Bulan Madu

784 2 0
                                    

Ayaka dan Rendy tengah mengemas barang serta baju mereka yang akan mereka bawa berlibur ke Jepang. Ayaka memasukkan baju dan celana serta alat-alat perawatannya ke dalam koper kecil berwarna ungu. Setelah itu, Ayaka memasukkan pakaian Rendy ke koper berbeda.

“Udah siap semua?” tanya Ayaka.

“Belum ... Kamu bawa berapa jaket?” tanya Rendy.

“Sepuluh karena setahu aku di Jepang lagi musim dingin,” jawab Ayaka.

Ayaka menutup koper dan meletakkan depan pintu, Rendy mengambil koper dan membawanya menuruni anak tangga. Ayaka masih sibuk berganti pakaian dan setelah selesai, Ayaka keluar kamar dan menyusul Rendy ke lantai bawah.

“Widih, cantik banget menantu Bunda.” Lisa memuji Ayaka saat Ayaka sampai di lantai bawah.

“Bunda lebih cantik kok,” sahut Ayaka sambil tersenyum.

Ayaka berjalan menghampiri Rendy yang tengah berdiri depan bagasi mobil. Rendy memasukkan dua koper dalam bagasi, lalu menutupnya.

“Udah siap, Nak?” tanya Yokohama.

“Sudah,” jawab Rendy.

“Ayaka mana?” tanya Yokohama lagi.

“Aku di sini,” jawab Ayaka sesampainya di depan Rendy dan Yokohama.

Ayaka berdiri di samping Yokohama, lalu mencium punggung tangannya. Yokohama tersenyum haru, ia merasa senang melihat putra semata wayangnya mendapatkan istri yang soleha seperti Ayaka.

“Kalian hati-hati di sana. Ingat, jangan pulang sebelum hamil!” seru Yokohama.

“Iya, Yah.”

Rendy berpamitan dengan kedua orangtuanya, kemudian Rendy dan Ayaka masuk mobil. Ayaka dan Rendy duduk di kursi belakang. Setelah semuanya memakai sabuk pengaman, sopir menjalankan mobil dan meninggalkan kediaman Yokohama.

Sesampainya di bandara, Rendy dan Ayaka bergegas masuk karena jadwal pesawat mereka sebentar lagi. Rendy dan Ayaka mengantre untuk mengecek pasport mereka.

Setelah selesai mengecek pasport, Rendy dan Ayaka bergegas menuju pesawat dan menaiki tangga pesawat. Mereka disambut dengan pramugari yang tersenyum ramah, lalu mereka duduk di kursi sesuai dengan tiket.

“Rame juga ya. Biasanya kalo Jepang itu berapa jam?” tanya Ayaka.

“Sekitar tujuh jam lebih,” jawab Rendy.

Rendy memakai sabuk pengaman, lalu bersandar ke kursi pesawat. Ayaka menatap Rendy dengan wajah bingung. Dia tidak tahu cara memakai sabuk pengaman pesawat karena baru pertama kali naik pesawat.

"Kamu kenapa?" tanya Rendy.

"Ini cara pakainya gimana?" Ayaka bertanya balik.

"Sini aku bantuin," ucap Rendy.

Rendy melingkarkan sabuk pengaman di perut Ayaka, lalu dia memasangnya dengan kencang.

Setelah memakaikan sabuk pengaman, Rendy kembali bersandar. Namun, tangannya menggenggam erat tangan Aletta dan Rendy tidak berpaling sedikit pun dari wajah Ayaka yang indah.

Beberapa saat kemudian, pesawat pun lepas landas. Ayaka memandang keindahan dari atas awan melalui jendela pesawat.

"Kamu suka?" tanya Rendy.

Ayaka mengangguk. "Iya, aku suka banget. Aku suka keindahan awan dan itu sebabnya aku mau naik pesawat tapi dulu Ayah tidak pernah memberi kebahagiaan untukku dan Ibu walaupun dia bekerja di perusahaan besar," ungkap Ayaka.

"Ayah kamu kerja di mana?" tanya Rendy.

"Ayah bekerja sebagai sekretaris pribadi Ayahnya Rehan tapi semenjak Ayahnya Rehan meninggal, Ayahku enggak pernah bekerja lagi. Dia bilang masih trauma," jawab Ayaka.

Rendy diam, ia tidak pernah menduga jika dirinya akan menikahi anak dari musuhnya. Dulu Bayu adalah musuh terkuatnya sebab Bayu—tangan kanan Nugroho. Namun, untungnya Bayu tidak pernah cerita tentang tragedi yang menyebabkan Nugroho meninggal kepada Ayaka maupun Rasta.

***

Beberapa jam kemudian.
Pesawat melakukan pendaratan dengan sempurna. Namun, Ayaka dan Rendy membiarkan penumpang lain turun lebih dulu. Setelah pesawat kosong, mereka turun dari pesawat.

"Lama juga ya. Pinggang aku sampai pegal," tutur Ayaka.

"Namanya juga ke luar negeri. Kamu pikir jarak Indonesia ke Jepang kayak jarak Jakarta ke Bogor?" sahut Rendy.

Rendy mengambil koper mereka, lalu menuntun Ayaka keluar bandara. Rendy dan Ayaka berhenti depan pintu masuk, lalu Rendy menelpon seseorang.

"Kamu telepon siapa?" tanya Ayaka.

"Sopir aku," jawab Rendy.

Tiba-tiba sebuah mobil berhenti depan Ayaka dan Rendy. Kaca mobil terbuka dan tampak seorang pria paruh paya di dalam. Pria itu turun dan membukakan pintu mobil untuk Ayaka dan Rendy.

Ayaka duduk di samping Rendy, lalu Ayaka menutup pintu mobil. Sementara pria tua tersebut memasukkan koper mereka dalam bagasi.

"Dia patuh banget sama kamu," bisik Ayaka di telinga Rendy.

"Kan dia digaji, sayang. Kalo gak digaji mana mungkin dia mau jemput kita," sahut Rendy.

Pintu mobil depan terbuka, lalu pria tersebut duduk di kursi pengemudi. Dia menyapa menggunakan bahasa Jepang dan Rendy membalasnya menggunakan bahasa Jepang juga, sedangkan Ayaka hanya diam dan menatap Rendy dengan alis mengerut.

"Dia ngomong apa?" tanya Ayaka.

"Dia bilang kamu cantik. Pantas aku jatuh cinta sama kamu," jawab Rendy.

Pria tua itupun tersenyum, kemudian dia menjalankan mobil dan pergi meninggalkan bandara.

Terjebak Gairah Ayah TiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang