Orenda, 14 Years Before

405 73 3
                                    

KIRIL MENGAMATI bagaimana orang-orang didudukkan di dalam ruangan berkaca. Kabel-kabel yang menghubungkan kepala ke tabung-tabung besar membuat subjek penelitian itu bagaikan sebuah trofi dan aset berharga. Pemuda berusia dua puluh tahun itu menempelkan wajahnya di kaca, membiarkan pori-pori dan minyak wajahnya membekas di sana. Jika ada Dasbala di sampingnya, pasti ia akan ditegur. Untungnya, seniornya tidak ada di sana. Larangannya tidak berlaku.

Bekerja di Tim Penelitian dan Pengembangan di Orenda selama setahun, Kiril selalu bertemu dengan tubuh-tubuh kaku manusia dan isi kepalanya. Dalam ruangannya terdapat puluhan gelas beaker yang berisikan otak manusia —kini mungkin sudah mencapai angka seratus. Kepalanya penuh dengan ratusan percobaan yang gagal dan harus terus diulang.

Merasakan dinginnya kaca di jemari, pemuda itu berjalan mengitari ruang penelitian. Ia melihat bagaimana seorang perempuan di dalamnya memejamkan mata bagai menyambut alam mimpi berkepanjangan. Entah apa yang tengah terjadi dalam dunia di balik kelopak matanya. Bola mata perempuan itu bergerak liar ke kiri dan ke kanan; mungkin bermimpi buruk yang tengah beralih menjadi mimpi terbaik dalam hidupnya.

Sesungguhnya Kiril ingin sesekali mencoba simulator itu. Akan tetapi, isi kepalanya jauh lebih berharga dibandingkan subjek-subjek penelitian ini. Kehilangan pemuda itu sama saja dengan kehilangan satu langkah besar Orenda untuk bisa meyakinkan masyarakatnya kembali. Kiril seorang jenius dan berkepala besar. Ia tahu apa yang ia bisa dan mahir lakukan.

Perhatiannya teralihkan saat ia mendengar langkah kaki Dasbala. Pria itu mengikat rambut ikalnya ke belakang dan menyampirkan kacamatanya di saku jas lab. Ia berkata, "Sudah kubilang untuk tidak menempelkan wajahmu ke sana."

"Apa maumu?"

"Ini caramu berbicara dengan senior yang membawamu bekerja di sini?" Dasbala menggelengkan kepala, "Kau harus membetulkan sikapmu terlebih dahulu."

"Bah! Enggak ada gunanya!" cibir Kiril, "Selama bisa terus menjalankan penelitian dan memberikan hasil yang baik, itu sih tidak penting."

Dasbala mengerling, "Flint mau berbicara denganmu."

"Kenapa tidak dia saja yang memberitahuku langsung?"

Pria berambut ikal itu memijat pangkal hidungnya, "Apa yang terjadi di hidupmu sampai kau menjadi lebih brengsek dari sebelumnya?"

"Mayat, otak, dan orang-orang tak sadarkan diri. Kau mengharapkan apa? Aku mungkin sudah lupa rasanya berbicara dengan manusia."

"Bagus. Kalau begitu belajar berbicara lagi dengan manusia dan angkat kakimu untuk bertemu Flint."

Meskipun telah setahun, Kiril terlalu larut dalam pekerjaan hingga tak bisa membedakan waktu siang maupun malam. Tempat penelitian mereka terletak di pusat kota dan jauh di bawah permukaan tanah. Matahari tak tampak di dasar Floor di mana Orenda memproduksi segala obat dan bahan kimianya. Pun, hanya orang tertentu saja yang mempunyai akses untuk masuk. Ruang-ruang yang dikelilingi kaca itu terletak di empat lantai terbawah setelah ruang para ilmuwan melakukan laporannya.

Semakin ke bawah, semakin banyak penelitian yang dilakukan. Lantai paling dasar terhubung oleh Huva Atma di mana mereka 'membuang' subjek-subjek penelitiannya. Lab kiril terletak satu lantai di atas lantai dasar. Hanya dia dan tubuh-tubuh kaku serta asisten yang selalu mengeluh untuk pergi karena tidak tahan dengan sikapnya selama bekerja. Pemuda itu tidak peduli.

"Kenapa kau mengikutiku?" tanya Kiril pada Dasbala. Mereka keluar dari lift yang mengantarnya pada lorong berdinding putih bersih. Beberapa karyawan berpapasan, mengangguk pada Dasbala namun mengalihkan pandangannya dari Kiril.

Dua langkah setelah orang-orang itu masuk ke dalam lift, Dasbala membuka mulutnya, "Kau masih menjadi tanggung jawabku, Kiril. Kalau terjadi sesuatu padamu, aku pun akan dapat konsekuensinya."

Down There Is What You Called Floor [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang