Bab XVII

6.8K 517 22
                                    

[17. With River in the river]

CAHAYA matahari merambat masuk melalui kaca besar yang tidak tertutup gorden, yang membuat laki-laki yang sedang tertidur di atas kursi dengan buku sebagai bantalan itu terusik.

Viz menyeritkan dahi lalu membuka matanya perlahan. Ia menegakan tubuh lalu menatap buku-buku juga dokumen yang tertata rapi di atas meja nya.

Sepertinya ia ketiduran saat sedang mengecek dokumen adik-adiknya.

Viz beranjak lalu berjalan masuk ke kamar mandi dan melakukan ritual paginya setiap pagi.

10 menit berlalu, kini kakak tertua dari 6 bersaudara itu sudah rapi dengan celana abu juga kemeja hitam yang menampilkan wibawanya. Meskipun sudah 24 tahun, tetapi karena wajah baby face nya membuat ia tidak jauh berbeda dari adik-adiknya.

Viz melangkah keluar dengan iPad miliknya, berjalan menuruni tangga lalu menghela nafas saat hanya keheningan yang bisa ia rasa. Sepertinya yang lain belum pada bangun.

Dahinya itu terlihat menyerit saat sampai di ruang tengah, terlihat seorang gadis yang tertidur nyaman di atas sofa dengan buku sebagai bantalan.

"Lea?"

Viz menghampiri adiknya itu lalu menepuk-nepuk pelan pipi nya, "Lea, bangun."

"Wih, Lea ngapain tidur disitu anjir?" Sahutan terdengar, berasal dari Hyli yang melangkah mendekat bersama Lavi di belakangnya. Dua laki-laki itu terlihat berpenampilan yang berbanding jauh, Hyli dengan seragam rapi paripurna menunjukkan betapa teladannya ia sebagai siswa, dan Lavi dengan seragam ala kadarnya.

Sedang asik-asiknya menjelajahi mimpi, Lea terusik karena tepukan di pipinya. Akhirnya ia mengalah, membuka mata membuat wajah tampan itu memenuhi indra penglihatannya.

"Eugh, kenapa sih," kesal Lea menjauhkan wajah Viz lalu mengerjapkan mata. Gadis itu lalu mengulurkan kedua tangannya yang membuat Lavi langsung menariknya hingga terduduk.

"Kamu kenapa tidur disini? gak sama Liana?" tanya Viz dan tentu saja mendengar nama asing itu membuat Lavi dan Hyli menatapnya bingung.

"Hah? Siapa?" tanya Hyli.

"Temen Lea, dia nginep disini."

Lea meregangkan kedua tangannya lalu mengerjapkan mata berusaha mengumpulkan nyawa, sesaat ia terdiam.

"Dih lo kenapa—"

Mata Lea membulat saat melihat betapa berantakannya sofa dengan alat tulis yang semalam ia keluarkan semua, lalu tangannya dengan cepat mengambil salah satu buku tugas miliknya, membukanya.

Tentu saja, semuanya tanpak bersih tak tersentuh apapun yang akhirnya membuat Lea menunduk.

"Kak, Lea gak sekolah aja boleh ga?"

"Idih, mau jadi bocah gak bener lo?" tanya Hyli lalu berjalan menuju dapur untuk membuat sarapan. Tentu saja ucapan kakaknya itu secara langsung emnolak pengajuannya.

Lea mengerang kesal lalu menunduk.

"Kenapa?" tanya Viz membuat Lea mengembungkan pipinya.

"Semalem Lea mau ngerjain tugas seminggu yang belum selesai, tapi malah ketiduran."

Viz menghela nafas lalu mengambil ransel Lea dan memasukkan semua buku-bukunya, "sana mandi, siap-siap ke sekolah. Nanti juga harus anter Liana dulu kan?"

Lea menurut, ia berjalan menaiki tangga untuk sampai di kamarnya.

Ceklek

"Liana? Lo udah bangun?" Lagi-lagi pertanyaan bodoh itu keluar dari mulut Lea saat ia jelas-jelas menatap gadis itu baru keluar dari kamar mandi.

Leana And 7 Crazy BoysWhere stories live. Discover now