Tidak Bisa Janji

274 2 0
                                    

Ayaka dan Rendy sampai di supermarket terbesar kota tersebut. Rendy mendorong troli yang berisi bahan mentah untuk dimasak, sedangkan Ayaka masih berkeliling supermarket—sekadar cuci mata. Melihat barang-barang cantik yang tidak mungkin dia beli.

“Kamu mau itu?” tanya Rendy sambil menunjuk rumah Barbie.

“Aku cuman lihat-lihat aja,” jawab Ayaka.

Ayaka berkeliling dengan santai, dia mengambil barang-barang dari rak lalu meletakkannya kembali. Rendy melihat sekitar, ia malu dengan pengunjung lain yang menjadikan mereka sebagai pusat perhatian.

“Kalo kamu mau ambil aja, jangan diambil terus ditaruh lagi.” Rendy berbisik di telinga Ayaka.

“Emang kenapa? Di Indonesia banyak yang kayak begitu. Lagian aku cuman ngeliat doang, enggak ngerusak. Enggak ada sensasinya kalo langsung diambil terus beli,” jawab Ayaka.

Ayaka kembali berjalan, menyusuri rak-rak yang berisi boneka anak. Dia mendekati rak, kemudian mengambil boneka Beruang berukuran raksasa.

Ayaka memeluk boneka tersebut, dan melihat harga yang tertera. Matanya terbelalak saat mengetahui harga boneka tersebut setara dengan harga motor cash di Indonesia.

“Kamu mau?” tanya Rendy.

“Enggak,” jawab Ayaka.

“Kenapa?” tanya Rendy.

“Harganya bisa beli motor di Indonesia,” bisik Ayaka.

Ayaka kembali meletakkan boneka, dan meninggalkan tempat tersebut. Sedangkan Rendy meratapi boneka yang dikembalikan oleh Ayaka.

“Kak Ren, ayo!” seru Ayaka.

“Kamu duluan aja, aku mau ke toilet.” Rendy berteriak dari jauh, Ayaka pun mengangguk mengerti. Dia kembali menyusuri supermarket tanpa didampingi oleh Rendy. Namun, dia merasa bebas karena bisa melihat barang sesuka hati tanpa harus dikomentari oleh Rendy.

“Dulu aku minta suami kaya tapi giliran udah dikasih justru aku yang cemas,” gumam Ayaka.

Ayaka menghela napas, ia tidak habis pikir oleh Rendy yang dengan mudah menyuruhnya beli semua barang yang telah dia pegang. Meskipun itu keinginan semua wanita tapi bawa barang-barang sebanyak itu di pesawat tidaklah mungkin.

Ayaka mondar-mandir, mencari keperluan dapur. Setelah setengah jam, Ayaka memutuskan beristirahat dan menunggu Rendy yang pergi entah ke mana. Ayaka mencoba menghubungi Rendy tapi nomornya tidak dapat dihubungi.

“Kak Ren ke mana sih?” tanya Ayaka.

Ayaka berjalan menuju kasir. Sesekali pandangannya menoleh ke belakang, berharap Rendy muncul. Namun, hingga gilirannya tiba—Rendy tidak kunjung muncul membuatnya merasa sangat cemas.

“Ayaka!” panggil Rendy.

Spontan semua orang menatap ke arahnya, lalu melihat Ayaka yang tengah berdiri di kasir.

“Kamu darimana?” tanya Ayaka.

“Aku beli boneka buat kamu,” jawab Rendy.

Rendy menunjukkan boneka beruang raksasa yang tadi Ayaka pegang, kemudian Rendy membayarnya di kasir bersama belanjaan lain yang berada di troli.

“Ngapain kamu beli? Sayang uang,” protes Ayaka.

“Uang bisa dicari. Aku mau kasih ribuan hadiah ke istri tercinta aku,” jawab Rendy.

“Ih, kamu mah!” seru Ayaka.

Ayaka memonyongkan bibir dan membuang muka, Rendy terkekeh lalu menggesek kartu ATM dan membayar belanjaan mereka.

