Bab XXV

5.4K 406 2
                                    

[ 25. Imperfect... ]

MATA itu terbuka, memperlihatkan netra sayu yang menerawang sekelilingnya. Cahaya yang terlalu terang membuat ia menyeritkan dahi lalu beranjak duduk dan membuat selimut yang berada di atas tubuhnya merosot.

Lea mengerjapkan mata saat menyadariia ada di atas kasurnya dengan tergulung selimut hangatnya... padahal seingatnya ia menangis di lantai lalu sepertinya, ketiduran?

Gadis itu tampak menatap kosong ke arah depan lalu beralih menatap jam yang menggantung di dinding, pukul 04.34. Ia pun memutuskan beranjak untuk bersiap sekolah, sekilas ia melihat meja belajarnya yang rapi. Tidak seperti kemarin yang penuh buku bekas belajar si gadis sempurna.

Memikirkan itu membuat Lea terkekeh pelan, bahkan Liana pun berkali-kali lipat lebih baik darinya. Gadis itu cantik, mandiri, pintar, lembut, kata-katanya selalu di atur. Tidak seperti dirinya, manja, bodoh, kasar, dan keras kepala...

Lea menggelengkan kepala lalu memasuki kamar mandi, ia ingin mengawali paginya dengan baik, tapi tidak dengan perasaannya yang tetap buruk.

Sekitar 30 menit berlalu, Lea sudah selesai bersiap-siap untuk sekolah. Ia keluar kamar lalu berjalan di dalam rumah yang terasa sepi itu. Menekan pelan perutnya saat merasa bagian tubuhnya itu sakit, sepertinya magh nya kambuh.

Sesampainya di dapur, Lea bersyukur karena tak ada siapapun disini. Ia mengambil roti dan susu kotak lalu duduk di atas meja sambil memakannya.

Lea juga tidak bisa memasak, lihatkan? Ini lah imperfect nya Lea.

Lea memakan roti tawar nya lalu meminum susu agar bisa memberi rasa. Tapi sungguh, karena perasaan buruk, segalanya menjadi tidak enak saat masuk ke mulut.

Srekk

Dahinya mengerut saat ada tangan yang melengos mengambil beberapa roti di sampingnya lalu ia menoleh ke belakang untuk mengetahui siapa pemilik tanagn itu.., Sovi.

Sovi memasukan dua roti itu ke pemanggang lalu mengambil beef slice, telur juga selada di dalam kulkas.

Lea memperhatikan kakaknya itu, entah mengapa... lidahnya kelu. Untuk mengucapkan satu kata maaf saja, rasanya sangat sulit. Padahal, biasanya mereka tak pernah marahan lama karena setelah merenung, pasti salah satunya meminta maaf. Tapi yang kali ini benar-benar sulit.

Menyudahi memikirkan hal yang hanya membuatnya sesak, kini Lea memilih mengeluarkan ponselnya lalu mencari kontak seseorang.

Leana:
"Kak? Boleh ikt brngkat breng gk?"

Leana:
[📍 Location]

Lea hendak memasukan kembali ponselnya ke tas, tetapi mendengar notifikasi beruntun yang membuat bising itu membuat ia kaget sekaligus heran.

Kak River:
"Boleh banget!"

Kak River:
"Tunggu yaa."

Kak River:
"On the way"

Kak River:
"10 menit sampe"

Kak River:
"Sampai ketemu, Leana"

Lea mendelik, River ini basa-basi sekali.., sedikit membuat ilfeel dan ia pun memutuskan untuk tak membalasnya dan memasukannya ke dalam tas, ia malas.

Leana And 7 Crazy BoysWhere stories live. Discover now