Bagian 59. KEKUATAN ORANG BESAR

1.1K 339 39
                                    

Ada yang bahagia saya double update?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ada yang bahagia saya double update?

Selamat membaca ♥️

*

”Siapa tamunya, Pak?”

Brielle melipir dan berdiri di depan pos jaga yang luas. Dia urung masuk ke halaman pendopo seperti rencananya semula padahal dia ingin memanfaatkan momen di mana semua orang sedang mengambil jeda pekerjaan mereka dengan sarapan sebelum kesibukan terjadi lagi di rumah itu. Dia akan menyelinap masuk dan berdiam diri di kamarnya.

”Ada keluarga dari Pak Rahasto almarhum, Den Ayu.”

”Oh...” Brielle mengangguk dan tidak melepaskan pandangan pada sebuah mobil yang terparkir di halaman pendopo. Dan dia tidak melihat siapapun di pendopo itu selain seorang abdi dalem yang sedang membersihkan meja panjang dengan lap. ”Baik Pak. Terima kasih banyak.”

”Sama-sama Den Ayu.”

Brielle mengangguk dan berjalan menuju rumah induk. Dia tidak tergesa sedikitpun dan melangkah santai. Brielle sengaja menghindari masuk ke rumah melalui pintu depan karena dia tahu bapak dan ibu Pramoedya sedang menerima tamu yang sejak kemarin mereka cari keberadaannya.

 Brielle sengaja menghindari masuk ke rumah melalui pintu depan karena dia tahu bapak dan ibu Pramoedya sedang menerima tamu yang sejak kemarin mereka cari keberadaannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Brielle menapak rumput di halaman samping rumah dan menaiki teras. Dia lalu masuk rumah melalui pintu samping. Dan seperti dugaannya, tidak ada siapapun di sana. Juga setiap ruangan karena para abdi dalem sedang sarapan. Brielle mematikan lampu koridor dan melangkah. Dia benar-benar menghindari aula dan memilih memilih pintu-pintu butulan untuk sampai ke kamarnya.

Dan langkahnya terhenti ketika mendengar teriakan-teriakan dari ruang keluarga. Dia menajamkan pendengarannya dan terpaku. Itu jelas teriakan-teriakan Dian Hanifah.

Rasa penasaran membawa Brielle melangkah mendekati ruang keluarga. Dia mau tak mau melintas aula dan bergabung dengan Andi Maheswara yang terpaku dan menyandarkan bokong di laci.

”Ada apa Mas?”

”Biasa. Tantrum.”

”Heh? Seperti anak kecil saja tantrum.”

GEMPAR AND THE COFFEE THEORY Where stories live. Discover now