Timbul Rasa

714 8 0
                                    

“Bangun Ayaka .....”

Rendy mengusap pipi Ayaka yang terbaring di tempat tidur. Ayaka tidak kunjung sadar meskipun dokter sudah memeriksa kondisinya.

“Jangan tinggalin aku,” ucap Rendy.

Rendy menggenggam jari-jemari Ayaka, lalu menciumnya. Rendy menunduk dan menatap Ayaka dengan wajah sendu.

Tiba-tiba tangan Ayaka bergerak dan perlahan Ayaka membuka mata. Ia menatap Rendy dengan nanar.

“Aku di mana?” tanya Ayaka.

“Kamu di rumah,” jawab Rendy.

“Apa yang terjadi sama aku?” Ayaka kembali bertanya. Kepalanya masih terasa pusing dan penglihatannya belum pulih seutuhnya.

“Ada tiga cewek yang kunciin kamu di gudang sekolah. Terus mereka juga bully kamu,” jawab Rendy menceritakan ulang kejadian yang dia lihat melalui rekaman CCTV.

“Raina dan teman-temannya?” tanya Ayaka mencoba mengingat kejadian yang dia alami tadi siang.

“Enggak tau,” jawab Rendy.

Ayaka terdiam, dan menatap kosong sudut ruangan. Entah kenapa hatinya ragu untuk melanjutkan hubungan dengan Rehan karena kehadiran Raina yang terus mengusik hidupnya.

“Kamu kenapa? Kamu ada masalah sama mereka?” tanya Rendy membuyarkan lamunan Ayaka.

“Salah satu dari ketiga cewek yang bully aku bernama Raina. Dia benci aku karena aku pacaran sama Rehan,” ungkap jujur Ayaka.

“Jadi ini semua gara-gara Rehan? Enggak bisa dibiarin! Aku harus kasih pelajaran ke mereka!” seru Rendy dengan emosi meledak-ledak.

“Jangan emosi! Kalo hadapi orang kayak Raina, kita harus pakai cara halus. Orang kayak dia gak mempan dengan ancaman,” ujar Ayaka mencoba menenangkan Rendy.

“Terus kamu mau diam aja di bully sama dia? Dia membahayakan nyawa kamu loh dan kalo aku gak temuin, kamu udah mati,” kata Rendy.

“Iya aku tahu. Tapi masih ada cara lain, kan? Gak harus pakai kekerasan. Cukup laporkan mereka ke pihak komite sekolah pasti mereka akan kena hukuman,” tutur Ayaka.

Rendy dan Ayaka pun terdiam. Mereka saling tatap selama beberapa saat, tiba-tiba ponsel Ayaka berbunyi dan keheningan di antara mereka.

“Dari siapa?” tanya Rendy.

“Dari operator,” jawab Ayaka.

Ayaka kembali meletakkan ponsel dan berbaring telentang. Rasanya ia sedikit lega karena masih selamat meskipun dia tidak menyangka jika Rendy yang menyelamatkannya. Ia pikir Rehan akan mencarinya seperti di sinetron yang dia tonton. Namun, Rehan justru pulang dan tidak mencari dirinya sama sekali.

“Kenapa kamu peduli sama aku? Seharusnya kamu biarin aja aku mati dalam gudang biar aku susul Ibu,” tutur Ayaka dengan lirih.

“Karena aku cinta sama kamu. Aku enggak mau wanita yang aku cintai terluka,” sahut Rendy.

Rendy membaringkan tubuhnya di samping Ayaka. Mereka melihat ke langit-langit kamar yang kosong seperti hidup mereka.

“Kamu ngerasa nggak sih? Kalo Tuhan sengaja pertemukan kita supaya kita bisa saling mengasihi. Tuhan tahu kalo hidup kita sama-sama hampa, makanya dia kirim kamu di hidup aku.”

Rendy berkata sambil melirik Ayaka yang fokus melihat langit-langit kamar. Ayaka menghela napas, lalu membalas tatapan Rendy.

“Entah, aku juga enggak tahu. Tapi di balik itu semua, aku merasa bersyukur karena punya keluarga baru yang sayang sama aku. Meskipun Ibu udah meninggal tapi kehadiran Nenek, Kakek, dan kamu sangat berharga dalam hidupku.”

“Boleh enggak? Kalo aku minta lebih dari sekadar anak dan Ayah tiri?” tanya Rendy.

“Hmmm .... Nggak tahu. Kita lihat nanti ya,” jawab Ayaka.

Ayaka kembali menatap langit-langit kamar dan tidak lama, matanya pun terpejam. Ayaka kembali tertidur, sedangkan Rendy memilih tetap di samping Ayaka dan menatap kecantikan Ayaka dari dekat.

“Aku tidak minta sembuh, Tuhan. Aku cuman minta dia jadi cinta terakhirku,” gumam Rendy.

Rendy membelai wajah Ayaka, kemudian memeluk tubuhnya. Rendy memejamkan mata dan ikut tidur. Rendy sengaja tidak melepaskan pelukannya karena dia tidak mau bidadari kecilnya diambil orang.

Terjebak Gairah Ayah TiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang