Bincang Ubin Vol.1

1.2K 73 82
                                    

KETIKA KAMU membuka chapter ini, kamu terkejut karena bukan kisah Raka maupun Indhira yang menjadi pembukaannya. Alih-alih kamu berhadapan dengan sebuah poster yang menempel di sisi jalan Lingkar Luar yang menyatakan bahwa Armadillo's Bar sedang mengadakan Bincang Ubin.

Kamu sadar bahwa kamu —tidak secara literal tentu saja— sedang berada di ubin, apalagi dengan nama-nama yang tertera di halaman itu mungkin membuatmu ingin bertegur sapa dengan mereka yang berkomentar mengenai komentar yang mungkin kamu pernah tinggalkan.

Kamu sadar bahwa kamu —tidak secara literal tentu saja— sedang berada di ubin, apalagi dengan nama-nama yang tertera di halaman itu mungkin membuatmu ingin bertegur sapa dengan mereka yang berkomentar mengenai komentar yang mungkin kamu pernah tin...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kamu berjalan, tidak begitu lama hingga tiba akhirnya di depan Armadillo's. Terdengar gelas yang berdentingan dan keributan yang khas di setiap bar: ledakan tawa, suara denging mikropon yang nyaring, hingga bau alkohol yang menyeruak. Dari sisi jendela kamu bisa melihat kepulan asap rokok yang memenuhi ruangan, membuatmu sedikit enggan untuk masuk. Akan tetapi, pintu menuju Armadillo's terbuka dan Nigel menyambutmu dengan kepala ditelengkan.

Nigel: Loh, ada tamu tambahan. HOI, TIK, POSTER YANG KAMU BUAT ENGGAK SIA-SIA. Hahaha! Masuk, masuk, acaranya sebentar lagi dimulai *tersenyum ramah*

Kamu pun melangkahkan kaki ke dalam bar, ternyata kamu mendapati bahwa Armadillo's penuh sesak dengan orang-orang yang pernah kamu jumpai di Floor: dari Masou hingga Marcus, Duta dan Iyas, hingga kroco-kroco riders yang tidak kamu ketahui namanya. Mereka menyambutmu, dan Liam menggiringmu untuk duduk di bangku paling depan, sangat dekat dengan panggung. Kamu melihat seseorang yang pendek repot sendirian di panggung dan akhirnya dia menoleh, menyapamu.

?: Halo kamu! Kamu. Ya, kamu! Makasih lho udah datang, aku enggak nyangka kamu rela jalan jauh-jauh sampai ke sini dan baca sampai sini. Ah ya, mungkin kamu ga tau saya siapa. Saya bukan Thor, kamu liat sendiri kan rambutku keriting, enggak fabulous seperti Chris Hemsworth, saya juga bukan Min. Karena aku...bukan lawannya plus. Panggil saja aku Atik, karena tak kenal tak sayang, tapi aku udah keburu sayang kalian sih yang masih rela main ke sini. Karena rasanya geli manggil nama sendiri, jadi kusebut saja diriku Atk ya. Seperti alat tulis kantor. Ha-ha *tersenyum garing*

Kamu mendengar suara Raka dari balik panggung kecil itu.

Raka: Woi, Tik, bintang tamunya kan kita, jangan ngomong sendirian dong.

Atk: Kalem kali, belom juga mulai. Lagian gua kan host. Lu duduk dulu aja yang manis sampe disemutin di sana.

Atk pun kembali sibuk dibantu beberapa pekerja Armadillo. Mic kembali berdenging, kamu hanya bisa mengerenyit. Orang-orang di sekelilingmu pun menyipitkan mata, beberapa menutup telinganya hingga feedback microphone kembali teredam. Dia mengetuk-ngetuk mic nya dan akhirnya menyapa semua pengunjung di Armadillo's.

Atk: Tes, satu...dua...oke. Halo, teman-temanku dan anak-anakku. Mamamu di sini haha! Jadi hari ini saya akan membawakan sebuah acara bincang-bincang mengenai komentar yang kemudian dikomentari oleh temanmu sekalian. Kenapa? Karena saya enggak sempat bikin lanjutan ceritanya, jadi ini sesungguhnya sedikit pertunjukkan sebagai permintaan maaf.

Down There Is What You Called Floor [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang