Bagian 18. MUSIM GUGUR DAN HUJAN DI ANTARANYA

1.3K 344 71
                                    

Bismillah

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Bismillah. Tolong tetap bantu Arrasid ya teman-teman. [ BCA 6281263649 a/n NIKEN ARUM DHATI ]

Saya sudah tidak bisa berkata-kata apa-apa lagi. Sedang rempong banget dunia nyata. Harus opname-opname juga akhirnya.

Gantikan saya ya teman-teman. Semoga barokah. Dan doakan saya juga. Jangan khawatir. Stok bab naskah ini banyak walaupun saya harus tumbang juga.

Selamat membaca teman-teman ♥️

*

Gempar memutus pandangannya pada Brielle dan berjalan menuruni tangga. Masih sempat di dengarnya gadis itu menyapa ayahnya. Suara sapaan Brielle pada ayahnya membuat Gempar terhenti di tengah anak tangga. Dia memegang kayu pembatas dan membisu. Gempar merasa ada yang sangat menyakitkan dari suara Brielle.

Gempar menapak anak tangga lagi. Kali ini dengan perlahan dan tanpa suara. Dia menjangkau ruang tengah. Gempar tidak menyalakan televisi dan hanya membisu di sofa. Matanya berkedip seiring pikirannya yang mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Sebuah permainan tengah berlangsung.

Itu yang ada di benak Gempar sekarang. Semua orang terlibat dan dia dan adiknya adalah dua orang yang harus menebak-nebak dalam keterbatasannya sebagai seorang pekerja yang harus berusaha berdiri jauh dari garis batas yang nyata terbuat dengan alami. Pekerja yang tidak boleh melewati batasannya pada ranah pribadi majikannya.

”Aku tidak berusaha menyembunyikannya.”

Gempar mendongak menatap Brielle yang berdiri di seberang meja rendah. Gadis itu membelakangi layar televisi tepat sepuluh menit setelah panggilan dari ayahnya tadi.

”Aku mengatakan yang sebenarnya tentang ayahku. Ayahku yang peternak kuda. Aku tidak berbohong.”

Gempar masih membisu. Dia menautkan tangan dan mencoba mengosongkan pikirannya. Dan pikiran kosong itu coba dia isi dengan penjelasan Brielle tentang situasi yang sedang terjadi. Secara alami Gempar mulai mengikuti permainan itu dan seperti manusia yang beradab, dia memberikan kesempatan pada gadis itu untuk menjelaskan situasi itu dari sudut pandangnya. Kali ini, dia harus menepikan dulu puzzle-puzzle yang disusunnya sejauh ini.

”Aku tidak mengatur pertemuan kita. Aku tahu lowongan pekerjaan di Tom's dari iklan di koran. Dan aku tidak bersandiwara ketika berada di rumah pertanian itu. Aku memang tidak ingin berada di sana. Apa itu terlihat seperti sebuah sandiwara?”

Gempar tidak menjawab pertanyaan Brielle. Dia tahu gadis itu membutuhkan waktunya sendiri.

”Dan yah...aku cucu Caleb Leandro.” Bahu Brielle luruh. ”Dan aku tidak menyangka kau akan bekerja di sana.” Brielle lalu nampak putus asa karena Gempar yang diam saja. ”Kau boleh marah. Tapi kupikir tidak penting juga statusku sebagai bagian dari keluarga Leandro untuk mu. Kita tidak dipertemukan dalam situasi aku dengan status itu dan aku...”

GEMPAR AND THE COFFEE THEORY Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt