FLOOR NEW YEAR SPECIAL: College AU

988 63 4
                                    

KALA SI BURGUNDI MELINTAS

※For better experience, please set your reading format to scroll ※



"Nova, kamu yakin enggak mau diantar?" tanya Ravi di kemudi. Mobil yang mereka kendarai tengah berhenti di pinggir jalan, dibarengi dengan bunyi detik lampu sen yang tak kunjung henti.

Akhir pekan ini bisa jadi merupakan akhir pekan yang ditunggu mahasiswa baru. Seminggu setelah masa orientasi dan pertemuan massa kampus, minggu pertama berkuliah ini diakhiri dengan pendaftaran unit-unit kegiatan mahasiswa. Para maba akan berkumpul, menambah teman, memperluas kenalan, dan pamannya ingin menemani Nova di saat penting seperti ini?

"Tidak," jawab Nova jutek.

Ravi memeluk keponakannya bagaikan seorang ayah yang tak tega melepas anak perempuan satu-satunya ditinggal kawin, "Ponakanku yang ini sudah besar, Kirana pasti bangga punya anak sepertimu!"

Gemas, gadis itu mendorong pamannya, dengan tangan di gagang pintu mobil, siap keluar dari sana, "Papa aja enggak pernah ngomong kayak gitu ke aku," gerutu Nova, merasa heran dengan sikap Ravi padanya, "Sana nikah dan cepet punya anak biar bukan aku terus yang jadi bahan uyel-uyel seperti ini!"

"Heh, kamu tuh—"

Terlambat; pintu sudah dibanting, dan Nova sudah berdiri di luar mobil. Ravi menurunkan jendelanya dan mengingatkan untuk menelponnya jika sudah mau dijemput nanti. Mengerling, Nova melambaikan tangannya, menyuruh pamannya itu untuk pergi saja duluan dan tak usah repot memikirkan bagaimana dia pulang nantinya.

Tepat pada saat itu juga ponselnya berbunyi. Nama Keiran tertera di layar, memberikan pesan yang menanyakan keberadaannya.

Meskipun hitungannya ia baru berkuliah satu minggu, daerah itu seringkali menjadi lokasi tempat bertemunya orang-orang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Meskipun hitungannya ia baru berkuliah satu minggu, daerah itu seringkali menjadi lokasi tempat bertemunya orang-orang. Nova melihat Keiran dan kembarannya Aidan beserta tujuh belas mahasiswa yang satu kelompok dengannya. Kedua pemuda itu melambalikan tangan, meskipun kembarannya tak tampak sesemangat Keiran. Mereka bertemu dengan kakak pembimbing mereka semasa masa orientasi yang memberikan satu pamflet untuk menempel stiker dan berisikan keterangan seluruh unit yang ada di kampus itu.

"Jadi kita mulai dari mana?" tanya Keiran, "Katanya kalau kita berhasil mengumpulkan stiker dari seluruh unit bakal dapat undian."

"Sebetulnya, aku enggak begitu tertarik dengan undiannya," tutur Nova jujur.

Mendengar perkataan Nova, Keiran tampak kecewa. Akan tetapi, ucapan saudara kembarnya membuatnya jauh lebih kecewa, "Kau mau kita jalan bareng?" Aidan balik bertanya, "Gua ada janji dengan yang lain. Orang-orang yang melihat kita bareng pasti akan langsung bertanya apakah kita ini kembar atau bukan. Aku bosan dapat pertanyaan seperti itu."

Menghela napas, Keiran mengiyakan dengan berat hati, "Berkabar ya kalau lu mau balik."

"Yow," Aidan berjalan jauh sembari melambaikan tangan.

Down There Is What You Called Floor [END]Where stories live. Discover now