Pernikahan Mantan

411 3 0
                                    

Dua hari kemudian, Ayaka memoles wajah menggunakan perlengkapan makeup. Ia dan Rendy akan datang ke acara pernikahan Natasya yang dilaksanakan hari ini.

Ayaka memakai baju kebaya yang memiliki motif serupa seperti Lisa. Mereka sengaja menggunakan baju couple untuk menunjukkan keharmonisan keluarga Yokohama. Setelah merias wajah, Ayaka bangkit dan berjalan keluar kamar. Ayaka menuju tangga, lalu menuruninya.

Sesampainya di lantai satu, Ayaka melihat Rendy tengah duduk di sofa ruang tamu. Rendy mengenakan baju batik berwarna coklat dan Rendy terlihat sangat tampan dengan style rambut pompadour terbarunya.

“Kak Ren,” panggil Ayaka.

Rendy menoleh, melihat Ayaka yang berdiri di bawah anak tangga. Rendy tercengang karena kagum dengan kecantikan Ayaka yang begitu cocok menggunakan kebaya.

“Kak Ren.” Ayaka kembali memanggil, membuyarkan lamunan Rendy.

“Apa cantik?” tanya Rendy.

“Kamu bengong saja. Lagi mikirin apa sih?” tanya Ayaka bingung.

“Enggak mikirin apa-apa. Aku cuman kagum sama kecantikan kamu,” ungkap Rendy jujur.

“Apa sih, gombal!” seru Ayaka tidak percaya.

“Aku serius, sayang.” Rendy tersenyum, beranjak dari sofa dan mendekati Ayaka. Rendy berdiri di samping Ayaka, meraih tangan Ayaka dan menggenggamnya.

“Ayo kita pergi,” ajak Rendy.

Ayaka dan Rendy melangkah keluar. Mereka masuk ke mobil dan duduk di kursi belakang. Tidak lama, Lisa dan Yokohama pun duduk di kursi depan. Yokohama menyalakan dan menjalankan mobilnya.

Setelah dua jam menempuh perjalanan akhirnya keluarga Yokohama sampai di depan sebuah gedung yang menjadi saksi pernikahan Natasya dan Galang.

Rendy dan Ayaka keluar mobil dan berjalan memasuki gedung yang begitu besar. Kedatangan mereka disambut hangat oleh para pager ayu, salah satu pager ayu memberikan aksesoris kepada Ayaka dan Ayaka menerimanya dengan senang hati.

“Mewah banget pernikahannya pasti biayanya mahal,” bisik Ayaka di telinga Rendy.

“Biasa saja. Kalau kamu mau aku bisa bikin lebih mewah di pernikahan kita,” sahut Rendy.

“Emang aku mau nikah sama aku?” tanya Ayaka.

“Harus mau,” jawab Rendy.

“Kalau aku enggak mau gimana?” tanya Ayaka lagi.

“Aku culik terus aku jual organ kamu ke pasar gelap,” jawab Rendy.

“Ih, seram banget!” seru Ayaka.

Rendy terkekeh, ia menggenggam tangan Ayaka dan berjalan menyusuri gedung. Dari kejauhan, Rendy melihat Natasya dan Galang sedang duduk di samping penghulu bersama para saksi dan keluarga besarnya.

Rendy mempercepat langkahnya dan berhenti di antara para saksi pernikahan, Dia terdiam menyaksikan acara pernikahan Natasya. Tatapannya tertancap kepada Natasya yang duduk di samping Galang, Ayaka merasa cinta Rendy untuk Natasha belum usai.

“Saudara Galang Putra Pratama bin Arga Pratama. Saya nikahkan dan saya kawinkan Anda dengan anak perempuan saya Natasya Clarissa Tamara dengan maskawin uang seratus juta rupiah dibayar tunai.”

“Saya terima nikah dan kawinnya Natasya Clarissa Tamara binti Dhani Mangaraja dengan maskawin tersebut dibayar tunai.”
Galang mengucapkan secara lantang dan jelas hanya dengan satu tarikan napas.

