Bab XXIII

5.4K 416 4
                                    

[ 23. Detective ]

HARI minggu ini rumah sepi, dan itu membuat tiga bocah yang kini tengah berjalan mengendap-endap merasa senang, sebelum akhirnya, mereka kembali masuk ke dalam kamar Lavi yang menjadi basecamp mereka.

Alasan mereka memakai kamar Lavi ini karena di kamar Lea ada Liana, di kamar Gilgey terlalu berantakan, jadi kamar dari pecinta game dan gadis ini menjadi pilihan terbaik.

"Lo tau pintu di lantai satu di ujung lorong? Feeling gue itu kamar ortu," ucap Lavi membuat Lea mengangguk.

"Kita kesana," ucap Lea, dengan senyum tertahan dan perasaan aneh di dalam dirinya.

Sungguh, Lea tidak pernah terpikirkan untuk mencari tau tentang orangtuanya seperti saat ini. Hanya karena tebakan Gilgey yang gadis itu iyakan meski sebenarnya tak benar, tanpa disangka membuatnya melangkah menuju pintu untuk membuka segala hal tersembunyi di keluarganya.

Meski Lea sedikit takut ketahuan, tapi dia benar-benar exited atas tindakan mereka kali ini. Ia merasa keren, seperti agen di film aksi meski layar tempatnya tidak menegangkan.

Setelah menjelaskan rencana-rencana yang dibuat layaknya mata-mata profesional yang mempunyai misi mencuri informasi, kini ketiga anak bungsu itu melangkah keluar. Menuruni tangga dengan santai, berusaha agar tak terlihat mencurigakan di saat mereka berpapasan dengan beberapa pelayan.

"Gue sama Lea masuk cari sesuatu, lo jaga-jaga," ucap Lavi di tengah langkahnya, membuat Gilgey dan Lea mengangguk kompak.

"Kalian mau kemana?"

Suara lembut itu sontak membuat mereka tersentak. Lea menolehkan kepala lalu menghela nafas melihat sang penanya.

"Urusan keluarga, lo gaperlu tau." Sedikit kasar memang, atau sangat kasar. Yang jelas, Lea sendiri merasa bahwa dia jadi tak suka pada Liana.

"O-oh oke."

Lea menarik Gilgey dan Lavi menuju lantai satu dengan wajah kesalnya, entah mengapa ia menjadi badmood tiba-tiba.

"Orang-orang aman 'kan?"

Gilgey mengangguk, "pelayan udah pada balik, cuma ada kita sama itu cewek. Sovi pergi, Hyli kumpul osis, Iaros gatau lah gue, Viz kerja."

Karena merasa aman, mereka berjalan dengan santai di rumah lalu berjalan menuju sebuah lorong gelap yang di ujungnya ada pintu besar berwarna putih.

"Yakin nih?" tanya Lavi yang diberi 2 jempol oleh Gilgey dan Lea.

Lavi berjalan menuju pintu lalu mengeluarkan gantungan penuh kunci yang ia ambil dari gudang, memakainya satu persatu hingga pintu itu terbuka.

Ceklek

Suasana dingin saat pintu terbuka cukup membuat leher belakang Lea mendingin, lalu gadis itu menatap Lavi yang berjalan masuk.

"Buruan masuk, gue jaga disini."

Lea berjalan memasuki ruangan yang sepertinya kamar itu, terlihat luas dan bersih.. sepertinya rutin dibersihkan.., tapi kapan? Lea tidak pernah melihat siapapun masuk ke sini.

Furniture di kamar ini kebanyakan berbahan dasar kayu, membuatnya terlihat klasik, benar-benar dirawat sehingga tak ada satu pun yang berayap meski Lea yakin usianya pasti sudah bertahun-tahun. Lea menyapukan pandangan dan terdiam ketika melihat pigura besar yang terpajang di tembok.

Terlihat foro perempuan cantik dengan gaun putih juga bucket hat dan seorang pria dengan tuxedo putih terlihat berdiri di sampingnya. Ada juga perempuan cantik yang duduk di kursi di tengah mereka.

Leana And 7 Crazy BoysWhere stories live. Discover now