Bagian 52. CULIKO

1.1K 325 43
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bismillahirrahmanirrahim.

Besok, dokter akan membuat saluran BAB untuk Arrasid. Doakan agar lancar ya. Dan mari perbanyak bersyukur yang BAB lancar, buang angin bisa jadi bahan bercandaan, dan tolong...jangan pernah menahan-nahan buang air kecil. Begitu terasa, langsung laksanakan. Kenapa? Karena saya berdoa kalian semua pembaca setia sehat selalu. Cukup saya menjadi saksi hidup seorang anak yang bahkan ingin buang angin pun harus menangis. Tidak bisa buang air kecil sampai kaki bengkak semua. Buang air besar pun harus melalui saluran yang tidak semestinya.

Teman-teman, saya sudah berusaha sebisa saya. Dan saya belum akan menyerah. Tolong bantu kami ya teman-teman. Biarpun merangkak sedikit demi sedikit, hasil menulis dari Karyakarsa akan saya pergunakan untuk menutup tunggakan [ setelah potong pajak platform dan zakat penghasilan saya ]

Tolong tetap bantu kami menutup biaya yang menunggak. Kami menyisakan 28.300.000 lagi.
[ 6281263649 BCA a/n NIKEN ARUM DHATI ]

Dan doakan saya lancar menutup biaya ICU yang terus berjalan.

Tolong. Maaf saya menyusahkan kalian.

Dan Mbak Atun Wasilatun saya khawatir Mbak 😭

Selamat membaca teman-teman ♥️

*

"Sebenarnya untuk apa kamu berlama-lama di sini?"

Pertanyaan itu terasa cukup menyakitkan untuk didengar karena nadanya yang menyudutkan. Brielle berbalik dan menatap Dian Hanifah yang masuk ke ruang makan.

"Kamu pasti bocah bermasalah ya di negaramu?"

Brielle menyuapkan sarapannya dan mencoba membiarkan Dian dengan semua pertanyaannya. Wanita yang sekarang duduk di sampingnya, di kursi yang biasa diduduki oleh Mas Gempar, menatapnya dengan pandangan menyelidik.

"Aah...anak orang kaya yang sedang mencari jati diri? Pemberontak kecil. Atau pembangkang? Kambing hitam dalam keluarga? Sungguh...Mas Gempar jauh-jauh ke Amerika hanya untuk menemukan yang seperti itu?"

Brielle mengunyah makanannya dengan tenang dan terus mengabaikan Dian yang nyerocos. Wanita itu, hanya berhenti ketika seorang abdi dalem wanita mengantarkan satu jar jus jeruk dan meletakkannya di meja. Yang segera disambar oleh Dian dan wanita itu menuangkannya ke sebuah gelas tinggi. Brielle melirik sekilas saat Dian menenggak jus nya hingga tandas seakan-akan wanita itu tengah kehausan.

"Atau kamu sengaja dibuang..."

"...Mbak Dian. Ada mesin pencarian bernama Google di zaman kita ini. Mbak bisa mencari di sana daripada menebak-nebak seperti ini."

Dian menelengkan kepala dan menatap Brielle yang tak acuh melanjutkan makannya.

"Oh! Apa kamu bermaksud menyombongkan diri? Merasa kamu setara dengan keluarga ini?"

GEMPAR AND THE COFFEE THEORY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang