Malam Penuh Petaka

2.5K 9 0
                                    

Setelah adzan Maghrib berkumandang, Rehan dan Ayaka memutuskan kembali ke mobil. Rehan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang, sedangkan Ayaka bersandar di kursi mobil sambil memejamkan mata.

“Kamu pulang ke rumah yang lama, kan?” tanya Rehan.

“Aku harus pulang ke rumah Yokohama. Nenek dan Kakek suruh aku tinggal di sana,” jawab Ayaka.

Rehan menghela napas. Mau tak mau ia terpaksa mengantar Ayaka ke rumah iblis lagi.

Dua jam kemudian, Rehan memberhentikan mobilnya tepat di depan gerbang kediaman Yokohama. Rehan keluar dan membukakan pintu untuk Ayaka, mereka berjalan memasuki gerbang dan tidak ada penjaga yang berani mencegat Rehan karena ada Ayaka di sampingnya.

“Darimana kalian?” tanya Yokohama yang berdiri tidak jauh dari sana.

Ayaka dan Rehan pun terdiam. Mereka saling melontarkan tatapan, tetapi Ayaka mencoba mendekati Yokohama dengan perlahan.

“Aku abis jalan-jalan sama Rehan,” jawab jujur Ayaka.

“Ngapain kamu jalan sama dia? Kakek bisa suruh orang untuk ajak kamu jalan keliling luar negeri,” kata Yokohama dengan nada angkuh.

Ayaka menunduk takut. Wajah Yokohama benar-benar mengerikan membuat bulu kuduknya meremang. Ayaka tidak bisa melakukan apa pun, selain mengucapkan maaf.

“Udahlah, jangan terlalu keras. Ayaka juga butuh hiburan. Lagi pula, Rehan tetap antar Ayaka pulang, kan? Biarin mereka menjalin hubungan. Kamu kayak enggak pernah muda aja,” tutur Lisa dengan lembut dan mencoba menenangkan Yokohama.

“Tapi—”

“Cukup! Sekarang kita harus ke bandara karena jadwal penerbangan sebentar lagi,” ucap Lisa memotong perkataan Yokohama.

“Nenek mau ke mana?” tanya Ayaka.

“Nenek dan Kakek mau pergi ke Jepang. Kakek kamu bikin bisnis baru di sana dan kita harus menghadiri acara pembukaan. Tadinya kami mau ajak kamu tapi kamu harus sekolah karena sebentar lagi ujian kelulusan dan kamu fokus kejar Universitas negeri impian,” jawab Lisa.

Ayaka tercengang, bahkan tangannya pun bergetar. Ia tidak bisa membayangkan nasibnya jika tinggal berdua bersama Rendy. Meskipun banyak pembantu dan pengawal tapi mereka tidak mungkin menolongnya saat Rendy mau melecehkan dirinya.

“Kalau gitu Ayaka tinggal di rumah Ibu aja ya? Biar lebih dekat ke sekolah. Akhir-akhir Aya bangunnya siang dan takut telat berangkat sekolahnya,” ucap Ayaka.

“Jangan! Nanti siapa yang jaga kamu? Lagi pula, Rendy akan mengantar kamu ke sekolah dan kemampuan dia dalam mengemudi tidak perlu diragukan,” sahut Lisa tidak setuju.

Ayaka tidak bisa berkutik. Mau tak mau dia terpaksa mematuhi perkataan Nenek dan Kakeknya karena dirinya sudah berutang budi terlalu banyak kepada mereka.

“Kalau gitu, kami pergi dulu ya. Kamu jaga diri baik-baik,” tutur Lisa.

Ayaka mencium punggung tangan Kakek dan Neneknya bergantian, kemudian mereka berjalan menuju mobil yang sudah disiapkan.

“Kamu kenapa gak pulang? Cepat pergi dari sini!” usir Yokohama pada Rehan yang berdiri di depan gerbang.

Rehan terpaksa masuk ke mobil dan meninggalkan Ayaka sendiri di sana, sedangkan Ayaka meratapi kepergian mereka dengan rasa cemas. Ia takut Rendy akan macam-macam dengannya, apalagi Rendy sering pulang dalam keadaan mabuk.

