Jemputan Paksa

1.8K 13 1
                                    

Bel pulang berbunyi, Ayaka langsung merapikan alat tulis ke dalam tas. Kemudian Ayaka memakai tas dan berjalan menuju keluar.

Ayaka berjalan melewati lapangan yang ramai dengan anak basket yang tengah latihan. Dari kejauhan Ayaka melihat Rehan tengah mengobrol dengan temannya, namun Ayaka membuang muka dan terus berjalan tanpa memedulikan Rehan.

“Itu bukannya pacar lo? Kok tumben dia nggak nyamperin lo?” tanya Gilang—teman Rehan.

Rehan mengangkat bahu, kemudian berjalan menyusul Ayaka yang berjalan menuju pintu gerbang.

“Aya!” panggil Rehan tetapi Ayaka pura-pura tidak mendengar.

“Kamu kenapa?” tanya Rehan mencoba menjajarkan posisinya dengan Ayaka.

Ayaka tetap diam, lalu memfokuskan tatapannya ke ponsel yang tengah ia genggam. Ayaka enggak merusak hubungan Rehan dengan bundanya dan ia ikhlas jika Rehan berjodoh dengan Raina karena sampai kapan pun, ia tidak mampu menyaingi Raina yang berstatus sebagai anak pejabat.

“Ay, kamu kenapa? Masih marah gara-gara semalam?” Rehan mencengkeram tangan Ayaka, kemudian berdiri di hadapannya.

“Kita putus! Aku udah nggak cinta sama kamu,” ucap Ayaka tanpa menatap Rehan sedikit pun.

“Kamu bohong! Ini semua pasti karena masalah perjodohan,” kata Rehan tidak percaya.

Ayaka menghela napas, lalu menatap Rehan sejenak. “Keras kepala banget. Udah dibilang gue enggak cinta sama lo, selama ini gue cuman kasihan sama lo karena lo rela ngelakuin apa pun buat gue. Tapi sekarang gue udah nemuin pengganti yang jauh lebih ganteng dan baik daripada lo,” ucap Ayaka lalu tersenyum sinis.

“Siapa?” tanya Rehan.

“Rahasia,” jawab Ayaka.

Ayaka menepis tangan Rehan, kemudian berlari menuju gerbang. Ayaka hendak menyebrang, namun tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di depan Ayaka dan mobil itu terlihat begitu familier untuk Ayaka.

Pintu mobil terbuka dan keluar seorang pria mengenakan jas berwarna hitam. Pria itu berjalan menghampiri Ayaka sembari menampilkan senyuman di bibirnya.

“Ngapain lo ke sini?” tanya Ayaka dengan suara tinggi.

“Saya mau jemput anak saya,” jawabnya santai.

“Anak? Sejak kapan gue jadi anak lo?” Ayaka kembali bertanya, ia tidak sudi menganggap Rendy sebagai Ayah.

“Sejak menikah dengan Ibumu,” jawab Rendy.

Rendy meraih tangan Ayaka dan hendak menggenggamnya, tetapi Ayaka menepis tangan Rendy dan menjauh darinya.

“Jangan sentuh-sentuh! Lo bukan muhrim gue!” tegas Ayaka.

“Jangan galak-galak sayang. Nanti kamu jatuh cinta sama aku,” jawab Rendy dengan suara menggoda.

“Amit-amit gue suka sama lo,” ketus Ayaka seraya menggelengkan kepala.

Rendy sama sekali tidak tersinggung dengan ucapan Ayaka, justru Rendy terkekeh setelah mendengarnya dan ia semakin tertantang untuk mendapatkan cinta Ayaka.

“Ngapain lo ke sini?” tanya Rehan yang muncul dari arah belakang.

“Mau jemput calon istri gue,” jawab Rendy terang-terangan.

“Calon istri? Gila lo! Ayaka itu anak lo. Nggak mungkin bisa jadi istri lo,” celetuk Rehan.

Rehan berdiri di hadapan Rendy, lalu keduanya beradu tatapan membuat Ayaka yang berada di antara mereka menjadi kebingungan.

“Anak bau kencur kayak lo nggak mungkin bisa kalahin Rendy Yokohama! Bapak lo aja bisa gue bunuh, apalagi anaknya.” Rendy tersenyum seringai, lalu mendorong Rehan hingga tersungkur ke tanah.

Setelah itu, Rendy menarik Ayaka dan membawanya secara paksa. Rendy membuka pintu mobil dan memaksa Ayaka untuk masuk ke dalam.

“Cepat masuk!” titah Rendy.

“Enggak mau!” seru Ayaka.

Tanpa basa-basi, Rendy menggendong Ayaka dan memasukkannya ke dalam mobil secara paksa. Rendy menutup pintu, lalu masuk ke dalam.

Setelah itu, Rendy menancapkan pegas dan menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Terjebak Gairah Ayah TiriWhere stories live. Discover now