Bagian 5. Tugas Rahasia

1.4K 356 46
                                    

Barang kali ada yang sudah gajian heheheDan mau mensucikan penghasilannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Barang kali ada yang sudah gajian hehehe
Dan mau mensucikan penghasilannya. Mau ya donasi untuk ananda Arrasid.

[ 6281263649 BCA a/n NIKEN ARUM DHATI ]

Terima kasih banyak sebelumnya.

Tidak usah menunggu 1000 pembaca baru update. Nanti juga rame.

Saya kalau sombong itu sumpah...wagu banget 😂

Selamat membaca teman-teman ♥️

*

Gempar membisu. Tidak melambai atau tersenyum barang sedikit. Bahkan ketika Andi melangkah ke jalan depan rumah untuk membukakan pintu taksi untuk Brielle dan memastikan taksi yang membawa gadis itu meninggalkan depan rumah.

”Wah Mas...Mbak Brielle itu cantik dan sopan banget ya?” Andi menoleh tapi belum beringsut dari tempatnya berdiri. Di kejauhan, taksi yang membawa Brielle melintasi jalan di samping lahan kosong.

Gempar bergeming di tempatnya berdiri. Dia menghembuskan napas pelan dan berbalik saat taksi berbelok ke arah pos jaga dan menghilang dari pandangan. Andi masih bertahan di sana. Pemuda itu menatap sekelilingnya seakan dia berusaha membiaskan dirinya dengan suasana baru. Andi juga terlihat menatap rumah-rumah terdekat dari rumah Masnya seakan pemuda itu tengah memindai setiap tetangga kakaknya dan mengingatnya di kepalanya. Gempar yang tertahan di pintu, menggeleng saat Andi justru melambai ke arah Tuan John Williams, seorang Veteran yang keluar dari garasi rumahnya. Pria tua di kejauhan juga terlihat melambai.

”Mas...bapak itu namanya siapa?”

”John.”

”Oh...”

Andi terlihat mengekor Gempar yang masuk rumah. Wajah pemuda itu masih menyiratkan rasa penasaran yang besar dan dia mulai mengekor Gempar yang menyeret kopernya ke sebuah kamar di samping kamarnya sendiri.

”Mandi sana.”

"Hiih...”

"Hentikan kepo mu itu. Lama-lama kamu mirip banget sama Ibu dan Mbak Kiko.”

Andi tertawa. Dia memeluk Gempar erat dan terus tertawa walaupun Mas nya bahkan diam saja dan tidak membalas pelukannya. Semenjak mereka bertemu pertama kali hingga takdir menjadikan mereka keluarga, pada akhirnya seiring berjalannya waktu, Andi yang menjalani masa remajanya dengan diam dan dingin, menampakkan jati diri sebenarnya sebagai pemuda yang hangat dan mudah bergaul. Gempar jelas bisa membayangkan bagaimana perasaan Andi dulu. Ketika dirinya harus menyembunyikan jati diri sebenarnya sebagai pemuda periang menjadi pemuda yang dingin dan penuh konflik batin.

Gempar menepuk pundak Andi kuat. ”Mandi nanti Mas pesankan makan. Maafkan Mas salah membaca jadwal kedatangan mu.”

Andi melepaskan pelukannya dan mengangguk. "Tidak apa-apa, Mas. Aku kan sudah dewasa jadi semua aman. Lagi pula Mas sibuk...” Suara Andi menggantung dan Gempar yang menyadari bahwa adiknya itu tetap memiliki kecurigaan pada kelakuannya, memukul pelan lengan pemuda itu.

GEMPAR AND THE COFFEE THEORY Where stories live. Discover now