Bagian 1. Pukulan Dua Puluh Lima Kali di Bokong

1.8K 403 65
                                    

"Bagian paling membosankan dari pekerjaan kita adalah menunggu seperti ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Bagian paling membosankan dari pekerjaan kita adalah menunggu seperti ini."

Gempar mengangguk mendengar perkataan Mark Young. Dia beringsut sedikit membetulkan posisi duduknya. Jok mobil kantor mereka berderit pelan. Postur tubuh keduanya yang tinggi membuat mereka sedikit kesusahan dengan mobil sedan standar tempat mereka bekerja itu.

 Postur tubuh keduanya yang tinggi membuat mereka sedikit kesusahan dengan mobil sedan standar tempat mereka bekerja itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gempar meraih teropong dan mengamati sebuah rumah di seberang jalan. "Bagian terburuk dari terdamparnya kita di negeri ini adalah sikap rasis oknum penduduk terhadap kita orang Asia."

"Ooh! Aku mengalaminya waktu makan di sebuah restoran cepat saji. Wah...itu cukup mengganggu karena mereka sangat terang-terangan."

Gempar mengangguk. "Seseorang bertanya padaku apakah aku China." Gempar tertawa sumbang mengingat kejadian yang pernah mereka alami.

"Dan dari siapa kau mendapatkan wajah seperti itu wahai anak muda?"

Gempar tertawa. Mereka bahkan seumuran dan hanya berbeda 3 bulan saja. Tapi, tetap saja, Mark Young merasa bahwa dengan dia lebih tua 3 bulan, dia adalah kakak dalam hubungan pertemanan mereka. Tak jarang, pria itu menganggapnya benar-benar adik kecil yang harus dijaga dengan baik dan hati-hati.

"Kau tahu ibuku. Dia sangat cantik." Gempar tersenyum. Bayangan ibunya dengan hijab berkelebat. Ibunya yang menua dengan alami dengan kecantikan yang tetap melekat walaupun keriput di sudut mata sudah kentara. Juga wanita itu yang tidak pernah meributkan masalah uban di kepalanya.

"Aaah...kau benar. Ibumu memiliki wajah oriental yang tegas. Bahkan lebih dibanding ibuku yang orang Korea asli."

"Setiap ibu sangat istimewa bukan?"

"Begitulah. Dan masih akan sangat lama untuk menjumpai mereka."

Gempar mengangguk menyetujui apa yang diucapkan oleh Mark. Mereka memang tidak bisa sembarangan mendapatkan cuti. Bahkan di hari-hari libur, terkadang tugas menghadang mereka.

"Kita harus menahan diri dan menua di sini tanpa bisa bersenang-senang demi cita-cita. Hahahaha..." Mark Young tertawa lepas. "Bagaimana dengan kekasih? Cukup melegakan bukan tidak meninggalkan seorang perempuan dan menjalani sebuah hubungan jarak jauh?"

GEMPAR AND THE COFFEE THEORY Where stories live. Discover now