14 Years Ago, Capital City

2.5K 365 56
                                    

SUARA BEL yang terus menerus ditekan merambat menuju ruang tengah. Sore itu cuaca cukup bersahabat dan Mahardika tengah memainkan figur Ultraman dan Godzilla sambil menonton kartun anak di salah satu stasiun televisi. Bocah itu mendongak, cukup bingung dan terganggu dengan suara nyaring yang tak kunjung berhenti itu. Ia meletakkan mainannya di atas lantai dan bangkit berdiri, berjalan menuju pintu utama.

"Siapa?" tanya Mahardika nyaring dari dalam rumah. Alih-alih mendapat jawaban, dering bel terus saja berbunyi. Berjinjit, Dika kecil menekan kenop pintu. Di hadapannya adalah seorang anak laki-laki yang berdiri di atas bangku kecil, menekan bel dengan tongkat sapu.

Bocah itu menoleh, bertukar pandang dengan Dika yang menatapnya kebingungan. Ia menyeringai lebar dan melompat dari bangku. Masih memegang tongkat sapu, bocah itu mengulurkan tangannya, "Halo! Main yuk!"

Dika menoleh ke kiri dan ke kanan, mencari-cari seseorang selain dirinya. Anak di hadapannya sedikit lebih tinggi daripada Dika. Rambutnya dibiarkan tumbuh acak-acakan dan kulitnya terlihat lebih gelap karena terlalu sering bermain di bawah matahari. "Kamu masuk dari mana?"

"Manjat!" jawab Raka kecil penuh semangat, menunjuk pagar berjarak lima meter dari pintu masuk. Ia menggenggam pergelangan tangan Dika dan mengajaknya untuk keluar rumah untuk bermain bersama anak-anak lainnya di lapangan sebelah.

Dika dapat mendengar ibunya memanggil jauh dari belakang, menanyakan siapa yang membunyikan bel. Ketika wanita itu telah sampai di ujung pintu, ia melihat Raka yang menyeringai lebar dan berkata, "Tante, Raka pinjam Dika-nya sebentar ya! Kasian kan di rumah terus, mending main bola sama aku dan yang lain."

Dika tak berkutik. Mata besarnya memandang sang ibunda, penuh harap. Setengah hatinya enggan untuk ikut bersama teman barunya, sementara setengah hati yang lain ingin keluar dan berlarian di tengah lapangan. Dika bertukar pandang antara ibu dan Raka. Ketika menatap ibunya untuk ketiga kali, sang ibunda menghela napas dan menanyakan keberadaan orang tua Raka. Seperti kebetulan yang keterlaluan, terdengar suara ibu Raka yang memanggil anaknya dari kejauhan.

Raka bergidik dan menarik tangan Dika. Meski pagar sudah dibuka, Raka tetap saja memanjat pohon kemudian berlari ke arah lapangan; meninggalkan ibunya yang hanya bisa meminta maaf kepada Ibu Dika dan menggelengkan kepala. Suara tawa mereka menggema di seluruh perumahan.

Dika, si anak baru di perumahan mendapatkan seorang teman anak ternakal di perumahannya: Hiraka Oktavi. Tanpa disadari, mereka selalu pergi bersama ke manapun mereka mau. Bersama mereka pergi ke acara keluarga para tetangga. Bersama mereka menghadiri pemakaman sang kakek. Bersama mereka menghadiri sekolah dasar juga kemping kelas.

Suatu hari, bertahun-tahun silam ketika acara kartun televisi dan orang-orang bertopeng masih tayang di pagi hari, Dika melihat karakter idolanya. Seorang pahlawan bertopeng yang menggunakan pakaian segagah elang. Kepalanya tertutup helm berbulu hitam dengan paruh berwarna kuning yang menunjukkan rahangnya yang keras nan kokoh. Sayap lebar membentang dari punggungnya, terikat ke dada bidang yang telanjang.

Kecepatannya dalam melawan musuh tak pernah menghasilkan suara dalam ledakan-ledakan bombastis. Sabetannya dalam menikam dan membuat lawannya jera sangatlah anggun dan elegan. Heroik; mempesona; maskulin dalam koreografi yang indah. Mata Jun berbinar, menorehkan mimpi dalam kepalanya jika ia dewasa nanti, ia akan menjadi seperti pahlawan itu. Jun. Nama belakangnya Dika sulit lafalkan, tapi ia tahu pasti nama yang digunakan adalah Jun. Jun. Dika akan menggunakan nama Si Penjaga Malam.

"Raka, mulai sekarang panggil aku Jun!" ucapnya penuh percaya diri dengan pose segagah mungkin yang bisa ia lakukan.

"Namamu 'kan Dika," tutur Raka dengan figur Megaman di tangannya. Ia mengarahkan tangan mainan itu ke arah sahabatnya, pura-pura menembak.

"Pokoknya panggil aku Jun. J-u-n. Kalau kamu masih memanggilku Dika, aku tidak akan jawab."

"Oke," jawab Raka ringan tanpa menanyakan lebih lanjut.

Nama itu, Jun, seimpulsif ia memberi namanya sendiri, menempel pada dirinya bahkan lebih dari sepuluh tahun. Terkadang ketika seseorang menanyakan dari mana asal nama itu, Jun cukup malu mengatakan bahwa itu berasal dari tokoh fiksi yang sering ia tonton waktu ia bocah dulu. Ia cukup mengatakan bahwa ia lupa namun semangat heroik Jun si Penjaga Malam terus terpatri dalam dirinya. Menjadi sesosok pahlawan anggun nan elegan dengan hati lapang.

Ia tumbuh jadi pemuda rupawan dan hati bagaikan berlian. Perilakunya bagaikan seorang gantleman dan semua orang —siapa yang tidak? — menyayanginya.

Jun menanam banyak mimpi di kepalanya. Ragam tontonan serta bacaan kepahlawanan maupun fiksi-fiksi lainnya terkadang membuat pemuda itu bermimpi akan dunia idealis tanpa adanya tindak kriminal. Ia tahu dari berbagai bacaan dan dialog yang dikatakan oleh para tokohnya bahwa seorang pahlawan tidak akan pernah bisa menolong semua orang. Selalu ada pengorbanan juga kematian.

Ia tahu kematian bukanlah suatu hal yang bisa diprediksi.

Kita semua tahu akan hal itu. Jun apalagi. Ia tidak tahu dirinya akan meninggalkan dunia hari itu. Tetapi, ia melihat hal yang seharusnya tidak ia lihat: mengenai suatu tempat; mengenai suatu hal; mengenai Raka.

*

//Halo! Maafkan chapter ini juga ga sebanyak biasanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

//Halo! Maafkan chapter ini juga ga sebanyak biasanya. Sedikit backstory tentang Jun, sebagai hiburan (?). perkara Jun si Penjaga Malam, itu bohongan. Mau nulis Hawkman dan sebagainya tapi udah ada dibikin DC dan Marvel jadi ya mari kita anggap si Penjaga Malam itu semacam serial tokusatsu dari Jepang. he he he.

Anyway, terimakasih untuk yang telah baca. Komentar dan votenya sangat berarti :) Tunggu kelanjutannya ya! Ingin banget bisa beresin Floor sampe tamat ini mah. Salam sayang dan peluk hangat!//

Down There Is What You Called Floor [END]Where stories live. Discover now