Bab 36. HUJAN DAN WANITA MISTERIUS

1.2K 338 19
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bismillahirrahmanirrahim

Mbak Atun Wasilatun, saya yakin dirimu tidak akan meninggalkan kami begitu saja. Tolong kami keluar dari semua ini Mbak. Bantu kami menempuh satu-satunya jalan yang disarankan oleh dokter. Hari ini sebisa mungkin kami harus mengurus administrasi nya sebelum jam 15:00. Bantu kami sebisa dirimu ya Mbak. Mungkin saya nanti akan menandatangi beberapa berkas perjanjian tunggakan karena tidak mungkin menutup semuanya sekaligus.

Dan setelah ini, dalam dua atau tiga hari ke depan saya akan ke Yogya dulu untuk mengurus akta jual beli hingga beres. Ada banyak orang baik di dunia ini yang walaupun tidak membantu secara materi, mereka memudahkan akad jual beli properti saya. Semoga Allah membalas kebaikan mereka. Aamiin.

Mbak Atun...saya bisa 300 lebih sedikit saja. Tolong bantu kami dengan sisanya ya. Dan bila memang tidak bisa sebanyak itu, semoga dirimu tetap mau membantu kami sebisanya. Kami gantungkan harapan kami padamu Mbak. Demi Allah. Kebaikanmu yang besar, semoga Allah membalasnya dengan yang berlipat lebih besar. Dirimu akan selalu ada dalam doa kami, kami bisikkan namamu di telinga Arrasid agar dia tahu dirimu salah satu yang membersamainya hingga detik ini. Terima kasih banyak Mbak. Semoga Allah senantiasa membersamai hidupmu dengan ribuan barokah. Aamiin 🤲🙏♥️

Dan teman-teman semuanya. Bagaimana mungkin saya akan melupakan kalian? Tidak. Saya, kami tidak akan melakukannya. Terima kasih teman-teman atas bantuan kalian selama ini. Semoga Allah membalas semuanya dengan sebaik-baiknya balasan. Aamin 🤲🙏♥️

Silahkan tetap berdonasi melalui [ BCA 6281263649 a/n NIKEN ARUM DHATI ]

Selamat pagi dan selamat membaca teman-teman ♥️

*

Sedekah bumi dilaksanakan ketika matahari naik perlahan dan cuaca menjadi menghangat. Penduduk desa keluar dari rumah dan berkumpul di tepi jalan. Mereka menunggu acara yang telah sampai pada doa-doa sebagai bentuk rasa syukur. Seorang pria sepuh memimpin upacara sedekah bumi itu. Dia mengakhiri acara itu dengan memetik setangkai padi dengan alat tradisional ani-ani.

Pelepah pisang telah digelar di tanah lapang yang sudah dialasi tikar. Nasi disajikan dengan aneka lauk sederhana namun terlihat menggugah selera. Riuh rendah canda tawa sarat joke bapak-bapak menghiasi acara makan itu.

”Ibu dulu waktu kenal bapak pertama kali, diajak ke sini saat sedang ada acara seperti ini.”

”Oh...” Brielle mengangguk dan mengekor ibu Agni yang berjalan ke arah sebuah meja panjang. Dia meletakkan tambahan buah potong ke atas nampan besar.

”Apa Gempar bilang sesuatu tentang syarat dari Papa kamu?”

”Tidak, Bu.”

”Oh...dia setuju begitu saja?” Tawa sumbang terdengar dari mulut ibu Agni. Wanita itu terus melakukan pekerjaannya. Tawa sumbang menandakan betapa seorang ibu sangat mengenal anak laki-lakinya.

GEMPAR AND THE COFFEE THEORY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang