Bagian 2. Yang Terlihat Seperti Sebuah Penculikan

1.7K 374 165
                                    

Terima kasih banyak yang sejauh ini sudah membantu ananda Arrasid

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Terima kasih banyak yang sejauh ini sudah membantu ananda Arrasid. Semoga Allah membalas dengan yang lebih luas dan berlimpah.

Saya tetap menadah tangan pada kalian untuk pengobatan berkesinambungan. Kalian bisa berdonasi di [ BCA 6281263649 a/n NIKEN ARUM DHATI ]

Isi kepala boleh riuh, dunia boleh sibuk tapi jangan mati rasa tentang kemanusiaan. Ketika 10rb rupiah bisa menjadi ikhtiar mempertahankan kehidupan seorang anak, mengapa tidak?

Tetap bantu doa ya.

Semoga yang sedang sakit segera diangkat penyakitnya. Yang sedang bersedih mendapatkan penghiburan. Yang sedang bahagia tidak lupa bersyukur.

Selamat membaca teman-teman ♥️

*

Bersabar itu seperti sebuah kebiasaan bagi Gempar. Jadi, ketika dirinya dihadapkan pada situasi di mana dia harus melakukannya, dia nampak tenang. Mark Young yang duduk di sampingnya, juga nampak tenang. Mereka menikmati kopi pagi yang anehnya, lagi-lagi mereka beli di restoran cepat saji yang kemarin mereka sambangi saat mereka harus menguntit Humberto Jimenez.

Rasa yang masih sama. Dan kata-kata Mark juga masih sama. Review-nya tetap mengatakan bahwa rasa kopi yang mereka minum pagi itu seperti kencing anak bayi umur 8 bulan. Mark mengatakannya dengan yakin seakan dia pernah merasakan rasa itu. Dan Gempar hanya bisa tertawa lepas.

”Sudah tiga bulan kita melakukan ini. Apa yang kau rasakan? Apakah saraf-saraf di tubuhmu sudah mengirimkan sinyal ke otak dan memerintahkannya untuk bosan?” Mark menepuk lengan Gempar membuat Gempar menoleh ke arah pria itu.

”Aku terlalu banyak melihat film-film detektif dan teracuni. Racun itu sudah nyaman berada di darahku jadi yah...kau tahu...”

”Mengapa kita nyaris sama, hah?" Mark Young tertawa lepas.

"Mungkin separuh Langley sama seperti kita juga.”

”Langley dibagi dua. Separuh orang-orang berambisi dan separuh lagi adalah orang-orang yang penasaran.”

”Begitulah dunia diatur Mark.”

”Kau benar. Dan kita akan terperangkap di dunia kita sampai pensiun.”

Gempar menyandarkan tubuhnya ke jok dan mendesah panjang. ”Setidaknya kita berada di dunia yang kita sukai. Bukan begitu?”

”Kau benar sekali. Itu adalah salah satu yang harus kita syukuri.”

”Selain bekerja dalam bidang ini, apa ada cita-cita lain yang kau impikan?”

”Tidak ada. Kau tahu kehidupan di negaraku seperti apa. Yang aku lakukan hanya menyamakan semua standar kehidupan dengan komunitas.”

”Itu terlihat sangat berat. Seakan semua harus berjalan sesuai yang dipikirkan orang.”

”Itu lebih baik karena pemikiran mengabaikan apa pendapat orang jelas bukan opsi yang menyenangkan. Mereka terlalu berisik. Dan pada akhirnya, hidup di negaraku tanpa stres saja sudah sangat hebat dibandingkan kami harus bunuh diri.”

GEMPAR AND THE COFFEE THEORY Where stories live. Discover now