Dendam Keluarga

1K 6 0
                                    

Rehan berdiri di depan pintu masuk pemakaman. Ia sengaja menunggu di luar karena malas bertemu Rendy. Rehan mencoba menghubungi Ayaka, tapi operator yang menjawabnya.

“Ayaka ke mana? Kok belum keluar juga?” batin Rehan.

Rehan mondar-mandir. Ia cemas dengan kondisi Ayaka karena Ayaka sangat menyayangi Ibunya dan kepergian mendadak pasti membuat Ayaka terpukul dan rapuh.

“Loh, Rehan ... Kamu ngapain di sini?” tanya Lisa seraya mendekati Rehan.

“Saya mau jenguk Ayaka,” jawab Rehan sedikit gugup.

“Oh, Ayaka udah pulang sama Rendy.”

“Ha? Sama Rendy?” Rehan terkejut. Nada bicaranya meninggi membuat Lisa melontarkan tatapan heran.

“Kenapa?” Lisa bertanya balik.

“Enggak papa,” jawab Rehan.

Rehan mencoba mengukir senyuman meskipun sekujur tubuhnya berkeringat dingin. Tatapan tajam yang Lisa berikan mampu melumpuhkan keberanian Rehan karena keluarganya adalah musuh bebuyutan keluarga Yokohama.

“Kalo tidak ada yang mau dibicarakan lagi, saya pergi.” Lisa berkata dingin, kemudian ia melangkah melewati Rehan bersama para pengawalnya yang mengikuti dari belakang.

“Tante ... Saya boleh ikut?” Pertanyaan Rehan membuat langkah Lisa terhenti. Lisa berbalik dan memandang Rehan dengan tajam.

“Silakan,” jawabnya. Aura ketus tetap terpancar dari wajahnya. Sementara Rehan tidak peduli dengan tatapan Lisa terhadapnya. Ia mencemaskan Ayaka dan dia ingin memastikan Ayaka baik-baik saja di rumah.

Rehan mengikuti Lisa beserta keluarganya dari belakang. Ia tidak berani menjajarkan posisi mereka.

“Ngapain kamu ngikutin kami?” tanya seorang pria dari belakang. Spontan Rehan menoleh dan melihat Yokohama berada di belakangnya.

“Saya mau lihat Ayaka,” jawab Rehan. Ia kembali bergetar kala menatap mata elang milik Yokohama.

“Kamu tahu kalau Ayaka adalah cucu saya?” tanyanya.

Rehan mengangguk kecil.

“Lalu kenapa kamu dekati Ayaka? Kamu tahu apa konsekuensi yang akan kamu dapatkan jika berurusan dengan keluarga saya?” tanyanya.

Yokohama melangkah mendekati Rehan, sedangkan Rehan hanya diam sambil tertunduk patuh. Ia tidak mungkin melawan Yokohama karena dia hanya bocah kemarin sore.

“Jauhi cucu saya atau kamu akan bernasib sama seperti mendiang Ayahmu,” ancam Yokohama seraya berbisik di telinga Rehan.

Yokohama menubruk Rehan, lalu berjalan meninggalkan Rehan. Sementara Rehan diam dan memandang Yokohama dari jauh.

“Anda tidak bisa ikut campur dalam masalah Ayaka! Anda hanya kakek tirinya dan kalian tidak berhak mengatur kebahagiaan Ayaka!” seru Rehan dengan sedikit berteriak.

Langkah Yokohama terhenti, ia berbalik dan menatap Rehan sambil mengukir senyuman sinis.

“Nyali kamu sangat besar. Persis seperti mendiang Ayahmu,” katanya.

Rehan dan Yokohama saling melontarkan pandangan. Tangan Rehan mengepal keras, sedangkan Yokohama terlihat santai menghadapi Rehan yang tersulut emosi.

“Emosi kamu masih belum stabil. Lebih baik kamu atur strategi untuk mengalahkan saya karena saya tidak mau menjadi pembunuh lagi,” ujar Yokohama sambil tersenyum licik.

Yokohama berbalik dan berjalan menuju mobilnya, Rehan berlari dan mengambil ancang-ancang.

BRUK!
Rehan berhasil menendang punggung Yokohama. Seketika Yokohama tersungkur dan jatuh ke tanah.

“Berani juga kamu melawan saya,” ucap Yokohama sambil mengelap darah yang mengalir dari bibirnya.

Yokohama kembali bangkit. Ia berdiri berhadapan dengan Rehan. Tanpa ancang-ancang, Yokohama memberi satu pukulan di wajah Rehan.

Rehan memegang hidungnya yang mengeluarkan darah. “Cuman segini kemampuan lo?” tanya Rehan.

Rehan tersenyum sumringah, ekspresi wajahnya seolah mencemooh kemampuan Yokohama.

“Anak kurang ajar!” seru Yokohama.

Yokohama kembali melayangkan pukulan. Namun, kali ini Rehan menangkis pukulannya. Rehan membalas serangan Yokohama dengan memelintir tangannya, lalu menendang perutnya.

“Lo harus mati!” teriak Rehan.

Rehan kembali menendang leher Yokohama dan membanting tubuhnya hingga terkapar di tanah. Yokohama tidak bisa berkutik di hadapan Rehan, bahkan kedua tangannya diinjak oleh Rehan.

“Kalo lo berani sakiti Ayaka, lo dan keluarga lo akan berurusan sama Rehan Nugroho!” tegas Rehan.

Rehan menginjak perut Yokohama hingga mulutnya mengeluarkan darah. Setelah itu, Rehan pergi dan masuk ke dalam mobilnya tanpa menolong Yokohama sedikit pun.

Rehan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia menyalip semua kendaraan hingga sampai di depan gerbang rumahnya.

Mobilnya memasuki pekarangan rumah, lalu Rehan memberhentikan mobil dan keluar dari dalam. Rehan berjalan memasuki rumahnya. Namun, tiba-tiba Bunda berdiri di depan pintu dan menghalangi Rehan yang hendak masuk ke dalam.

“Bunda ngapain berdiri di sini? Mau cosplay jadi patung Jakarta?” tanya Rehan mencoba bergurau.

“Kamu dari mana?” tanya Bunda dingin. Tatapan matanya begitu tajam membuat bulu kuduk Rehan berdiri.

“Rehan dari rumah teman,” jawab Rehan bohong.

“Bohong! Kamu pasti habis ke pemakaman Ibunya Ayaka, kan? Kamu pasti temuin mereka, kan?” tanya Bunda sewot.

“Kalo Bunda tahu, kenapa nanya? Rehan capek, Bunda. Rehan mau istirahat,” tutur Rehan.

Rehan hendak menerobos ke dalam. Namun, Bunda mencengkeram erat tangan Rehan.

“Kamu jauhi Ayaka! Sampai kapan pun Bunda tidak merestui hubungan kalian!” seru Bunda.

Rehan menghela napas, ia menepis tangan Bundanya dan masuk ke dalam. Rehan berlari menaiki anak tangga karena malas berdebat dengan Bunda yang begitu membenci Ayaka.

Terjebak Gairah Ayah TiriWhere stories live. Discover now