Kecurigaan

1.2K 10 0
                                    

“Enggak mungkin! Anda pasti salah, coba periksa lagi, Dok!” titah Lisa.

“Saya sudah berusaha semaksimal mungkin,” jawab dokter.

Dokter melangkah pergi meninggalkan Ayaka serta keluarga Yokohama. Ayaka masih terdiam dan kakinya tidak sanggup untuk menopang tubuhnya. Sekujur tubuhnya mendadak kaku setelah mendengar kabar Ibunya.

“Bangun, Nak. Kita harus melihat Ibumu,” tutur Lisa.

Lisa mengulurkan tangan, tetapi Ayaka tidak membalasnya. Ayaka menatap keluarga Yokohama secara bergantian dengan mata melotot tajam dan tangan yang mengepal keras.

“Ini gara-gara lo! Lo bunuh Ibu gue!” seru Ayaka sambil menunjuk Rendy.

Rendy tidak menjawab, ia menunjukkan raut sedih. Namun, Ayaka yakin bahwa Rendy sedang bersandiwara karena pria sepertinya memiliki banyak topeng untuk menutupi kejahatannya.

“Cukup Ayaka! Kamu enggak bisa menyalahkan Rendy! Dia enggak tahu apa-apa,” ujar Lisa.

“Nenek bela dia karena dia anak kandung, sedangkan aku cuman cucu tiri. Kalian semua sama saja, sama-sama jahat!” sahut Ayaka tidak mau kalah.

Ayaka berdiri tegak, lalu masuk ke ruang ICU. Dia melihat Ibunya yang terbaring kaku di ranjang pesakitan.

“Ibu ....” Ayaka berjalan mendekati Rasta, kemudian berdiri di sampingnya. Ayaka mendekatkan wajahnya dengan wajah sang ibu, tidak ada embusan napas yang keluar dan suara detak jantung juga tidak terdengar.

“Bangun, Bu ... Ayaka cuman punya Ibu,” tutur Ayaka.

Ayaka memeluk tubuh Rasta, merasakan hawa dingin di sekitarnya. Air matanya semakin deras saat melihat mulut Ibunya yang penuh dengan busa.

“Siapa yang tega racunin Ibu? Biar Aya penggal kepalanya,” ucap Ayaka.

Napasnya tidak beraturan, tangannya kembali mengepal dan bola matanya melotot bahkan hampir keluar.

“Sabar, Nak. Kita pasti mencari siapa pelaku yang meracuni Ibu kamu,” ujar Lisa sambil menepuk bahu Ayaka.

“Pagi tadi aku lihat Bi Ijah buatkan teh hangat untuk Rasta. Jangan-jangan Bi Ijah yang racunin Rasta?” tanya Rendy mencoba mengira-ngira.

“Jangan suudzon kamu! Mana mungkin Bi Ijah racunin Ibu,” bantah Ayaka.

“Loh tapi satu-satunya orang yang kasih teh ke Ibumu cuma dia,” sahut Rendy.

Ayaka menatap Rendy, dan Rendy membalas tatapan Ayaka. Mereka saling beradu tatapan selama beberapa menit, Ayaka menaruh kecurigaan yang besar kepada Rendy karena hanya Rendy satu-satunya orang jahat di rumah itu.

“Kenapa? Kamu mau tuduh saya?” tanya Rendy seolah tahu pikiran Ayaka.

“Iya karena cuman orang jahat di rumah Yokohama cuman kamu,” jawab Ayaka dengan lantang.

“Apa kamu punya bukti? Hati-hati berbicara karena saya bisa menjebloskan kamu ke penjara,” ujar Rendy dengan nada mengancam.

“Cukup! Jangan bertengkar! Ini rumah sakit dan seharusnya kita mendoakan yang terbaik untuk Rasta. Bukan saling menyalahkan,” tutur Lisa.

Ayaka bungkam. Ia malas berbicara, apalagi melawan Rendy yang didukung oleh keluarganya. Tidak mungkin dia menang melawan Yokohama, sekali pun Rendy bersalah pasti dialah yang akan digugat karena mencemarkan nama baik. Orang seperti Rendy bisa dengan mudah membeli hukum di Indonesia.

Ayaka mengambil ponselnya, lalu melangkah menjauh dari keluarga Yokohama. Ia menekan tombol dan menelpon Rehan untuk memberitahu kabar mengenai Ibunya. Hanya Rehan satu-satunya orang yang bisa diandalkan dan hanya Rehan yang dia jadikan sebagai rumah untuk pulang.

“Halo, Han ...” sapa Ayaka.

“Halo, kamu ke mana aja? Kenapa pergi tiba-tiba? Aku khawatir tau gak?” Rehan melontarkan seribu pertanyaan.

“Ibu meninggal, Han.” Ayaka mengungkapkan tanpa basa-basi.

“Ha? Ibu siapa?” tanya Rehan bingung.

“Ibu aku,” jawab Ayaka.

Terdengar suara isakan dari balik telepon, Rehan menjadi cemas. Ia berusaha mengajak Ayaka berbicara tetapi tangisan Ayaka semakin besar.

“Kamu tunggu di situ! Aku segera ke rumah sakit,” tutur Rehan.

Rehan mematikan teleponnya dan bergegas menuju rumah sakit. Ia cemas dengan kondisi Ayaka yang berada di antara keluarga Yokohama.

Sesampainya di rumah sakit, Rehan melihat Ayaka sedang mengantar jenazah Ibunya menuju ambulans. Rehan berlari dan memeluk Ayaka dengan erat. Kedatangan Rehan membuat Rendy melontarkan tatapan sinis ke mereka, namun Rehan tidak peduli dan semakin mempererat pelukannya di tubuh Ayaka.

“Apa yang terjadi sama Ibu?” tanya Rehan.

“Ibu diracuni,” jawab Ayaka.

Spontan Rehan melirik Rendy, ia curiga dengan Rendy karena terlihat biasa saja meskipun ditinggal mati oleh istrinya.

“Lo pasti mau tuduh gue,” ucap Rendy seolah tahu isi pikiran Rehan.

Rehan memalingkan wajah dan kembali fokus menatap Ayaka. Rehan mengusap rambut Ayaka, kemudian menciumnya.

“Tenang sayang ... Masih ada aku yang akan melindungi kamu,” tutur Rehan.

Rehan mengusap punggung Ayaka, sedangkan Ayaka masih menangis di pelukan Rehan.

Rendy yang melihatnya pun menjadi kesal. Dia menubruk Rehan, lalu berjalan menuju mobilnya.

Terjebak Gairah Ayah TiriWhere stories live. Discover now