Pulang Ke Indonesia

247 3 1
                                    

Keesokan hari.
Ayaka dan Rendy tengah mengemas barang, mereka akan pulang ke Indonesia karena Yokohama harus mengurus perusahaan di negara lain.

Setelah semua barang-barang dimasukkan, Rendy membawa dua koper dibantu oleh staff hotel. Ayaka berjalan beriringan dengan Rendy dan dia hanya membawa tas selempang kecil demi menjaga kandungannya.

Rendy memasukkan koper ke bagasi dibantu oleh sopir yang mengantarnya ke hotel. Hari ini mobil tersebut akan kembali ke sopir karena Rendy takkan pernah mengunjungi negara ini lagi.

Rendy dan Ayaka duduk di belakang. Mereka melihat pemandangan Jepang sepanjang perjalanan menuju bandara. Rasanya Ayaka tidak mau meninggalkan negara yang sangat bersih ini, tapi dia juga tak mungkin membiarkan Rendy pulang sendiri ke Indonesia.

"Kapan-kapan kita ke Jepang lagi ya? Ajak anak-anak kita," tutur Ayaka.

"Kalo kita masih diberikan kesempatan," balas Rendy.

Rendy selfie dengan Ayaka, mengabadikan kenangan mereka dalam foto yang akan dia cetak. Perjalanan terasa begitu singkat hingga tanpa mereka sadar sudah sampai di bandara.

Rendy dan Ayaka keluar mobil, lalu menyeret koper mereka yang sudah dikeluarkan oleh sopir.

Sopir hormat pada Rendy, lalu dia meninggalkan Rendy dan Ayaka yang berdiri di lobi bandara.

"Ayo, kita pulang."

Rendy menggenggam tangan Ayaka, berjalan memasuki bandara dan mengantre untuk memeriksa password. Setengah jam kemudian, Rendy dan Ayaka sudah ada di pesawat. Mereka duduk sesuai nomor tiket pesawat dan kali ini Ayaka sudah bisa memasang sabuk pengaman sendiri.

Ayaka duduk di samping jendela, matanya tertuju pada pesawat lain yang lepas landas. Tak berselang lama, pesawatnya pun lepas landas.

Ayaka melihat roda pesawat yang perlahan melambung tinggi hingga ke atas awan. Terlihat beberapa awan berwarna cerah tapi tak jauh dari sana, tepatnya dibagian timur—awan berwarna gelap menandakan hujan akan mengguyur kawasan tersebut.

"Kamu ngeliatin apa? Sampai aku dicuekin," tanya Rendy penasaran.

"Aku lihat awan yang secerah kehidupan aku setelah bertemu denganmu," jawab Ayaka.

Ayaka menoleh sejenak, lalu kembali memandang luar.

"Sayang," panggil Rendy.

"Kenapa?" tanya Ayaka.

"Kalo misalnya aku meninggal gimana? Kamu mau nunggu aku hingga akhir hayat atau menikah lagi?" tanya Rendy.

"Aku meninggal juga," jawab Ayaka.

"Kenapa gitu? Nanti anak kita sama siapa?" tanya Rendy.

"Aku nggak bisa hidup tanpa kamu. Hidup aku kembali gelap saat kamu tidak ada jadi lebih baik aku menyusul kamu ke akhirat," jawab Ayaka.

Rendy menelan saliva, ia semakin tidak yakin menceritakan rahasianya. Padahal sebelumnya dia berpikir kalau ini waktunya bercerita tentang penyakit yang sudah lama dia derita.

"Aku perhatikan akhir-akhir ini kamu selalu bahas kematian. Ada sesuatu yang kamu sembunyikan dari aku?" tanya Ayaka.

"Enggak ada," jawab bohong Rendy.

"Kalo enggak ada kenapa bahasnya kayak gitu terus? Seram tau enggak!" protes Ayaka.

"Aku minta maaf," ucap Rendy.

Rendy menunduk pasrah. Ia tidak mau Ayaka sedih setelah mengetahui penyakitnya yang kemungkinan besar akan memisahkan cinta mereka. Selama ini dia sudah berjuang terlalu lama tapi naasnya Tuhan justru membiarkan dia jatuh cinta kepada wanita sehat yang kemungkinan hidup lebih lama.

"Maafin aku, Ayaka. Aku egois karena memaksamu menikah denganku tapi aku juga ingin menghabiskan sisa umurku bersama istri tercinta dan merasakan jadi seorang Ayah."

Rendy berkata dalam hati. Ia tidak sanggup mengutarakan semuanya karena takut merusak keceriaan Ayaka. Namun, cepat atau lambat Ayaka pasti tahu dan dia siap diceraikan Ayaka.

Beberapa jam kemudian.
Ayaka dan Rendy sudah sampai di bandara Soekarno-Hatta. Mereka bergegas pulang karena Yokohama dan Lisa akan pergi hari ini.

"Gimana bulan madunya?" tanya Lisa yang muncul tiba-tiba.

"Bunda!" Ayaka berlari mendekati Lisa, kemudian memeluknya.

"Ayaka senang banget karena Kak Ren belikan semua kesukaan Ayaka," jawab Ayaka penuh antusias.

"Syukurlah. Gimana rahim kamu? Sudah isi atau belum?" tanya Lisa.

"Sudah," jawab Rendy.

"Kamu serius?" tanya Yokohama menampilkan wajah tidak percaya.

"Ngapain bohong? Kemarin aku cek ke dokter di rumah sakit kita dan katanya Ayaka lagi hamil," ungkap Rendy.

"Alhamdulillah," ucap syukur Yokohama dan Lisa bersamaan.

Lisa mengusap perut Ayaka dan menangis bahagia.

"Jaga baik-baik ya, Nak. Dia adalah satu-satunya pewaris keluarga Yokohama," ucap Lisa.

"Iya, Bunda." Ayaka tersenyum simpul.

"Ya sudah, Bunda dan Ayah pergi dulu. Kalian jaga diri dan jangan keluar malam tanpa ditemani pengawal!" tegas Yokohama.

Rendy dan Ayaka berpamitan, kemudian mereka meninggalkan bandara dan masuk ke mobil. Mereka ingin secepatnya berbaring di kasur karena menempuh perjalanan berjam-jam membuat pinggang mereka terutama Rendy encok.

Terjebak Gairah Ayah TiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang