Bab LXIII

4.2K 384 15
                                    

[63. Mama papa .]

"Astaga.."

Giselle dan Sanka sama sama menggelengkan kepala saat melihat beberapa gambar di ponsel milik Arsa, membuat gadis yang duduk di atas brankar itu menatap mereka geram.

"Hapus gak?!"

"Gak boleh, itu momen langka, romantis banget kayak film korea," sahut Arsa yang kini duduk di samping Sanka sambil memakan buah-buahan yang dibawanya untuk Lea.

Sankara menggeleng-gelengkan kepala, membuat Lea melirik sinis laki-laki yang duduk di kursi yang ada di dekat brankar,  yang kini terlihat fokus menatap iPad yang menampilkan catatan-catatan rumit.

Arsa melirik Giselle yang kini memperbesar potretan Lea dan River tadi, tepat di wajah mereka yang sangat dekat.

"Lea, kenapa malah dorong si River? Padahal lo tinggal majuin muka. Langsung deh, kena."

"Diem lo babi!" desis Lea sambil menatap tajam laki-laki yang sudah lama tak dilihatnya itu, yang dulu menjadi teman sebangkunya.

"Kalo diliat-liat, lo udah sehat ya? Sia-sia dong gue dateng kesini, padahal pengen liat lo terbaring tidak berdaya," ucap Giselle membuat Sanka menggeleng lagi.

"Parah!"

"Pada lapar gak? Biar gue pesenin makanan," sahut seseorang yang baru keluar dari kamar mandi, Hyli.

"Jangan nyesel nanya ya kak, Sanka makannya banyak," ucap Arsa membuat bantal sofa itu dilempar ke wajahnya.

"Mulut lo mau gue lakban?"

"Diem lo jones!"

Sanka memutar bola mata lalu membuang muka, sayangnya ia malah bertatapan dengan Hyli yang juga sedang menatapnya.

"Ka, catetin yang mereka pesen," suruh Hyli sambil melangkah menuju nakas, mengambil kunci mobil yang ada di atasnya.

"Lo yang langsung beli, kak?" tanya Lea heran, Hyli bisa saja menyuruh orang atau memesan makanan.

"Gue maunya beli langsung," balas Hyli lalu menatap Sanka yang kini malah diam menatapnya, "ngapain? Cepetan catetin pesanan mereka."

"Apa aja?" tanya Giselle yang diangguki oleh Hyli, sontak ia langsung tersenyum senang dan mengatakan makanan yang ia inginkan pada Sanka.

Dengan ogah-ogahan Sanka mencatat makanan yang mereka inginkan di ponselnya. Sedikit kesal karena tidak di sekolah, tidak di luar sekolah, tetap saja jadi babu. Tak lupa, babu di rumah juga adalah dirinya.

"Lea mau apa?" tanya Sanka membuat gadis yang ia tanyai terdiam.

"Eum, apa aja deh, samain kayak Kak Hyli," jawabnya lalu Lea melirik laki-laki yang kini tampak berekspresi serius dengan mata yang masih tertuju pada iPad nya.

"Lo mau apa, Kariv?"

"Enggak, bentar lagi juga gue harus pergi," jawab River tanpa mengalihkan pandangan dari layar yang menyala itu.

"Kemana?" tanya Lea, tak memperdulikan Hyli dan Sanka yang telah pergi. Kini Giselle pun terlihat memejamkan mata di atas sofa, dengan Arsa yang bermain game sambil menyandar pada bahunya. Yaa, Lea baru tau mereka berteman sedekat itu.

"Abim udah neror gue," jawab River sambil menunjukkan ratusan pesan spam dari satu nomor.

"Yaa lo malah ninggalin kerjaan penting sih," cibir Lea lalu memutar bola matanya malas.

"Jenguk lo lebih penting daripada ketemu orang-orang bau tanah." River tersenyum miring setelah mengatakannya, meski ia langsung mendapat jitakan keras di dahinya.

Leana And 7 Crazy BoysOn viuen les histories. Descobreix ara