Bagian 38. LAKI-LAKI YANG TERLUKA

1K 298 53
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bismillahirrahmanirrahim.

Kehilangan harta untuk mempertahankan sebuah nyawa itu ternyata rasanya los sekali teman-teman. Tidak ada rasa menyesal atau merasa rugi selain hanya pikiran dengan berkurangnya harta benda saya di dunia, maka semakin memperkecil hisab saya di akhirat kelak.

Dulu, beberapa bulan lalu saya adalah seseorang yang tidak takut dengan kematian. Tapi sekarang, saya begitu takut akan akhir narasi saya di dunia ini. Saya takut meninggalkan hutang yang belum terbayar, lalu akan seperti apa perjalanan saya nanti?

Saya masih menyisakan 13 juta enam puluh ribu rupiah sebagai tunggakan di luar tunggakan biaya ruang ICU dan tindakan medis yang sudah diambil. Kalau dibilang lelah ya lelah teman-teman. Tapi harus bagaimana? Sudah sejauh ini, mengeluh juga sangat memalukan. Malu mengeluh sementara Allah sudah memudahkan jalan kami selama ini.

Benar kenyataannya, saya hanya menyisakan cincin kawin di jari manis saya. Allah pertahankan mungkin sebagai penguat antara saya dengan Mas suami. Kami dua kepala dengan pemahaman yang sama kalau sudah urusan anak-anak asuh dan ananda Arrasid ini. Alhamdulillah.

13.060.000 lagi teman-teman dan semua pintu kolega rasanya sudah saya ketuk semua. Mungkin seperti yang lalu-lalu, saya harus berharap pada uluran tangan kalian semua. Bantu kami ya teman-teman [ 6281263649 BCA a/n NIKEN ARUM DHATI ]

Dan Mbak Atun Wasilatun dirimu pasti membaca ini kan Mbak? Mau ya Mbak tolong saya sebisa dirimu. Bantu suya mengangkat semua ini. Saya berharap banyak padamu Mbak😭🙏

Sebanyak apapun, materi dan doa yang teman-teman semua berikan pada kami, semoga Allah membalasnya dengan sebaik-baiknya balasan, dan menjadikan sisa umur kita adalah umur yang barokah. Aamin allahuma aamiin.

Selamat membaca teman-teman ♥️

*

Sebuah kenyataan yang pada akhirnya memberikan tamparan keras pada Gempar.

Menutup mata pada kondisi Dian Hanifah jelas tidak manusiawi. Bagaimanapun, dia pernah sangat mencintai wanita itu. Pernah berjalan bersama dalam waktu yang cukup lama. Pernah memiliki impian yang sama di masa lalu. Perpisahan memang tidak terelakkan. Semua terjadi tiba-tiba bahkan Gempar tidak memiliki kesempatan untuk berjuang saat itu. Semua sirna begitu saja seperti kilat yang turun dari langit dan menghilang di permukaan tanah.

Semua orang berpikir bahwa segalanya baik-baik saja. Tidak ada kabar apapun yang penting. Bahkan ketika kabar itu datang, terlihat seperti sebuah kebaikan dan kebahagiaan. Seperti saat Mbak Kiko mengatakan dia secara tidak sengaja bertemu Dian di beberapa kesempatan. Saling bertegur sapa dan menanyakan kabar. Dan semua terlihat baik-baik saja dari sudut pandang kakaknya itu.

Tapi, dalam nya hati siapa yang tahu. Kalau diingat lagi jauh ke belakang, beberapa kali pertemuan dengan Dian Hanifah terjadi di rumah sakit saat Mbak Kiko kebetulan mengunjungi Mas Ankaa.

GEMPAR AND THE COFFEE THEORY Where stories live. Discover now