Bagian 3. Musim Gugur yang Membawa Angin Dingin

1.4K 355 90
                                    

Tolong dibantu ananda Arrasid ya teman-teman

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Tolong dibantu ananda Arrasid ya teman-teman. Mereka tidak bisa hanya mengandalkan bantuan dari kitabisa.com karena untuk kebutuhan sehari-hari saja mereka kesulitan. Ayah ananda Arrasid ini pengemudi ojek online sedang ibunya adalah ibu rumah tangga dengan anak batita. Terbayang lah.

Mari bantu mereka dengan nominal terkecil yang bisa ditransfer. Semoga Allah membalas nya dengan pintu-pintu rejeki yang terbuka dari segala arah. Aamiin.

[ BCA 6281263649 a/n NIKEN ARUM DHATI ]

Terima kasih yang sudah membantu modal percaya. InShaAllah sedikit maupun banyak segera disalurkan setiap hari. Bismillah. Bantu doa juga ya teman-teman.

Selamat membaca dan memulai hari. Semoga hari kalian menyenangkan ♥️

*

”Kau mau diturunkan di mana?”

”Heh? Kita bahkan belum masuk dalam kota Tuan Pramoedya.”

Gempar menarik napas panjang dan tetap fokus menyetir. Dari kaca spion bagian dalam dia melihat paper bag berisi makan malamnya yang dipindahkan Brielle ke jok belakang.

”Aku tidak mengenal mereka.” Tiba-tiba saja Brielle menoleh ke arah Gempar dan menggoyang bahu pemuda itu.

”Kau tidak perlu memberikan penjelasan apapun. Aku tidak mau ikut campur.”

Terdengar helaan napas Brielle. ”Tidak mau ikut campur tapi kau mengikuti aku sampai nyaris tiga puluh menit perjalanan.”

”Itu karena memang tidak seharusnya seseorang diam saja ketika melihat sesuatu yang tidak beres.”

"...”

”Apalagi ketika itu seorang wanita.” Gempar meneruskan kata-katanya dan menambah kecepatan mobilnya. Mereka melaju ke dalam kota melalui sisi jalan lain dengan lalu lalang kendaraan yang sangat jarang. Tentu saja, siapapun bisa dengan cepat mengambil kesimpulan. Area Maymont berisi tempat-tempat private bahkan beberapa tertutup untuk umum jadi tidak semua orang bisa masuk ke sana. Apalagi di sisi terjauh area itu, hingga tidak banyaknya kendaraan yang berlalu lalang di jalan tidak mengherankan.

For your information saja dan kau harus mengingatnya dengan baik. Aku tidak mengenal mereka. Kau bisa melihat kan? Mereka orang-orang kaya dan siapa aku ini? Cuma anak sekolah menengah atas yang biasa saja.”

Gempar membisu. Dia sesungguhnya benar-benar berpikir bahwa dia akan diam saja. Jelas urusan gadis itu bukan urusannya. Insting bahaya di depan mata yang membuatnya sampai mengikuti mobil yang membawa gadis itu. Dan saat semua baik-baik saja, gadis itu tidak perlu memberikan penjelasan apapun.

”Aaaa...ini benar-benar menyebalkan! Aaa...”

Gempar beringsut dengan menjauhkan bahunya ke samping menghindari Brielle yang tiba-tiba mengulurkan tangan hendak memukul pundaknya.

GEMPAR AND THE COFFEE THEORY Donde viven las historias. Descúbrelo ahora