PROLOG

4.5K 485 128
                                    

Naskah LEFTOVERS LADY sudah TAMAT di KARYAKARSA

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Naskah LEFTOVERS LADY sudah TAMAT di KARYAKARSA. Sebagai gantinya saya memulai menulis tentang Mas Gempar yang memiliki kepribadian hangat.

Saya sebenarnya tidak ingin membuat series setelah Mas Garin dan Mbak Gia. Tapi Mas Gempar itu...sesuatu. Saya bismillah saja semoga masih ada yang setia membaca.

Selamat membaca teman-teman ♥️

*

Ting...

Entah mengapa kebanyakan kedai kopi memakai penanda lonceng kecil di atas pintu. Begitu juga dengan kedai kopi Tom's di sudut jalan 5th Avenue. Suara khas nya memberi tanda bahwa seseorang atau beberapa orang masuk ke kedai.

”Selamat datang...”

Suara khas pemilik kedai yang dipastikan sudah dihafal oleh para pelanggan, menyapa ramah. Nyonya Tom lain daripada yang lain di sepanjang jalan itu. Atau bahkan di seantero Richmond. Wanita itu terlalu ramah untuk ukuran penduduk Amerika yang rata-rata tak acuh dan fokus dengan urusan masing-masing.

Pertengahan musim gugur yang sudah membawa angin dingin terus berlangsung. Orang-orang merapatkan pakaian mereka dan duduk menikmati sarapan di kedai kopi dan sarapan Tom's itu.

”Menu anda Tuan Pramoedya.”

Gempar Merapi Pramoedya tertawa pelan dan menerima daftar menu yang selalu baru yang diulurkan oleh Nyonya Tom.

”Terima kasih, Nyonya.”

Gelak tawa wanita tua dengan apron di depannya menularkan rasa hangat di hati Gempar. Gempar memilih menu dengan cepat. ”Hari ini kopi hitam dengan dua potong tuna sandwich, please.”

”Segera.”

Gempar mengangguk dan mulai menggulung lengan kemejanya. Dia juga memastikan memakai dasi dengan benar.

"Ooh...” Gempar mendesis lirih dan meniupkan udara perlahan dari mulutnya. Perasaan melankolis menyelusup cepat hanya karena selembar dasi yang dipakainya sekarang. Benda itu mengingatkannya pada sosok ibunya, Raden Ayu Dian Agni Pangestika. Wanita yang selalu membantunya dengan dasi, karena dia yang selalu kesulitan memakainya dengan benar. Atau adik angkatnya Andi yang membantunya sambil bersumpah dia tidak akan menikah sebelum melihat Mas nya pandai memakai dasi sendiri.

"Sarapan mu, Nak.”

Gempar mendongak dan tersenyum. Dia menerima secangkir kopi panas dan sepiring tuna sandwich yang diulurkan wanita itu. ”Terima kasih Diane.”

”Selamat menikmati.”

Gempar mengangguk dan Nyonya Tom yang memiliki nama gadis Diane itu berlalu. Dia segera menikmati sarapannya. Benar-benar menikmatinya setelah meraih selembar koran Virginia Post. Sambil membaca beberapa artikel dan headline news, Gempar terlihat tidak terburu-buru.

Namun, tidak ada yang bisa menyangkal bahwa ukuran ketidaktergesaan seorang Gempar Merapi Pramoedya jelas tidak sama dengan orang lain. Nyatanya, walau terlihat sedikit santai dengan sarapannya, dia menyelesaikannya dengan tepat waktu sesuai dengan jurnal hariannya.

GEMPAR AND THE COFFEE THEORY Where stories live. Discover now