Ayaka Hamil?

432 4 0
                                    

Sesampainya di depan apartemen, Ayaka keluar mobil dan berjalan memasuki apartemen. Sedangkan Rendy sengaja menjauhkan jaraknya dengan Ayaka supaya Ayaka semakin merasa bersalah.

Ayaka masuk lift dan menekan tombol. Sebelum pintu lift tertutup, Rendy bergegas masuk dan diri di samping Ayaka. Akan tetapi Ayaka membelakanginya dan keheningan dalam lift semakin terjadi.

Pintu lift terbuka, mereka keluar dan melewati lorong menuju kamarnya. Ayaka dan Rendy berjalan beriringan meskipun mereka tak saling bicara.

Sesampainya di kamar apartemen, Ayaka membuka kunci lalu masuk. Ayaka bergegas menuju dapur dan membuka kulkas. Ayaka mencari bahan mentah yang bisa dimasak tapi isi kulkas benar-benar kosong

"Mau ngapain?" tanya Rendy.

"Mau masak," jawab Ayaka.

"Kita enggak ada bahan yang bisa dimasak," sahut Rendy.

"Kenapa kamu enggak beli?" tanya Ayaka dengan nada sewot.

"Niatnya aku mau beli tapi kita malah ribut," jawab Rendy.

Ayaka pun terdiam, ia menghela napas dan duduk di depan meja makan. Ayaka memandang Rendy dengan wajah sendu, sedangkan Rendy menjadi tidak tega melihat mimik wajah istrinya.

Rendy mendekati Ayaka, lalu duduk berhadapan dengannya.

"Aku minta maaf," ucap Rendy.

"Enggak, seharusnya aku yang minta maaf." Ayaka menyangkal.

Rendy tersenyum, dia meraih tangan Ayaka dan menggenggamnya.

"Aku sayang sama kamu," ucap Rendy.

"Aku juga," sahut Ayaka.

Rendy mencium tangan Ayaka membuat senyuman terukir di bibir Ayaka. Ayaka membelai rambut Rendy dan mengusap wajahnya yang mulus tanpa sedikitpun jerawat atau gradakan.

"Ayo, kita ke supermarket!" ajak Rendy.

"Ayo," sahut Ayaka.

Ayaka dan Rendy berdiri tegak, kemudian mereka jalan meninggalkan dapur. Tiba-tiba Ayaka merasa mual, ia melepaskan genggamannya dan berlari menuju wastafel dapur.

Huek, huek, huek.

Ayaka memuntahkan cairan dari mulutnya, sedangkan Rendy hanya diam dan menepuk punggung Ayaka.

"Kamu baik-baik aja?" tanya Rendy.

"Kepala aku pusing dan aku mual terus," jawab jujur Ayaka.

"Jangan-jangan kamu hamil? Sebaiknya kita periksa ke dokter kandungan," ujar Rendy.

Ayaka mengangguk setuju, kemudian Rendy memapah Ayaka dan berjalan keluar. Mereka bergegas keluar apartemen dan menjalankan mobil menuju rumah sakit terdekat.

***

Ayaka berbaring di ranjang pesakitan. Perutnya tengah diperiksa oleh dokter kandungan menggunakan sebuah alat.

"Bagaimana kondisi istri saya?" tanya Rendy tanpa basa-basi.

"Istri bapak sedang mengandung dan usia kandungnya menginjak satu minggu," jawab dokter.

"Alhamdulillah." Rendy mengucap syukur, Ayaka memandang Rendy dengan senyuman haru.

"Akhirnya kita akan punya anak juga,” tutur Ayaka.

Rendy mendekati Ayaka, kemudian memeluknya dengan erat. Rendy mencium kepala Ayaka, sedangkan Ayaka mengusap punggung Rendy.

“Selamat ya, Pak Rendy. Sebentar lagi penerus keluarga Yokohama akan lahir,” ucap dokter.

“Terima kasih,” sahut Rendy.

Rendy melepas pelukannya, lalu berpamitan dengan dokter. Ayaka dan Rendy keluar ruangan dan berjalan menuju pintu rumah sakit.

“Yang, kok dokternya bisa bahasa Indonesia?” tanya Ayaka bingung.

“Rumah sakit ini punya mendiang kakek aku dan setiap staff di sini wajib bisa tiga bahasa yaitu Jepang, Inggris dan Indonesia.”

“Keren banget. Pantas tadi dia tahu sama keluarga kamu,” ucap Ayaka.

Rendy senyum kecil, kemudian dia membuka pintu mobil. Ayaka masuk dan duduk di kursi, Rendy berputar dan duduk di samping Ayaka.

Rendy menjalankan mobil, pergi meninggalkan rumah sakit. Ayaka bersandar di kursi dan tangannya menggenggam lengan Rendy.

“Kita sekalian ke supermarket ya. Aku lapar,” ungkap Ayaka.

“Beli jadi aja ya? Supaya kamu enggak repot masaknya,” kata Rendy.

“Aku mau masak sendiri!” seru Ayaka.

Rendy melirik Ayaka yang menatapnya dengan mata berbinar-binar. Ayaka juga mengerucutkan bibirnya demi membujuk Rendy.

“Please ...” Ayaka memohon. Rendy menghela napas, mau tak mau dia mengikuti keinginan Ayaka.

“Jangan terlalu banyak tapi,” ujar Rendy mengalah.

“Hore! Makasih sayang,” ucap Ayaka.

Ayaka sedikit mendongak dan mencium pipi Rendy. Seketika Rendy memberhentikan mobilnya, dan mencium bibir mungil Ayaka.

“I love you,” kata Rendy.

Rendy mencubit pipi Ayaka, lalu duduk seperti semula. Rendy menjalankan mobilnya lagi dan membiarkan Ayaka tersipu malu.

Terjebak Gairah Ayah TiriWhere stories live. Discover now