Makan Malam Bersama

477 4 0
                                    

Malam hari pun tiba.
Ayaka dan Rendy tengah siapkan hidangan untuk makan malam bersama Natasya dan Galang. Ayaka sengaja memesan ayam geprek dan es krim kesukaannya supaya Rendy bisa mengobrol dengan Galang karena dia pun sudah berjanji akan membantu Galang mendapat maaf dari Rendy.

“Kamu ngapain sih suruh mereka makan malam di sini? Mereka punya villa, ngapain harus numpang makan di tempat kita?” tanya Rendy gerutu.

“Enggak papa kok. Lagi pula aku mau mengenal Kak Natasya lebih jauh, sepertinya dia dan calon suaminya baik. Mereka berusaha mendapat maaf dari kamu juga,” jawab Ayaka.

Rendy menghela napas, ia tidak dapat berdebat dengan Ayaka sebab Ayaka cukup keras kepala.

“Assalamualaikum.”

Terdengar suara ketukan pintu dari luar. Ayaka bergegas membuka pintu. Tampak Galang dan Natasya yang berdiri di depan pintu, Ayaka mempersilakan mereka masuk dan duduk di meja makan.

“Hai Rendy,” sapa Galang.

Rendy tidak menjawab dan memalingkan wajahnya ke arah lain. Rendy duduk di samping Ayaka, sedangkan Galang duduk di hadapan Rendy juga di sebelah Natasya.

“Maaf ya, lauknya seadanya. Soalnya aku enggak bisa masak,” ungkap Ayaka dengan jujur.

“Iya enggak papa. Maaf ngerepotin ya,” tutur Natasya.

Ayaka mengangguk, lalu memberikan piring kepada Natasya dan Galang. Kemudian mereka menyendok nasi dan mengambil satu porsi ayam, mereka menyantap makanan dengan lahap.

“Ren ... Gue mau ngomong,” kata Galang memecahkan keheningan.

“Ngomong apa?” tanya Rendy.

“Gue minta maaf atas perbuatan gue dulu. Gue khilaf rebut Natasya dari lo dan gue menyesal,” ungkap Galang.

“Belum lebaran. Enggak dimaafin,” sahut Rendy dingin.

“Gue mohon, Ndy. Gue beneran menyesal dan gue mau lo maafin gue,” ucap Galang lagi.

“Bisa diem enggak lo? Atau mulut lo mau gue jahit?” tanya Rendy dengan nada mengancam.

Galang pun membisu. Ia menunduk, tidak berani menatap Rendy. Sedangkan Ayaka merasa tidak enak dengan sikap Rendy kepada Galang.

Terdengar suara jepret dari luar dan tiba-tiba listrik padam. Terdengar suara seretan kayu dari jauh. Rendy langsung menyalakan senter ponsel dan betapa terkejutnya dia saat melihat kakek tua tengah berjalan mendekati mereka. Kakek tua itu membawa sebatang kayu serta pisau di genggaman tangan kirinya. Rendy berdiri tegak dan memusatkan cahaya ke kakek tersebut.

“Mau ngapain lo?” tanya Rendy.

“Kalian harus jadi tumbal!” serunya.

Seketika Ayaka, Galang dan Natasya langsung berdiri. Mereka memandang kakek dengan tubuh bergetar, sedangkan Rendy mengeluarkan senjata api yang selalu dia bawa.

“Berani mendekat gua tembak lo!” ancam Rendy.

Kakek tersebut justru tertawa. Tiba-tiba satu matanya keluar dan mengeluarkan darah dari mata sebelahnya. Rendy terbelalak, spontan dia menembakkan senjata api ke kakek tersebut. Namun, peluru menembus tubuhnya tapi tidak dapat melukai kakek tersebut.

“Hahaha, orang bodoh! Saya sudah mati, tidak mungkin bisa kalian lukai.” Kakek itu tertawa, sedangkan Rendy semakin kesal. Dia merangkul Ayaka dan tidak henti-henti menembakkan peluru ke segala arah.

“Mending kita pergi,” usul Galang.

Galang dan Natasya pun berlari menuju pintu, sedangkan Rendy dan Ayaka mengikuti dari belakang. Mereka berusaha menyentuh gagang pintu, tapi tiba-tiba ada sebuah tangan berukuran sangat panjang menghalangi mereka. Rendy memelintir tangan tersebut dan menembaknya dari jarak dekat. Setelah itu, mereka kembali berlari dan keluar. Rendy mengunci pintu, sedangkan kakek berusaha menarik pintu.

“Kita mau ke mana?” tanya Rendy.

“Ke rumah gue,” jawab Galang.

Mau tak mau Rendy terpaksa ikut Galang. Mereka masuk ke mobil masing-masing dan pergi meninggalkan villa yang Rendy sewa.

“Ternyata benar dugaan aku, villa itu sarangnya pesugihan.” Ayaka kembali mengungkapkan firasatnya pada Rendy.

“Jangan terlalu dipikirin ya, sayang. Mungkin itu cuman kebetulan saja,” ujar Rendy.

Rendy mencoba menenangkan Ayaka, sedangkan Ayaka hanya diam dan melihat pemandangan melalui kaca jendela mobil. Rendy memberhentikan mobil di pekarangan rumah milik Galang dan Natasya.

Setelah itu, Rendy dan Ayaka keluar dan berjalan menuju Galang dan Natasya.

“Untuk sementara waktu kalian tinggal di rumah kita saja,” ujar Galang.

“Terima kasih ya. Kalian baik banget,” ucap Ayaka sambil tersenyum.

“Sama-sama,” jawab Natasya.

“Ayo masuk,” titah Galang.

Galang membuka pintu, lalu mereka masuk ke dalam. Ayaka tercengang melihat isi rumah Natasya dan Galang yang sangat elegan, bahkan tangganya terbuat dari emas.

“Maaf kalo rumah kita enggak sebesar rumah kalian,” tutur Galang.

“Ini besar dan mewah banget,” ungkap Ayaka.

Ayaka melihat sekeliling, sedangkan Rendy hanya diam. Dia terpaksa menumpang di rumah Galang karena mustahil menemukan villa lain dalam waktu dekat.

Terjebak Gairah Ayah TiriWhere stories live. Discover now