Somewhere - 3

665 102 41
                                    

JIKA MENENGADAH ke arah langit atau kegelapan yang tak terbatas, setiap orang pasti menginginkan setidaknya ratusan bintang untuk menemani malam. Di tempatnya kini menunggu, bersama dengan seekor kucing yang mendengkur di atas pangkuan, Cyrus paham betul bahwa cahaya yang berkelap-kelip dan redup bukanlah bintang, melainkan nyawa-nyawa manusia yang pernah ia tangani. Tidak, mereka tidak pernah mati. Jika mati, cahaya itu akan berubah biru atau redup selamanya.

Pekerjaan seorang raksaka tidak pernah mudah. Yang terlihat mungkin hanya mengatarkan seseorang, tetapi sebenarnya lebih dari itu. Antara Bumiapara dan juga Permukaan Atas, di sanalah Cyrus menunggu. Sebuah alam lain; sebuah tempat yang banyak orang anggap tidak nyata; sebuah tempat terkutuk bagi dirinya: Antarkasma.

"Sungguh pekerjaan yang membosankan untuk menebus dosamu, huh, Cyrus?" sapa seorang perempuan dari belakang, "Duduk di sana, melihat nyawa manusia tanpa melakukan apa pun."

Menyeringai, Cyrus tidak menoleh maupun menyambut perempuan itu. Ia kerap menatap langit yang berkedip, mendapati sebuah titik yang semakin redup, "Kau akhirnya pulang juga, eh," sahut Cy dengan suara seraknya, "Aku yakin kau pasti banyak berubah, Celene. Terlalu banyak waktu yang kau habiskan di sana. Berapa lama kau tinggal di Permukaan Atas? Dua puluh tahun? Apa kau tidak bosan mengamati si otak kerbau itu setiap harinya? Aku bertemu dengannya, omong-omong, bukan seseorang yang luar biasa —terlalu bodoh, malah. Dia menggagalkan ritualnya, Celene, ritualnya!"

Cyrus berbalik, mata hitamnya menatap perempuan itu dalam-dalam, "Kau tahu ritual itu sangat krusial. Si bodoh itu sudah mendapat ganjarannya, aku meninggalkannya di Huva Atma."

Perempuan itu berdiri di hadapan Cy, rambut hitam panjangnya tergerai hingga pinggang. Kulitnya pucat, hampir sama pucatnya dengan kemeja lengan panjang yang ia gulung hingga siku. Sepatu bot cokelat yang ia pakai tingginya sampai hingga lutut, menutup separuh dari celana jins ketat yang ia kenakan.

Ia melipat kedua tangan di depan dada, menyipitkan mata, "Kau tahu aku menyebut diriku dengan Cecilia di atas sana dan kau tidak bisa meninggalkan anak itu di sana begitu saja," ucapnya.

"Cih, nama! Nama, ya, hanya nama. Tidak ada artinya. Semua orang mempermasalahkan nama dan tentu saja aku bisa meninggalkan Hiraka Oktavi di sana! Bisa!" Cyrus mengangkat kedua tangannya, membuat kucing yang berada di atas pangkuan melompat pergi, "Kita bisa melakukan semua hal, kecuali mati. Betapa aku menginginkan untuk mengakhiri hidupku, tapi, hey, kita tidak bisa mati. Kucing mati, manusia mati, tumbuhan mati, kaktus yang kau pelihara di Permukaan Atas pun mati, tapi kita, kita hidup karena mereka melakukan ritual itu. Aku yang memastikan bahwa ritual berjalan dengan lancar supaya Masou bisa hidup selama yang dibutuhkan dan aku bisa menebus dosaku sehingga akhirnya aku tidak perlu berada di tempat terkutuk ini lagi."

"Tapi?"

"Tapi Masou menambah lagi sepuluh tahun pada garis kehidupanku. Satu dekade!"

Celene berjongkok di hadapannya, menatap Cyrus dengan mata bermanik abu-abu jernih, "Kau pasti minum, ya, Cy? Kalau kau tidak mabuk, kau pasti tidak akan berbicara hal-hal seperti ini."

"Memangnya kau ini ibuku?" Cy mengenakan tudung jaketnya, menaikkan satu kaki dan menyandarkan tubuh ke kursi dan bergumam, "Menanyai aku minum atau tidak, seperti anak kecil saja. Bahkan anak kecil bisa seenaknya untuk minum. Kau tahu, minum susu, minum air, minum jus, terserah mereka. Selama kau di Permukaan Atas dan 'menjaga' Hiraka si bodoh itu, Masou di sini seringkali menyalurkan amarahnya. Kau sih tidak pernah kena amukannya, tapi aku sudah bosan melihatnya mengamuk terus-terusan."

Mengerling, perempuan itu menanggapi perkataan Cy, "Itu sih, kamu saja yang enggak bisa melakukan tugas dengan benar. Lagipula 'mereka' telah menitipkan anak itu pada kita dengan bayaran yang sepantasnya," Celene berdiri, mengambil sebuah kursi dan duduk di samping Cyrus, "Agar kita bisa menutup jalan antara Bumiapara dan Permukaan Atas dan membiarkan mereka untuk tidak mencampuri kedua dunia, mengurus diri sendiri terlebih dahulu."

Down There Is What You Called Floor [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang