Kelicikan Rendy

2.6K 12 0
                                    

Di dalam mobil, Ayaka hanya diam dan menatap kendaraan yang berlalu-lalang. Ayaka masih kepikiran oleh Rehan yang dijodohkan dengan Raina, ia tidak menyangka jika hubungannya akan serumit ini.

"Kamu kenapa?" tanya Rendy membuyarkan lamunan Ayaka.

"Gak papa," jawab bohong Ayaka.

"Hmm, kalo ada masalah cerita aja. Saya itu ayahmu dan tugas seorang ayah adalah melindungi putrinya," tutur Rendy dengan bijak.

"Rehan dijodohin sama seseorang dan orang itu minta gue buat jauhi Rehan," ungkap Ayaka.

Ayaka menatap Rendy dengan mata berkaca-kaca. Lidahnya terasa kelu setelah mengungkapkan masalah hubungannya dengan Rehan.

"Kalo lo jadi gue gimana? Bertahan atau mundur perlahan?" tanya Ayaka.

"Pilihan yang rumit. Tapi kalo saya jadi kamu, saya memilih mundur sebab hubungan yang terlalu dipaksakan takkan berakhir bahagia dan hubungan tersebut akan membawa luka yang lebih besar bagi kedua belah pihak," jawab Rendy.

"Tapi gue masih cinta sama Rehan. Gue belum siap buat kehilangan cowok sebaik dia," terang Ayaka.

Ayaka menghela napas, tatapannya kembali tertuju pada jalanan yang tengah macet. Sementara Rendy melirik Ayaka yang tampak murung.

"Saya bersedia menggantikan posisi Rehan di hati kamu," ucap Rendy.

Ayaka memalingkan pandangan dan menatap Rendy dengan sinis, namun Rendy justru terkekeh karena wajah Ayaka yang imut saat tengah marah.

"Status lo itu ayah tiri gue dan gue nggak mungkin tikung ibu gue sendiri!" tegas Ayaka.

"Namanya jodoh, gak ada yang tau. Siapa tau lima tahun dari sekarang, kamu menjadi ibu dari anak-anakku."

Rendy tersenyum menggoda, sedangkan Ayaka menggeleng kepala dan membuang muka. Ia tidak mau membuang waktu dengan mengobrol oleh orang gila, seperti Rendy.

**

Mobil Rendy terhenti di pekarangan rumah keluarga Yokohama. Rendy membuka pintu mobilnya, lalu berjalan dan membukakan pintu untuk Ayaka.

"Ayo turun!" titah Rendy.

"Gak mau!" tolak Ayaka.

"Turun atau saya gendong?" ancam Rendy membuat Ayaka merinding.

Mau tak mau Ayaka turun dari mobil dan berjalan menuju kediaman Yokohama yang terbuka lebar, sedangkan Rendy mengikuti Ayaka dan berusaha menjajarkan posisinya.

"Buru-buru banget kayak dikejar setan," celetuk Rendy.

"Setannya kan lo," sahut Ayaka ketus.

"Mana ada setan yang seganteng gue," jawab Rendy lalu mengibaskan poni.

Ayaka menggeleng, ia mual mendengar jawaban Rendy tapi dia tidak mungkin memukul Rendy yang berstatus sebagai ayah tirinya itu.

"Lo mau ngapain ngajak gue ke sini?" tanya Ayaka seraya melontarkan tatapan sinis.

"Mau ajak kamu ke pelaminan," jawab Rendy dengan candaan.

"Gue serius anjing!" tegas Ayaka.

"Santai, saya bawa kamu ke sini buat kasih jajan kok." Rendy tersenyum, lalu Rendy meraih tangan Ayaka dan menggenggam jari-jemarinya.

Ayaka terkejut dan berusaha melepaskan tangan Rendy, namun genggaman Rendy begitu kuat membuatnya pasrah dan mengikuti langkah Rendy menuju sofa.

"Silakan duduk," ujar Rendy ramah.

Mau tak mau Ayaka terpaksa menuruti perintah Rendy dan duduk di sofa, Rendy duduk di samping Ayaka dan bersandar di pundaknya.

"Lo ngapain?" tanya Ayaka seraya mendorong tubuh Rendy agar menjauh darinya.

"Saya mau bersandar sama kamu. Tolong izinkan saya bersandar, sepuluh menit saja." Rendy memohon dengan pupil mata yang membesar.

"Tapi-"

"Please ...." Rendy kembali memohon, Ayaka terpaksa mengabulkan keinginan Rendy dan membiarkan Rendy menjadikan pundaknya sebagai tempat bersandar.

"Kamu tau? Seumur hidupku, aku tidak pernah merasakan kasih sayang dari seorang Ibu." Rendy bercerita tentang masa lalunya.

"Ha? Bukankah Grandma sangat menyayangi dirimu?" tanya Ayaka tidak percaya dengan Rendy.

"Kalo dia sayang, dia akan mengorbankan kariernya untuk merawatku. Tapi sejak kecil, aku diasuh oleh Bi Ijah yang sudah aku anggap sebagai nenek sendiri."

Rendy berkata dengan suara bergetar. Ia berusaha menahan air mata yang mendesak keluar. Ia tidak mau menangis di hadapan Ayaka.

"Aku selalu mencari kenyamanan dengan caraku tapi terkadang cara yang aku gunakan selalu merugikan orang lain," ungkap Rendy lagi.

"Maksudnya?" tanya Ayaka.

"Aku tidak segan untuk merampas kebahagiaan orang demi kebahagiaanku," jawab Rendy.

Rendy dan Ayaka beradu tatapan. Terlihat jelas kesepian yang Rendy rasakan dan sejujurnya Ayaka juga merasakannya, ia hidup tanpa figur dari seorang Ayah dan Rasta yang selalu sibuk mencari nafkah.

"Aku merasa nasib kita serupa dan aku jatuh cinta padamu," ucap Rendy.

"Tapi kamu suami ibuku. Aku tidak mungkin mengkhianati ibu sendiri," jawab Ayaka.

Rendy memegang kedua pipi Ayaka, lalu mengusapnya dengan lembut. "Kamu tenang aja, kita bisa diam-diam menjalin hubungan dan kalo kamu mau aku akan menceraikan ibumu lalu menikah denganmu," ucap Rendy.

"Sinting! Lo pikir gue sejahat itu sama ibu gue? Gue nggak mungkin jadi anak durhaka dan meskipun di dunia ini cuman lo laki-laki yang tersisa, gue lebih pilih jomblo seumur hidup daripada nikahin ayah tiri sendiri!" tegas Ayaka.

Ayaka mendorong Rendy dan beranjak dari sofa, Rendy mencengkeram tangan Ayaka namun Ayaka menepisnya dan berlari menuju luar.

"Tunggu Ayaka!" teriak Rendy.

Rendy berusaha mengejar Ayaka, sedangkan Ayaka terus berlari menjauh dari Rendy.

"Aku harus lari ke mana?" batin Aya.

Ayaka menatap sekitar, kemudian Ayaka memanjat pagar dan memberhentikan sebuah angkot yang berhenti di depan rumah Rendy.

Ayaka bergegas masuk ke dalam sebelum Rendy tiba di pintu gerbang.

"Tunggu!" Rendy berusaha mengejar Ayaka, tetapi angkot yang ditumpangi Ayaka sudah pergi dari hadapannya.

Rendy menendang tong sampah, lalu memukul tembok rumahnya.

"Lo akan menjadi milik gue dan kalo perlu, gue akan mengejar lo sampai ke ujung dunia!" sumpah Rendy.

Rendy mengepalkan tangan yang terluka akibat memukul tembok. Setelah itu, Rendy kembali masuk ke dalam untuk mengobati tangannya juga menyusun rencana agar mendapatkan cinta Ayaka.

Terjebak Gairah Ayah TiriWhere stories live. Discover now