Bab: III

12.9K 706 8
                                    

[03. Argument]

Deg!

Tubuh yang tergulung selimut itu tampak tersentak. Matanya terbuka dengan keringat mengalir di dahinya, Lea lalu bergerak untuk menududukan diri di atas ranjang, membuat Gilgey yang tertidur di sampingnya terbangun karena pergerakan yang tiba-tiba.

"Hm, kenapa Le?" tanya Gilgey mengucek matanya.

Air mata lolos lalu mengalir di pipinya yang memerah, lalu isakan kecil yang berusaha ia tahan mati-matian pun berhasil keluar.

"Hey kenapa?" tanya Gilgey khawatir lalu beranjak duduk menatap adik satu-satunya itu.

Lea tak menjawab dan terus terisak mengingat kejadian di taman bermain.

Rasa bersalah, bingung, sedih, dengan takut yang mendominasi menyerangnya secara bersamaan.

"Maaf..." isak Lea lalu tangisannya semakin kencang membuat beberapa kakaknya yang sedang tertidur itu terusik karena memiliki indra pendengaran yang tajam, faktor lain karena kamar Lea tidak kedap suara.

Ceklek

Pintu kamar Lea terbuka menampilkan viz, Iaros dan Sovi yang berjalan masuk dengan wajah khawatir.

"Lea kenapa, hm?" tanya Viz duduk dipinggir ranjang sambil menggenggam tangan adiknya yang terasa dingin.

"Gilgey, Lea kenapa?" tanya Sovi membuat Gilgey turun dari ranjang sambil menggaruk pelipisnya yang tak gatal.

"Gak tau, dia tiba-tiba kebangun terus nangis kenceng banget," ucap Gilgey pelan.

Viz terdiam, lalu mengambil ponselnya dan menelpon Hyli, karena saat ini si tukang tidur itu yang dapat diandalkan untuk membaca pikiran adik kecil mereka.

"Leana mimpi buruk?" tanya Sovi selembut mungkin tetapi malah membuat isakan Lea yang berusaha ditahan kembali lolos.

"Maaf," lirih Lea.

"Gara gara aku, dia... Aku-"

Leana kembali terisak lalu ia menatap pintu kaca balkon yang menampilkan suasana di malam hari.

Mendengar itu Iaros langsung menatap balkon, tetapi tak ada siapa-siapa disana.

Yang ia maksud adalah mahluk selain manusia.

"Eh Hyli kebo banget!" kesal Viz ketika teleponnya tak diangkat lalu ia menelpon Lavi dan menyuruhnya untuk membangunkan Hyli.

Tangisan Lea mereda namun pikiran nya kemana mana dan tatapan mata nya kosong. Tubuhnya lemas membuat Viz mendekapnya semakin erat.

"Nih minum dulu Le," kata Gilgey yang entah sejak kapan sudah memegang nampan berisi teko dan gelas berisi air mineral.

Sovi mengambil segelas air mineral lalu menyodokannya pada Lea.

"Ada apa? Lea kenapa?!"

Hyli dengan heboh nya masuk kedalam kamar diikuti Lavi yang berjalan tergesa-gesa.

"Hey, Leana kenapa hm?" tanya Lavi menghampiri Lea.

Lea memejamkan matanya berusaha untuk tidak memikirkan apapun, agar Hyli tak dapat membaca pikirannya.

"Sini Na," kata Hyli sambil memegang bahu Lea agar bisa menatap wajahnya.

Leana dengan cepat memikirkan sesuatu agar pikirannya tak terbaca, lalu tak lama air matanya mengalir kembali.

Saat mengingatnya Lea jadi sedih lagi...

Mendiang boneka babi nya yang dirobek anjing.

"Piggy, harusnya gak aku pinjemin ke kak Gilgey," tangis Lea membuat Gilgey mematung.

Leana And 7 Crazy BoysWhere stories live. Discover now