Bagian 41. KISAH BURAM DI MASA LALU

1.4K 346 53
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bismillahirrahmanirrahim

10.050.000 lagi teman-teman. Pasti bisa kan ya? Walaupun saya harus muka tembok meminta bantuan kalian semua. Semoga kalian semua berkenan menyisihkan sedikit saja rejeki kalian untuk Arrasid.

Kalau kalian bertanya-tanya dalam hati, apa orang tuanya benar-benar tidak bisa berusaha lagi? Jawabannya adalah belum. Saya sampai survei ke banyak pengemudi ojek online loh sebelum memutuskan untuk membantu. Dan memang situasinya sangat tidak memungkinkan menutup biaya pengobatan dari pekerjaan itu. Istilahnya, ketemu makan saja sudah alhamdulilah sekali.

Lalu di mana keluarganya? Mereka benar-benar sendirian. Ada keluarga pun itu jauh dan kondisinya juga sama. Lalu kenapa Mbak Niken mati-matian membantu?

Kalau itu...sayapun masih mencari-cari jawabannya. Tapi mungkin karena hati saya didesain oleh Allah seperti ini. Saya anak tunggal yang terbiasa mendapatkan kemudahan dari kecil. Melihat kesulitan sebesar itu, rasanya tidak elok kalau saya diam saja. Kalau saya mampu, ingin rasanya membantu semua yang sakit di dunia ini. Kalau saya mampu, bukan hanya 8 anak asuh saya peluk erat-erat tapi seluruh dunia.

Saya belum mampu. Dan karena saya belum mampu, Allah perlihatkan yang di depan mata. Allah ketuk hati saya untuk Arrasid. Oh hati saya...bisa apa karena Allah mendesainnya seperti ini.

Seorang teman penulis yang sering berkunjung ke rumah saya bilang : ”Hidupmu loh Kak. Kok kuat jalaninnya. Anak banyak serumah. Diurus sendiri. Antar sekolah bertahun-tahun sendiri. Kasih makannya gimana? Kalau sakit gimana?”

Saya hanya mengendikkan bahu : ”Allah atur.” Kata saya.

Semoga Allah mengatur ribuan kemudahan untuk saya menuntaskan pengobatan Arrasid melalui banyak orang baik termasuk kalian semua.

Tetap bantu kami ya teman-teman. Sisihkan walau 10 ribu rupiah sisa beli baju lebaran hehehe [ BCA 6281263649 a/n NIKEN ARUM DHATI ]

Selamat pagi teman-teman. Satu anak kandung dan 1 anak asuh saya akan berkuliah di Universitas Indonesia tahun ini. Doakan kami sehat-sehat.

Kalian juga. Semoga hari ini mood kalian baik, sehat, dilancarkan semua pekerjaan, dimudahkan segala urusan, tercapai hajat apapun yang kalian impikan. Aamiin.

Selamat pagi dan selamat membaca teman-teman ♥️

Dan tetap. Mbak Atun Wasilatun Mbaaak...bantu Mbak 😁

*
Gempar menoleh dan menatap Dian yang nyatanya belum selesai dengan ucapannya. Wanita itu mengekornya hingga ke halaman parkir. Berdiri dengan napas terengah dan Gempar menyaksikan sosok Dian Hanifah yang 180° berbeda dengan dirinya yang dulu.

”Di mana anakmu?” Gempar menggeleng dan kembali menutup pintu mobilnya. Mengabaikan beberapa pasang mata petugas bersih-bersih yang sedang beristirahat di sebuah bangku, Gempar berjalan melewati Dian dan kembali ke bangunan rumah sakit. Matanya menjelajah mencari kereta bayi yang tadi didorong oleh Dian. Alamanda benar-benar sudah sepi dari kunjungan pasien rawat jalan atau yang memiliki janji kontrol. Petugas medis juga tidak ada yang terlihat.

GEMPAR AND THE COFFEE THEORY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang