid pindahan kelas dua belas, kecuali jika mengulang kelas.

"Silakan pergi," titah Komite masih memasang wajah datar.

Raina beranjak dari duduk dan keluar ruangan, sedangkan kedua temannya ikut keluar bersama Raina yang masih terbakar emosi.

Terjebak Gairah Ayah TiriWhere stories live. Discover now