Bab XLV

4.9K 432 0
                                    

[45. Panti.]

"Lo mainin hp gue ya?!!"

Vienna tetap fokus menyetir mobilnya, hanya melirik Lea sekilas lalu memutar bola matanya malas.

"Lo kenapa gak bilang punya no River, kan gue mau minta."

Mendengar itu membuat Lea dengan panik mencari nama seseorang di kontaknya. "SIALAN! LO GAK SOPAN BANGET ANJIR."

Lea menatap Vienna yang sedang mengemudi dengan kesal, lalu jarinya menari-nari di atas layar ponselnya.

Leana:
"Td Hp gw dbjak Vienna."

Lea mendengus lalu meletakkan ponselnya kembali di saku hoodie, setelahnya ia menatap lalu lalang kendaraan di jalanan.

Teringat ucapan Vienna saat di rumah Giselle, membuat Lea tersenyum.

"Gue liat nama Liana ada di daftar pengadopsian."

Alasan Lea yang kini duduk diam di dalam mobil Vienna dan meninggalkan motor sport River di apartemen Giselle, lagi-lagi disebabkan oleh Liana. Mereka akan ke panti asuhan sekarang, untuk melunasi janji Vienna satu jam yang lalu.

"Ngapain senyum-senyum gitu? Ngeri tau gak?" ucap Vienna membuat Lea mendelik.

"Btw lo kenapa bisa tau Liana itu pernah di adopsi?" tanya Lea sambil menatap Vienna.

"Buat nyari tau ortu angkat kakak gue, tapi lo gak perlu kepo tentang gue juga kali," jawab Vienna singkat.

Beberapa puluh menit berkendara, kini mobil merah milik Vienna telah terparkir rapi di parkiran panti asuhan itu. Mereka berdua keluar, lalu berjalan memasuki gedung.


Lea memilik duduk di sofa yang ada disana, sambil menatap Vienna yang menghampirinya dengan sebuah buku tipis di tangannya.

"Nih kalo lo gak percaya," ucap Vienna, duduk di samping Lea lalu menunjukan salah satu halaman di buku kecil itu.

Pengadopsi: Tn Crishenio D.Z & Ny Leena Fd.
Anak yg diadopsi: Liana Liesyra.

Deg.

Lea tersenyum dengan mata berkaca-kaca, "benerkan dugaan gue," ucapnya pelan membuat Vienna menatapnya.

"Bener apanya?" tanya Vienna tetap Lea mengabaikannya.

Lea mengusap ketiga nama yang tertulis itu, menatap lekat satu nama yang tiba-tiba membuat ketenangan datang padanya.

Liana..

____

Hari ini rumah sedang ramai, bukan karena para tuan rumahnya, melainkan karena para pelayan yang datang untuk membersihkan rumah besar nan mewah ini.

Sovi kini sedang berjalan di lorong, sambil membaca bukunya dengan tenang. Lalu ia menutup novelnya itu, berjalan menuju sebuah pintu putih yang terdengar berisik.

Sovi hendak membukanya, tapi itu lebih dulu dibuka dari dalam.

"Baru mau manggil," ucap Iaros membuat Sovi menaikkan sebelah alisnya, lalu kembali memasuki kamar Viz itu.

Aroma mint yang menenangkan terasa, juga aroma buku-buku yang memenuhi rak buku besar di ujung ruangan.

Melihat Hyli, dan Viz yang fokus memperhatikan sesuatu di dalam laptop, membuat Sovi mengampiri mereka lalu mengintip.

Leana And 7 Crazy BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang