Bab XLII

6.1K 592 19
                                    

[42. See you later.]

"SEKOLAH GAK LO?!"

"Gak," jawab Lavi santai sambil terus memainkan game di ponselnya, membuat adiknya itu berkacak pinggang.

Pagi yang biasa Lea awali dengan tenang dan damai, kini berbeda. Dibandingkan minum teh dengan damai dengan tontonan kartun Doraemon, saat ini berganti jadi saat-saat yang jauh dari ketenangan. Kini Lea berkacak pinggang, merasa tenggorokannya kering karena terus menerus meneriaki kakaknya, yang kini malah kembali rebahan di sofa padahal waktu telah menunjukkan pukul delapan lebih.

"Sekolah Lavi!! Buru, nanti telat," kesal Lea sambil mengatur nafas karena dari tadi terus berteriak.

"Emang udah telat," balas Lavi membuat Lea melemparkan jaket ke arahnya.

"Sekolah singa! Mau jadi apa lo kalo gak sekolah—"

"Bawel lo njing."

Bughh!!

"BURUAN SEKOLAH, SINGA!!"

Lavi menutup sebelah matanya saat telinganya berdenging, teriakan Lea benar-benar membahayakan indra pendengarannya. Bahkan ia yakin seratus persen, meski berada di ruangan kedap suara pun, teriakan Lea masih akan terdengar ke luar.

"Gabisa Le, gue gak bawa seragam gak bawa buku juga," ucap Lavi berusaha mencari alasan agar bisa tak sekolah.

"Rumah temen lo gak jauh dari sini," kesal Lea membuat Lavi menaikkan alis.

"Ah gue inget sesuatu," ucap Lavi membuat Lea menatapnya jengkel.

"Sekolah gak—"

"Lo beneran niat kabur gak sih?" tanya Lavi membuat Lea menaikkan alisnya bingung.

"Lo tinggal disini kan? Sembunyi disini 'kan?" tanya Lavi.

"Ngomong apasih—"

Suara bell berbunyi membuat Lea menatap monitor yang menempel di tembok, lalu berjalan menuju benda itu. Dengan malas menekan salah satu tombol lalu terdiam kaku saat mendengar suara lembut seorang perempuan.

"Halo? Maaf, tapi bisa kecil kan suara anda? saya merasa sedikit terganggu."

Ucapan dari suara lembut yang sedikit kurang fasih itu membuat Lea mematung. Gadis itu menatap layar yang menyala, menampilkan seorang perempuan cantik yang terlihat canggung menatap kamera.

"Terimakasih, saya permisi."

Layar kembali mati membuat Lea merasa lemas, ia menatap Lavi yang terlihat menatapnya dengan tatapan mengejek.

"Congratulations, sebentar lagi lo bakal ketauan karena tetanggaan sama Kezi."

____

Perempuan dengan rambut panjang diikat satu dengan rapi itu terdiam, lalu tersenyum tipis saat melihat interaksi seorang gadis dengan orang lain selain dirinya.

"Syukurlah.."

Aglis menghela nafas lalu mengerjapkan mata, sebelum akhirnya ia tersentak saat seseorang menepuk bahunya.

"Eh? Kenapa Miss? kok ngelamun gitu," tanya Rana yang dijawab senyuman canggung oleh Aglis.

"Ah enggak kok Bu." Aglis tersenyum canggung lalu menunduk.


"Haloo ibu," sapa seorang beberapa murid laki-laki yang menghampiri mereka.

Leana And 7 Crazy BoysWhere stories live. Discover now