Bab LVII

4.9K 437 14
                                    

[57. She's Gone...]

TERHITUNG sudah 13 kali orang itu datang kesini selama dua minggu ini. Mobil hitam itu terparkir dengan rapi di parkiran rumah sakit, lalu seseorang berkacamata hitam keluar dari sana.

River mendengus ketika ponsel di sakunya lagi-lagi bergetar, menampilkan puluhan notifikasi pesan dari nomor bernamakan Abim.

Dan River yakin isinya sama seperti kemarin-kemarin, teror yang menyuruhnya kembali ke kantor untuk urusan pekerjaan.

Tidak penting, itulah yang ada di pikiran River saat ini. Tentu saja segalanya menjadi tidak penting, karena kini River hanya mementingkan sang putri tidur di hidupnya.

River melempar ponselnya itu ke jok mobil, lalu menutup pintu dengan agak kesal. Ia berbalik lalu berjalan memasuki geudng rumah sakit, dengan langkah tegapnya dan raut wajah datar yang sedikit sombongnya..

Dan tentu seperti biasanya, ia terlihat tampan meski penampilannya saat ini biasa saja. Hanya t-shirt hitam dengan sweatpants hitam, plus kacamatanya yang tetap ia pakai meski ini di dalam ruangan.

Namun.., penampilan boleh biasa, tapi soal harga? Mungkin cuma bisa buat beli satu motor saja.

River menatap arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, pukul 09 pagi. Ia cukup percaya diri dan merasa tenang saat ini, karena yakin keenam- eh kelima cowok itu sibuk dengan kesibukan masing-masing.

Empat sekolah satu kerja.

Ceklekk

Sebelum tangan River terangkat untuk meraih knop, pintu itu lebih dulu terbuka, menampilkan seorang gadis yang terdiam saat melihat seseorang di depannya.

"Mau jenguk Lea?" tanya Liana pelan lalu bergeser agar tak menghalangi jalan.

Setahu Liana, dia adalah River.., cukup terkenal di kalangan anak-anak Calzara meski di sekolah jarang terlihat kehadirannya.

Dan River adalah orang yang sering menjenguk Lea, mungkin satu hari sekali. Tapi meski begitu, menjenguknya bisa sampai berjam-jam, hebatnya River tak pernah terlihat bosan walaupun hanya terus menatap Lea yang hanya diam tak bergerak di atas brankar.

"Gak ada orang lain yang jaga?" tanya River, melangkah masuk lalu berjalan menuju brankar tempat seorang gadis yang ia rindukan terbaring.

"Kak Viz udah manggil pelayan di rumah buat kesini," ucap Liana, arah pandangnya mengikuti gerak laki-laki yang kini membuka kacamatanya itu.

"Cewek yang kemarin kemana? Yang sipit itu," tanya River membuat Liana mengeritkan dahi lalu tersenyum tipis saat mengerti.

"Udah pulang lagi, ke Jepang."

River mengangguk-ngangguk, lalu tangannya bergerak, meraih tangan lembut Leana lalu mengusapnya pelan.

"Lo mau kemana?" River bertanya, tanpa mau repot-repot menoleh.

"Ah iya, gue harus pergi sekarang nih. Titip Lea ya?" ucap Liana, melirik jam yang menggantung di dinding lalu terdiam.

"River 'kan?"

River menoleh, menatap Liana tanpa ekspresi. Sebenarnya sangat sulit baginya untuk menahan emosi saat berinteraksi dengan gadis ini.., mengingat dia adalah penyebab Lea terpuruk karena sebuah artikel sialan yang terpublikasi.

"Titip Lea ya, jangan macem-macem lo sama dia," peringat Liana membuat River memutar bola matanya malas.

Liana terdiam, lalu menatap Leana yang tetap betah memejamkan matanya dengan selang oksigen yang membantu nafasnya itu.

Leana And 7 Crazy BoysWhere stories live. Discover now