Bagian 49. PRIA TANPA KELUARGA

1.2K 346 25
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bismillahirrahmanirrahim.

36.750.000 lagi teman-teman dan ini tanggal tua. Saya sudah menebalkan muka menadah sana sini dan belum ada yang berkeluangan rejeki sebanyak itu. Tolong dibantu ananda Arrasid ya teman-teman. Tolong bantu materi biarpun sedikit dan tolong kencangkan doa untuk nya.

Selepas sholat, hati saya selalu kembali pada Mbak Atun Wasilatun yang memiliki kepribadian mengejutkan. Yang selama ini mau membantu sangat banyak tanpa memperlihatkan siapa dirinya. Mbak, entah mengapa Allah membuat saya memikirkan dirimu di setiap penghujung hari. Semoga narasi hidupmu di dunia ini sangat panjang, dan semoga prasangka baik saya padamu menjadi kenyataan. Bahwa dirimu lah yang sanggup membantu menutup semuanya. Tolong kami ya Mbak🙏

Teman-teman semua, uang sudah membersamai kami hingga detik ini, semoga Allah memberikan sebaik-baiknya balasan untuk kalian semua. Aamiin allahuma aamiin.

Selamat membaca teman-teman dan tetap bantu kami di [ 6281263649 BCA a/n NIKEN ARUM DHATI ] ♥️

*

Yang terlihat selanjutnya adalah kenyataan bahwa siapapun wanita dalam lingkaran Danurwendo adalah wanita-wanita ajaib dengan versi masing-masing.

”Kenapa e Mbak kelayapan sampai sini?” Andi menggeram. Geraman pemuda itu lebih pada geraman tidak habis pikir. Sebuah perasaan kesal yang segera surut sebelum mencapai sumbu kemarahan. ”Jangan bilang insting karena itu akan menakutkan.”

Brielle bersedekap setelah mengusap lengannya sementara Andi berdeham mengusir kekhawatirannya saat seorang komandan kepolisian Polsek Mlati menghampirinya.

”Kami membutuhkan keterangan lebih lanjut dari Nona Brielle terkait penemuan ini, Mas Andi.”

Andi mengangguk. ”Siap, Ndan.”

”Silahkan dengan Briptu Nurul untuk ke Polsek, Mas.”

”Baik.”

”Kami menyiapkan penerjemah. Silahkan, nanti bisa bertemu di Polsek sekalian.”

”Siap, Ndan.” Sekali lagi Andi mengangguk dengan gesture hormat.

”Salam untuk bapak, Mas Andi.”

Suara komandan polisi itu berubah menjadi lebih santai. Dia sepertinya sedang melepaskan protokoler bahkan mengulurkan tangan pada Andi. Andi menyambut uluran tangan itu dan mereka berjabat tangan dengan erat.

”Nanti saya sampaikan, Ndan.”

Pembicaraan selesai ketika keduanya saling mengangguk. Andi menoleh pada Brielle yang terlihat penasaran dengan keadaan di lokasi kejadian. Dia yang sudah berada di bawah, di area parkir rumah sakit, tidak melepaskan pandangan ke arah rooftop.

”Mbak...”

”...tunggu sampai jenazahnya dievakuasi Mas. Kenapa lama sekali?”

Andi menghela napas panjang. ”Mereka sekarang sedang mengolah TKP dan mengambil beberapa gambar. Sesuai dengan prosedur jadi akan makan waktu...” Kata-kata Andi terhenti saat terjadi keriuhan di lobi rumah sakit. Beberapa petugas kepolisian menertibkan orang-orang yang terlanjur mengetahui adanya penemuan mayat di atap rumah sakit.

GEMPAR AND THE COFFEE THEORY Where stories live. Discover now