Setelah selesai transaksi, Rendy dan Ayaka meningkatkan supermarket dan kembali ke apartemen.

Sesampainya di kamar apartemen,
Rendy mengeluarkan barang belanjaan dan memasukannya ke dalam kulkas. Sementara Ayaka sibuk memotong bahan dan memasukkan ke dalam wajan panas.

“Baunya jangan menyengat banget, sayang. Nanti kita didatangi polisi,” ujar Rendy.

“Iya,” jawab Ayaka.

Ayaka menggoreng ayam dan menumis nasi goreng. Setelah matang, Ayaka memasukkan ke dalam piring dan matikan kompor.

Ayaka membawa piring tersebut ke meja makan, lalu dia meletakkan piring dan duduk di kursi. Rendy membawa nasi goreng dan ayam goreng ke meja makan, kemudian duduk di samping Ayaka.

“Suapi aku ya,” pinta Rendy.

“Manja banget kamu,” tutur Ayaka.

“Sebentar lagi aku bakal kalah saing sama anak kita jadi sebelum dia lahir aku harus puas-puasin dulu manja sama kamu,” sahut Rendy.

Ayaka menggeleng kecil, ia mengambil piring dan menyendok tiga centong nasi goreng karena makan berdua oleh Rendy. Kemudian Ayaka mengambil satu ayam goreng.

Ayaka memotong dada ayam dan menaruhnya di sendok beserta nasi goreng, kemudian Ayaka menyuapi ke mulut Rendy yang terbuka lebar.

“Wenak,” ucap Rendy dengan mulut penuh nasi.

“Kalo makan jangan sambil ngomong,” ujar Ayaka.

Rendy mengangguk. Setelah nasi dalam mulut Rendy habis, Ayaka kembali menyuapkannya.

“Kanu enggak makan?” tanya Rendy.

“Ini mau makan," jawab Ayaka.

Ayaka mengambil sendok. Namun, Rendy merebutnya. Dia meletakkan nasi dan ayam dalam sendok itu.

“Aku suapi," kata Rendy.

Rendy menyuapi makanan ke mulut Ayaka, lalu mengelap sisa nasi yang tertinggal di pinggir bibir Ayaka.

Ayaka mematung, ia memandang Rendy dengan lekat dan senyuman terukir dari bibirnya.

“Sayang ...” ucap Ayaka.

“Kenapa?” tanya Rendy.

“Kita harus tetap kayak gini ya? Sampai selamanya,” kata Ayaka.

“Iya,” jawab Rendy.

“Jangan ada orang lain di antara kita. Meskipun salah satu dari kita meninggal duluan, aku ataupun kamu tidak boleh menikah lagi. Janji?” Ayaka mengacungkan jari kelingking, sedangkan Rendy mematung. Ia tidak yakin bisa memenuhi janjinya dengan Ayaka karena banyak sekali rahasia yang dia sembunyikan.

“Kenapa diam? Kamu enggak yakin?” tanya Ayaka membuyarkan Rendy.

“Aku enggak bisa janji tapi aku pastikan bahwa kamulah cinta terakhir aku,” jawab Rendy.

Ayaka diam, jari kelingkingnya kembali turun. Ayaka menghujani Rendy dengan tatapan sinis.

“Ada yang kamu sembunyikan dari aku?” tanya Ayaka.

“Belum saatnya kamu tahu,” jawab Rendy.

“Oke. Berarti kamu enggak anggap aku sebagai pendamping hidup!”

Ayaka beranjak dan pergi meninggalkan dapur, Rendy menghela napas dan membiarkan Ayaka menjauh darinya.

“Maafin aku, Ayaka.”

Rendy menunduk, kepalanya mendongak dan melihat langit-langit rumah. Dia tidak tahu akhir kisahnya dengan Ayaka tapi yang jelas kisah mereka tidak akan bertahan lama. Suatu saat, dia menyerahkan Ayaka ke Rehan meskipun dia enggan melakukannya tapi demi kebaikan Ayaka dan calon anaknya.


Terjebak Gairah Ayah TiriWhere stories live. Discover now