“Gimana para saksi sah?” tanya penghulu.

“Sah,” jawab Ayaka.

Ayaka tersenyum bahagia, tetapi Rendy justru menampilkan wajah sedih. Rendy berbalik dan pergi meninggalkan tempat tersebut meninggalkan pertanyaan di benak Ayaka.

Ayaka menyusul Rendy yang berjalan entah kemana. Dia mengerti perasaan Rendy yang terluka ketika melihat perempuan yang pernah menjadi bagian berharga dalam hidupnya kini menjadi milik pria lain.

“Kak Ren!” panggil Ayaka.

Rendy mengabaikan Ayaka dan terus melangkah tanpa menoleh ke belakang sedikit pun. Ayaka berlari mengejar Rendy, kemudian dia mencengkeram tangan Rendy.

Langkah Rendy terhenti, Rendy melirik Ayaka yang berada di sampingnya.

“Aku tahu kamu sakit hati tapi jangan bersikap kayak begini. Kalau Natasya dan Galang lihat pasti mereka merasa bersalah,” ujar Ayaka menasihati Rendy.

“Biarkan saja! Mereka juga tidak peduli dengan perasaanku,” elak Rendy.

“Kak Natasya berhak menentukan pilihannya dan kamu juga harus lebih bahagia. Kamu harus hapus perasaan kamu ke dia dan cari perempuan yang lebih baik,” ujar Ayaka.

Rendy diam, kepalanya menunduk dan matanya pun berkaca-kaca. Ayaka memeluk Rendy, lalu mengelus punggungnya.

“Jangan sedih ya. Ada aku,” tutur Ayaka.

Rendy membalas pelukan Ayaka dan mereka berhasil menjadi pusat perhatian. Setelah itu, Rendy dan Ayaka kembali ke tempat tadi untuk menyaksikan pernikahan Natasya.

Rendy dan Ayaka berdiri di antara kerumunan. Natasya tengah memegang sebuket bunga dan berdiri membelakangi tamu undangan. Natasya mengambil ancang-ancang dan melempar buket bunga ke belakang. Bunga tersebut melayang dan hampir menimpa wajah Ayaka, spontan Ayaka menangkapnya.

“Buat tamu undangan yang menerima buket bunga dipersilakan naik ke atas panggung,” ucap pengisi acara.

Ayaka menjadi pusat perhatian, dia menunduk malu dan melirik Rendy.

“Naik saja,” titah Rendy.

Mau tak mau Ayaka naik ke panggung. Dia diri di atas panggung dan memandang Rendy yang tersenyum kepadanya.

“Selamat atas penerimaan buket bunganya. Kalau saya boleh tahu, apakah ada pria yang sedang Anda incar untuk dijadikan sebagai calon suami?” tanya pengisi suara.

Ayaka bingung, tidak tahu harus menjawab apa karena hanya Rendy yang dekat padanya.

“Saya pacarnya,” kata Rendy sambil teriak.

Ayaka memandang Rendy dengan mata terbelalak, sedangkan pengisi acara meminta Rendy naik ke atas panggung.

“Sudah berapa lama kalian berpacaran?” tanya pengisi suara.

“Baru beberapa bulan tapi sebentar lagi kami juga akan menikah,” jawab Rendy.

Rendy merangkul Ayaka dan menyandarkan kepala Ayaka di bahunya. Ayaka hanya diam sambil melontarkan senyum bahagia.

“Ayaka!” panggil Natasya.

“Ada apa, Kak?” tanya Ayaka.

“Ayo, foto bareng. Kalian harus jadi tamu utama yang foto bersama kami,” tutur Natasya sambil tersenyum.

Ayaka dan Rendy mendekati Natasya, kemudian Rendy dan Ayaka berdiri di samping Natasya dan Galang. Setelah itu, fotografer memotret mereka yang melontarkan senyuman bahagia dan saling merangkul pasangan masing-masing.

Terjebak Gairah Ayah TiriWhere stories live. Discover now