Bagian 44. TIMELINE

1.2K 349 42
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bismillahirrahmanirrahim.

Halo teman-teman. Sudah siap untuk lebaran? Hehehe...

Yang sudah beres persiapan, boleh dong saya tetap minta dibantu pengobatan Arrasid. Saya sedang berada di Yogyakarta dan kabar terakhir yang saya terima dari Mbak perawat jaga, keadaannya tidak terlalu baik. Saya hanya bisa membayangkan bagaimana perasaan orang tuanya.

Saya akan segera kembali ke Jakarta lebaran hari 1 malam hari. Tidak apa-apa, yang penting saya sudah nyekar ke makam orang tua dan sowan ke Yudonegaran. Sederhana saja. Saya tidak bisa memikirkan piknik dan liburan ini itu. Tunggakan rumah sakit sangat banyak dan saya tidak bisa diam terlalu lama. Di luar tunggakan ruang ICU, obat-obatan dan tindakan medis, pengobatan ke Singapura kemarin masih menyisakan 7.850.000 lagi.

Ada yang mau bantu menutup? 😁

Saya sedang membangun narasi hidup paling positif dan tangguh sekarang ini teman-teman. Sebisa saya, sesuai versi saya. Semoga kalian tetap mau membersamai kami hingga entah kapan. Anak itu masih bernyawa dan bertahan pantang menyerah! Ayo, tolong dibantu teman-teman.

Silahkan berdonasi di 6281263649 BCA a/n NIKEN ARUM DHATI

Ketika tidak ada orang baik di dunia, maka jadilah orang baik itu.

Dan itu kalian semua yang sudah membersamai kami baik materi maupun doa. Terima kasih banyak. Semoga Allah mengembalikannya dengan sebaik-baiknya balasan.

Dan...

Mbak Atun Wasilatun semoga Mbak selalu berkeluangan rejeki dan mau membantu lagi sekarang. Ya Mbak ya. Uraikan kebuntuan kami Mbak 🙏

Selamat membaca teman-teman. Saya akan tetap update walau lebaran.

Sayang kalian semua ♥️

*

Tentang darah dan daging yang disebut anak dalam keluarga. Tidak selalu kebanggaan yang didapatkan oleh kedua orang tua dalam perjalanan hubungan itu. Gempar Merapi Pramoedya, padanya kedua orang tuanya meletakkan kepercayaan dan harapan agar kelak suatu hari nanti menjaga dia mampu menjaga trah Pramoedya agar tetap ada. Mengingat kakaknya adalah seorang perempuan dan telah menyandang nama belakang Pananggalih, maka Gempar sebagai anak laki-laki, akan mendapatkan kepercayaan itu.

Yang berjalan di track nyatanya tidak selamanya tidak tergelincir karena kerikil kecil yang ada di jalan itu. Satu peristiwa telah memudar seiring keikhlasan keluarga Pramoedya di masa lalu. Tentang anak mereka yang melakukan kesalahan dan mereka memutuskan untuk memperbaiki semuanya.

Musim panas berada di pertengahannya. Gabah-gabah sudah hampir selesai dijemur semuanya. Dan segelas es teh menemani sebuah pembicaraan penting.

Gempar tidak melihat ibunya menangis. Apalagi marah-marah. Tapi dari mata wanita itu, Gempar tahu ibunya kecewa.

GEMPAR AND THE COFFEE THEORY Where stories live. Discover now