“Aku harus buru-buru masuk ke kamar,” tutur Ayaka.

Ayaka berlari memasuki rumah. Ia bergegas menaiki anak tangga. Sesampainya di lantai dua, Ayaka langsung masuk ke kamar dan mengunci pintu kamarnya.

Ia melangkah menuju tempat tidur, kemudian berbaring dan menutup tubuhnya dengan selimut.

***

Rendy memberhentikan mobilnya tepat di pekarangan rumah. Ia keluar dari mobil dan berjalan dengan sempoyongan. Ia menabrak tembok dan tertawa sendiri, sedangkan pengawalnya langsung memapah Rendy dan membawanya masuk.

“Lepasin atau gua bom rumah kalian sampai hancur!” ancam Rendy.

Rendy memukul pengawalnya dan berjalan menaiki anak tangga, sedangkan para pengawal memilih tidak mengikuti Rendy karena masih sayang dengan nyawanya.

Rendy sampai di lantai dua. Ia mematung di antara dua kamar yang sama-sama tertutup rapat.

“Cap cip cup kembang kucup yang mana kamar gue,” ucap Rendy sambil memainkan telunjuknya.

“Nah ini kamar gua,” katanya. Ia tertawa sendiri, lalu melangkah menuju kamar tersebut.

Rendy memutar gagang pintu. Namun, pintu tidak kunjung terbuka.
Rendy mengambil kunci, lalu membuka pintu secara perlahan. Dia masuk dan kembali menguncinya.

Kamar itu gelap membuat Rendy tidak bisa melihat. Ia membaringkan tubuhnya di kasur dan memeluk sesuatu yang seperti guling.

“Seandainya Ayaka istri gua pasti dia ada di pelukan gua,” ucap Rendy.

Rendy mengusap sesuatu yang dia peluk, lalu Rendy menciumnya dengan bergairah. Ia membayangkan jika guling itu Ayaka dan tangannya meremas-remas dengan lembut.

Ayaka merasa ada sesuatu yang meremas gunung kembarnya. Ia membuka mata dan melihat Rendy berada tepat di depan matanya.

“Arghhh!!” Ayaka berteriak, mengejutkan Rendy yang terpejam.

“Ayaka,” ucap Rendy.

“Ngapain lo di sini?” tanya Ayaka.

Ayaka langsung bangkit dari tidurnya dan menjauh dari Rendy, sedangkan Rendy justru tersenyum dan melangkah mendekatinya.

“Jangan dekat-dekat!” seru Ayaka.

“Sttt, jangan berisik sayang. Aku udah terlanjur raba-raba kamu,” katanya.

Rendy menarik Ayaka dan menggendongnya paksa, lalu Rendy membanting Ayaka ke tempat tidur. Rendy membuka celana dan baju, mata Ayaka terbelalak ketika melihat junior Rendy yang gagah dan berotot.

Ayaka hendak melarikan diri, tetapi Rendy mencengkeram tangannya. Rendy melumat bibir Ayaka dan meraba-raba si kembar, Ayaka tidak bisa berkutik hingga beberapa saat.

Rendy melepas ciumannya dan mengangkat kedua kaki Ayaka, lalu Rendy menggesekkan benda tumpul yang membuat Ayaka merasa geli.

“Tenang sayang. Jangan banyak bergerak. Semakin melawan akan semakin sakit,” tutur Rendy.

Rendy memaksa juniornya masuk ke dalam goa yang sangat sempit. Seketika Ayaka menjerit dan berusaha melepaskan benda tumpul yang mulai menjelajah tubuhnya.

“Udahhh.” Ayaka meminta sambil menjerit kesakitan. Namun, Rendy mengabaikan jeritannya dan semakin mempercepat tempo permainannya.

Ayaka menarik napas dan mengembuskannya perlahan. Air mata menetes saat benda tumpul itu masuk semakin dalam.

Ayaka tidak kuat menahannya dan meremas seprei sambil memejamkan mata. Ia enggan menatap Rendy yang kini berada di atas tubuhnya.

Terjebak Gairah Ayah TiriWhere stories live. Discover now