Bagian 20. PERMAINAN TUAN BESAR

1.2K 340 49
                                    

Saya masuk IGD itu bukan sekali dua kali

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

Saya masuk IGD itu bukan sekali dua kali. Semua dalam berbagai situasi. Baik diri sendiri, anak atau suami. Tapi sekalipun dengan orang yang berbeda, atmosfer nya sama. Saya selalu membayangkan situasi dokter Ilman Danurwendo dan dokter Ankaa Pananggalih 😁

Hari ini saya masih harus menunggu dokter dan hasil rontgen. Doakan semoga kondisi lutut saya baik-baik saja. Kata dokter saya tidak boleh bawa mobil dulu. Lalu saya denial dalam hati : Jelas kalau bawa mobil tidak kuat. Kan berat 😁

Tolong bantu Arrasid teman-teman. Rasa tidak tenang berada di rumah sakit dan terus kepikiran dia. Semoga kalian mau menyisihkan 10rb saja untuk nya. Barokah ya, termasuk yang memiliki niat membantu. Semoga Allah menggantinya dengan kesehatan dan kemudahan dalam setiap hajat. Aamiin.

Yang sudah membantu, terima kasih saja tidak akan cukup. Saya membuat print out mutasi rekening dan membaca nama-nama kalian dalam setiap doa saya. Kalian mungkin tidak mengenal saya begitu dalam, atau Arrasid. Tapi InShaAllah, kalian semua akan ada dalam setiap doa-doa saya. Saya mencintai kalian semua ♥️

Selamat membaca teman-teman ♥️

*

"Telpon Mas ya Allah..."

"...mana ada?" Gempar menukas cepat. Perdebatan itu akhirnya memperdengarkan suara setelah dari ruang tengah dan sepanjang koridor menuju kamar, mereka hanya saling memberi kode dengan bahasa mulut, tangan dan mata.

"Lah Mas Gempar tidak dengar. Coba lihat."

Andi merangsek ke arah Gempar yang sedang memeriksa ponselnya. Mereka sekarang sedang berada di kamar Gempar setelah perdebatan tanpa suara di sepanjang koridor tentang Gempar yang tidak percaya kalau Andi menelponnya semalam.

"Kan...ada akan riwayat panggilannya kan? Ya kan Mas? Aku menelpon 5 kali loh Mas." Andi berjinjit ikut menekuni ponsel Mas nya yang oleh pria itu dijauhkan darinya. Dia mencoba menahan pundak Gempar yang terus beringsut.

"Kamu bilang apa sama Ibu? Ibu tidak ada agenda mau ke sini loh."

"Loh...Mas Gempar yang bilang sama ibu kalau Mas sedang tidak enak badan. Masuk angin. Sumpah Mas ya Allah. Aku tidak mengadu apa-apa."

Gempar masuk ke kamar mandi dan Andi yang mengekornya membuat pemuda itu menoleh dan menatap dengan tatapan heran. "Mau ikut mandi?"

Andi tertegun dan mengumpat lirih. "Haiish! Eh...astaghfirullahalazim." Andi melesat keluar dan suara pintu kamar ditutup terdengar. Lalu langkah-langkah kaki di sepanjang koridor memenuhi rumah. Andi pasti setengah berlari.

Gempar mandi sambil melamun. Dia benar-benar kaget dengan kedatangan ibunya yang bahkan tidak mengatakan apapun padanya perihal rencana perjalanan ke negeri itu. "Ya Tuhan. Jangan sampai ibu salah faham."

Gempar menyikat giginya sambil terus melamun dan menatap kosong ke arah cermin besar di wastafel. Dia bahkan menyikat gigi pelan hanya agar lebih lama berada di kamar dan tidak buru-buru bertemu ibunya lagi. Sementara dia benar-benar kangen dengan ibunya itu tapi kedatangannya benar-benar membuatnya kaget.

GEMPAR AND THE COFFEE THEORY حيث تعيش القصص. اكتشف الآن