Bab XLVII

5.9K 539 64
                                    

[47. The Dark Alley.]

MALAM hari, langit terlihat indah dengan bintang yang bertaburan, dengan bulan sabit yang membuatnya sempurna.., terlihat cantik. Hingga awan gelap itu menutup segalanya. Dan teriakkan memekakkan telinga itu kembali terdengar.

"TOLONG!!"

Di sebuah gang panjang dengan pencahayaan temaram itu, seorang gadis berlari secepat mungkin dengan air mata ditahan agar tidak berderai.

Rambutnya kini sudah tak terikat dengan rapi, di rahangnya terdapat memar biru karena tadi memberontak hingga mendapat pukulan.

Wajar saja ia berontak...

Tadi tubuhnya hampir diperlakukan seolah bukan manusia, pria brengsek itu hampir menyentuhnya.

Lea katakan hampir menyentuhnya, walaupun sebenarnya.., ia lari saat ini agar Pria itu tak menyentuhnya lebih jauh.

"Sial," umpat Lea saat mendengar suara derap langkah kaki yang semakin cepat, selain miliknya.

"Lepas anjing!" umpat Lea menghempas lengannya saat tangan itu kembali mencekalnya, dan berhasil terlepas.

Lea melangkah cepat tetapi rambutnya di tarik lalu ia di dorong hingga membentur tembok.

"Gausah sok jual mahal lo jalang!"

"Brengsek!"

Lea berusaha mempertahankan diri dengan memberikan pukulan asal pada pria itu, meski berakhir dengan ia yang menjerit saat kedua tangannya berhasil di kunci.

"Lepas bangsat!"

Lea menatap Pria itu dengan mata berkaca-kaca, aroma alkohol murahan menguar di indra penciumannya.

"TOLONG!"

"AAAARGH!"

"LEPASIN GUE BANGSAT!"

Air mata yang sedari tadi ditahan, akhirnya luruh. Perasaaan campur aduk itu datang, takut, marah, dan berbagai emosi buruk lainnya.

"WOI!"

Pria itu langsung panik saat beberapa orang perempuan meneriakinya, lalu ia buru-buru melepaskan gadis dikukungannya lalu berlari pergi.

Tubuh lemah itu sontak langsung luruh diikuti tangisannya yang terdengar pilu, saat beberapa orang perempuan penghuni kost mengerumuninya.

"Dek kamu gapapa?" Bersamaan dengan pertanyaan-pertanyaan itu, ia ditarik lalu didekap oleh seorang perempuan berkacamata, lalu punggungnya diusap naik turun bermaksud menenangkan.

"Gapapa.., kamu udah aman."

Tangisan Lea tak bisa berhenti, dadanya sesak. Ia merasa sangat hina. Telinga Lea seolah tuli saat orang-orang menenangkannya. Ia merasa.., malu.

Ia merasa malu saat beberapa perempuan itu memperhatikan dirinya yang menyedihkan ini.

Lea semakin merasa merasa sesak saat salah satu perempuan menelpon polisi dan mengatakan bahwa dirinya...

—korban pelecehan.

Perempuan berkacamata itu melirik temannya lalu ia mengusap-usap bahu gadis yang sepertinya masih SMA itu. Sementara salah satu di antara mereka, terlihat berjongkok di depan Lea yang terus menangis lalu mengulum bibir canggung.

"Permisi ya dek," ucapnya lalu meraba kantung celana Lea juga saku hoodie Lea hingga mendapatkan sebuah ponsel.

Ia menempelkan jempol Lea untuk membuka kunci, lalu mencari kontak yang sekiranya berhubungan dengan gadis di depannya ini.

Leana And 7 Crazy BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang