Bagian 11. Pekerjaan Tambahan

1.3K 338 101
                                    

Ayo sedekah pagi-pagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ayo sedekah pagi-pagi. Hidup saya sedang tidak baik-baik saja tapi semoga kalian semua selalu bahagia dan mendapatkan kemudahan dalam setiap kesulitan yang datang.

Ringankan langkah kedua orang tua ananda Arrasid teman-teman. Semoga mereka diberikan kesabaran yang luas dalam membersamai langkah buah hati mereka.

Ayo melangkah bersamanya dan semoga bisa membantu Arrasid bahagia. Kita tidak tahu sampai kapan dan sampai di mana langkahnya, tapi...bantulah dia bertahan dan membaik suatu hari nanti [ BCA 6281263649 a/n NIKEN ARUM DHATI ]

Terima kasih banyak yang sudah membantu sejauh ini. Semoga Allah membalas nya dengan kesehatan dan rejeki yang sangat luas. Aamiin.

Selamat pagi semua. Selamat membaca 💙

*

"Setiap kerumunan sekecil apapun segera dibubarkan. Untuk sementara diam di rumah adalah yang paling baik. Aku akan mengantarmu ke asrama."

"Isu sudah sampai di mana-mana. Aku baru saja tahu dari temanku kalau sekolah juga sedang mencekam. Penjagaan merata termasuk di balaikota Langley. Dan itu otomatis..."

"...termasuk di Langley High School. Apa berita terkini dari sekolah?" Gempar menukas ucapan Brielle cepat.

"Sekolah ditutup untuk waktu yang belum ditentukan. Itu juga memicu ditutupnya asrama. Puluhan pelajar tertahan di sana. Tidak bisa masuk atau keluar."

"Kau punya tujuan lain?"

"Ayahku di El Salvador." Kalimat ringan seakan negara yang disebutnya hanya berbatas tembok dengan kawat berduri saja, keluar dari mulut Brielle yang menatap kosong ke arah jalanan jalanan.

"El Salvador?" Gempar menautkan alisnya dan menatap Brielle yang membuang pandangan ke arah jalanan. Tuan John Williams dengan tongkat bergagang kepala burung merak sedang berjalan-jalan di sepanjang trotoar rumahnya.

"Iya. Ayahku pemasok senjata. Apa ada agen di kantormu berminat menjadikannya target?" Brielle kembali mengucapkan kata-katanya dengan ringan disusul tawa sumbang. Dia menoleh menatap Gempar. "Kau pikir aku bercanda? Ya aku bercanda." Brielle kembali tertawa sumbang dan kembali menatap jalanan.

Gempar menghembuskan napas dan giginya gemerutuk tertahan. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan betapa gadis di depannya itu menganggap semuanya begitu enteng.

"Sebaiknya kau tinggal di hotel..."

"...insiden penembakan bisa terjadi di mana saja, Mas. Penembak biasanya menargetkan kerumunan. Sekolah, perkantoran, mall..." Andi mengulurkan mug berisi teh sore mereka pada Gempar dan Brielle. Gadis itu menerimanya dan tersenyum mengucapkan terima kasih.

"Aku tahu. Tapi dia tidak mungkin tinggal di rumah ini." Gempar mendelik ke arah Andi dan berbicara pelan. Mereka akhirnya berdebat di belakang Brielle yang serius mengamati keadaan luar.

GEMPAR AND THE COFFEE THEORY Where stories live. Discover now