Bagian 33. ROTASI BUMI YANG BERUBAH ARAH

1.4K 347 54
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bismillahirrahmanirrahim

Mbak Atun Wasilatun saya ini sok kuat. Saya pikir saya bisa mencari sisa deposit hingga penuh. Tapi nyatanya tidak. Saya berhenti karena pembuluh darah di kaki saya ternyata banyak yang pecah namun saya tidak merasakan apapun. Lelahnya Mbak, ternyata. Dan saya masih menyisakan 20 juta lebih sedikit untuk menutup deposit. Saya bilang pada diri sendiri, ini sih udah...benar-benar buntu.

Mbaaak...tolong genapkan Mbak 😭

Kalau orang Jawa bilang, saya sudah cunthel. Berharap pada Allah melalui mu adalah harapan saya satu-satunya Mbak. Mudahkanlah semua melalui tangan mu bismillah.

Dan sekarang mengingat mu dalam setiap doa sudah seperti hafalan di luar kepala. InShaAllah, dirimu selalu ada dalam doa kami. Semoga Allah memudahkan semua dalam hidupmu Mbak. Semuanya tanpa kecuali. Sehat selalu Mbak. Aamiin allahuma aamiin.

Teman-teman semua, terima kasih atas bantuan kalian hingga sejauh ini. Semoga kalian semua selalu sehat dan Allah mudahkan semuanya. Aamiin allahuma aamiin.

Yang berkeluangan rejeki, silahkan berbagi melalui [ 6281263649 BCA a/n NIKEN ARUM DHATI ]

Semoga Allah membalasnya dengan sebaik-baiknya balasan. Aamiin.

Selamat membaca teman-teman. Mungkin saya akan double update hari ini ♥️

*

Mengusir perasaan aneh dengan deheman tertahan atau batuk yang terdengar aneh, Brielle lebih banyak diam dan mendengarkan apa yang sedang dibicarakan oleh Andi pada ibu Agni.

”Bulik mu belum akan kemari, Andi.”

”Sambil menunggu Bulik Gendis, Bu. Lagi pula di sini juga banyak orang. Terus ibu dan bapak kan juga ke sini lagi nanti hari Rabu.”

”Brielle tidak ada yang mengurus nanti.”

”Mbak Brielle juga selama di sini mengurus diri sendiri, Bu. Semua orang di rumah kan sibuk.” Andi mendongak dan terang-terangan menatap Gempar yang juga ikut mendongak saat merasakan intonasi suara Andi yang terkesan menyindir.

”Tidak apa-apa, Bu. Saya bisa sendiri.”

Terdengar helaan napas panjang ibu Agni yang menatap Brielle dan akhirnya mengangguk. ”Biar ibu siapkan kamar kamu.”

Brielle beranjak dan mengekor ibu Agni. Mengabaikan tatapan Gempar yang mendongak dan Andi yang sejak tadi terlihat serius.

”Ada apa Mas?”

”Ada apa...apanya?”

”Sikap Mbak Brielle mendadak aneh bukan?”

”Mungkin dia capek.”

”Mas, ada sesuatu yang ingin aku katakan dan aku hanya akan mengatakannya sekali saja.”

Gempar meletakkan ponselnya dan sepenuhnya menatap Andi yang baru saja berbicara dengan intonasi serius. Mereka berdiam diri. Gempar tidak menebak. Dia sangat tahu topik apa yang akan Andi angkat sekarang.

GEMPAR AND THE COFFEE THEORY Where stories live. Discover now