Bagian 16. Mantel Hangat berwarna Peach

1.1K 337 69
                                    

Saya sangat tahu setiap akhir minggu berarti memulai lagi memikirkan biaya minggu selanjutnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Saya sangat tahu setiap akhir minggu berarti memulai lagi memikirkan biaya minggu selanjutnya. Jangan bosan mengulurkan tangan ya teman-teman. Arrasid masih membutuhkan kalian semua.

Saya juga ngebut. Mudah-mudahan lelah saya menjadi lillah. Walaupun sedikit yang saya berikan mudah-mudahan menjadi penenang. Saya juga tidak memungkiri, bahwa setiap doa saya dan apa yang saya lakukan adalah cara saya merayu Allah agar tetap membersamai saya. Tidak apa-apa ya Allah kalau harus berjuang sampai kepayahan dulu. Semoga kemudahan adalah hadiahnya.

Ulurkan donasi seikhlasnya walaupun itu nominal terkecil yang bisa di transfer. Dan walaupun kita tidak bisa menggenapkan full 1,1 juta per minggunya, mudah-mudahan Allah selalu berikan jalan.

Yok lah bersamai perjuangannya [ 6281263649 BCA a/n NIKEN ARUM DHATI ]

Barakallah. Sekecil apapun semoga menjadi pemberat timbangan pahala kita kelak. Aamiin allahuma aamiin.

Selamat membaca teman-teman. Boleh dong doakan saya juga agar lutut saya baikan hehehe 🙏

*

”Kenapa dia?”

”Pembiasaan bangun pagi.”

Gempar menautkan alisnya. ”Sejak kapan?”

”Tadi, Mas.”

”Dia libur kok. Jadwalnya mengikuti jadwal kerjaku. Hari ini ada pacuan di ranch dan giliran pekerja bagian lain mengurus semuanya.”

”Tidak ada salahnya bangun pagi kan, Mas.”

”Tidak ada yang melakukan hal seperti itu di sini.”

”Tadi aku bilang, tidur lagi setelah bangun di pagi hari akan menjauhkan kita dari rejeki.”

”Heh?”

Gempar yang mengikat tali sepatunya mendongak menatap Andi yang berjalan keluar dan mengambil koran. Pemuda itu juga mengambil susu segar di pagar rumah setelah memeriksa kotak surat mereka. Dia menoleh pada Brielle yang duduk di bangku taman dan sepertinya sedang memeriksa pesan-pesan di ponselnya.

Gempar berjalan ke arah mobilnya dan memberi Brielle tatapan aneh karena gadis itu ikut berdiri di samping Andi dan menunggu di pintu pagar rumah.

”Hati-hati, Mas.” Andi mencium tangan Gempar dan Gempar yang mengangguk menjadi terkejut ketika Brielle dengan cepat menyambar tangannya dan meniru apa yang dilakukan oleh Andi. ”Eh? Kenapa?”

”Aku ingin merasakan seperti apa rasanya melakukan hal ini. Mas Andi melakukannya sepanjang waktu ketika Mas mau pergi dan pulang.”

Momen crack terjadi sangat tipis namun sangat menggigit. Pandangan Gempar terkunci pada tatapan mata Brielle dan pada senyuman bibirnya. Gumaman dari mulutnya sendiri nyatanya tidak berpengaruh banyak pada pikirannya yang delay mencerna situasi itu. Gempar justru larut dalam lamunan kosongnya.

GEMPAR AND THE COFFEE THEORY Where stories live. Discover now