Surface - 3

4.3K 477 125
                                    

BAGAIKAN ANGIN, gadis itu menghilang tak lama setelah mereka keluar dari restoran cepat saji. Raka hanya mengalihkan pandangannya sekejap, tahu-tahu gadis itu telah lenyap tanpa menyebutkan nama maupun identitasnya.

Tanpa disadari Raka berbicara seorang diri, entah berapa banyak orang yang menganggapnya tidak waras. Tak terlihat lagi sosok gadis yang mengenakan mantel berwarna nila di tengah kerumunan dengan matahari seterik ini. Namun tetap saja masih sangat banyak pertanyaan dalam benak Raka yang belum terjawab seperti di mana 'di bawah sana' itu atau cairan bening yang melibatkan ayah gadis itu dalam proses pembuatannya.

Alih-alih menjawab pertanyaan Raka, gadis itu meminta maaf dan mengatakan bahwa tidak seharusnya ia membicarakan hal itu. Mendengarnya, Raka gemas sendiri. Pilihan katanya sangat hati-hati. Alih-alih mendapat penerangan, kepala Raka malah terpenuhi awan kelabu.

Ketika Raka tiba di kontrakannya, malam telah tiba. Iyas mengirim pesan bahwa malam ini ia tidak akan pulang. Sementara itu, Duta, seperti biasa, tidak terlihat batang hidungnya sama sekali. Teman Raka yang itu memang tidak bisa ditebak. Tiba-tiba dia bisa berada di rumah tertidur seharian; tiba-tiba dia berada di kampus dengan muka yang sangat segar; tiba-tiba dia bisa menghilang selama seminggu. Setiap kali Raka menanyakan hal itu kepada Duta, lelaki berambut panjang itu menjawab singkat, "Biasa kerjaan."

Raka tidak pernah tahu kerjaan apa yang sebenarnya Duta lakukan. Terkadang ia dan teman-temannya sering melontarkan lelucon-lelucon mengenai 'pekerjaan sampingan' Duta —yang bisa jadi— sebagai seorang germo atau mungkin seorang mata-mata intelejen. Lucunya, pemuda itu tak mengelak bahkan mengatakan bahwa ia seorang selir dari belahan dunia mana. Tak luput juga membumbui bahwa ia adalah budak alien yang nantinya akan menculik Raka dan kawan-kawan. Tetap saja, guyonan Duta tidak memberikan jawaban yang sebenarnya.

Sendirilah Raka di kontrakannya, ditemani dengan secangkir kopi, sarung yang menyelimuti tubuh, serta tontonan yang telah ia unduh sejam yang lalu. Lampu kamarnya ia matikan, pintu rumahnya sudah ia pastikan terkunci kemudian Raka menekan tombol 'play' untuk memutar salah satu film yang katanya paling menyeramkan sepanjang masa, tapi nyatanya benar-benar membosankan.

Raka berdecak, kecewa. Jam pada ponselnya telah menunjukkan pukul sebelas malam dan ia bosan. Ia mengirim pesan kepada Akbar untuk main ke kost-annya karena kontrakan ini begitu sepi. Setelah Baba mengiyakan, Raka mengganti celana pendek dengan celana jins, mengenakan jaket, dan tak lupa membawa tas sepedanya. Seluruh lampu ia matikan, ia mengecek kembali jendela kamar Jun namun tidak menemukan apapun di sana.

Ketika ia menuruni tangga dan bersiap untuk mengenakan sepatu, terdengar suara gemerisik dari arah dapur. Kontrakan itu tidak terbilang besar maupun kecil. Meskipun terdapat dua buah pintu untuk masuk ke dalam rumah, tetapi hanya ada satu akses untuk memasuki area pekarangan dan tempat parkir yang hanya muat satu mobil itu. Pagar rumahnya memang terbilang cukup pendek dan jika seseorang nekat, bisa saja mereka memanjat, tapi hal itu tidak pernah terjadi.

Raka meletakkan tas sepedanya di lantai, berjalan mengendap ke arah dapur yang pintunya tertutup. Ia menempelkan telinga di daun pintu, mencoba mendengar suara di balik sana. Alih-alih, ia mendengar detak cepat jantungnya sendiri. Tak lama ia mendengar derit kursi yang ditarik serta kaki yang terseok.

Dari mana orang itu masuk? Raka tak habis pikir. Di saat yang sama ketika Raka menekan kenop, napas seseorang terdengar tertahan dari balik pintu. Pintunya berderit namun kedua tangan Raka kosong. Tidak ada waktu bagi Raka untuk mengambil alat pertahanan diri. Jika orang di balik sana membawa senjata tajam...habis sudah.

Semburat cahaya yang muncul dari ruangan tempat Raka berdiri tak dapat mengidentifikasi sosok yang berada di dapur sekaligus ruang makan itu. Ia mendorong pintu sekuat tenaga, tak peduli lagi dengan siapa yang ada di balik sana. Kuda-kuda pertahanannya tidak sempurna dan jika seseorang di balik sana adalah seorang pencuri —bahkan pembunuh— handal, Raka pasti bisa pingsan seketika.

Down There Is What You Called Floor [END]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