Bab XVI

6.5K 485 2
                                    

[16. River]

LANGIT semakin menggelap, udara dingin semakin pekat, dan jarum jam pun terus bergerak. Tepat saat kedua jarum jam menunjuk ke angka dua belas, mata itu kembali terbuka, tubuhnya terlihat tersentak sebelum akhirnya mendudukkan diri di atas kasurnya.

Netra coklat yang di milikinya menerawang, menatap sekitarnya. Hingga akhirnya ia menoleh, menatap Liana yang telah tertidur nyenyak. Pantas saja tidak nyaman, ia lupa kalau malam ini harus berbagi ranjang dengan orang yang masih masuk golongan orang asing.

Sesaat setelah berpikir sejenak, matanya kembali melebar, mengingat sesuatu yang langsung membuatnya menyibak selimut tiba-tiba.

"Astaga.., lupa."

Lea menuruni kasur dengan hati-hati lalu berjalan cepat menuju meja belajarnya. Mengambil tiga buah buku beragam ukuran lalu membukanya, benar saja, soal-soal yang ada di sana belum tersentuh coretan tinta sedikit pun.

"Mampus, tugas selama seminggu belum dikerjain," monolog Lea kemudian menarik ransel berisi buku-buku milikbya sebelum akhirnya berjalan keluar kamar dengan tergesa-gesa.

Langkah kakinya memelan sebelum akhirnya berhenti di lorong kamar, kira-kira siapa yang harus ia mintai tolong untuk mengerjakan tugas ya?

Viz? Sepertinya Lea tertalu merepotkan kakaknya itu hari ini.

Hyli? Tidak, dia pasti bakal marah-marah.

Sovi? Sepertinya bisa.

Iaros? Ia tak berani tengah malam gini ke kamarnya.., bisa-bisa dia menyenggol sesuatu lalu kesurupan.

Lavi? Ia tak mau ramedial.

Gilgey? Lea tidak ingin nilainya nol semua.

"Oke kak Sovi aja—"

"Lea."

"Astaga!" Lea terperanjat kaget saat seseorang memegang bahunya.

"Kak Lavi!! Ngagetin aja," ucap Lea membuat Lavi meletakan telunjuk di bibirnya.

"Jangan berisik," bisik Lavi membuat mata Lea memicing.

Lea mengendus pelan, bau parfum perempuan menempel samar di tubuh kakaknya itu, "cih, dasar playboy."

"Dari pada lo, ga laku," ejek Lavi membuat Lea menatapnya tajam.

"Jangan mainin cewek, adek lo ini juga cewek tau," ucap Lea kemudian berlari kecil memasuki kamar Sovi.

Lea menutup kembali pintu, menoleh dan mendapati Sovi yang sudah tertidur pulas dengan piyama hitamnya, couple dengan Lea.

"Kak Pii," panggil Lea, berbisik.

Kasur itu berderit pelan saat tubuh kecilnya merangkak naik, sebelum akhirnya mendekati sang kakak yang tampak pulas di alam mimpi.

"Kak Sovii," panggil Lea lagi membuat Sovi melenguh.

"Hm? Apa dek?" gumam Sovi membuka matanya perlahan dan menatap Lea sayu.

Tentu saja melihat ekspresi Sovi yang tak biasa, membuat Lea mengerutkan dahi. Menempelkan punggung tangan di atas dahi kakaknya, membuatnya merasakan suhu tubuh yang sedikit hangat.

"Kak Pii sakit ya?" tanya Lea dengan tangan bergerak melemparkan ranselnya ke sofa.

Sovi mendudukan dirinya di atas kasur lalu tersenyum tipis, "kak Pii gapapa, kamu mau apa?"

Lea menggeleng ,"Lea gapapa, sekarang Kak Pii istirahat aja."

Lea menidurkan kembali Sovi lalu menyelimutinya hingga leher. Dan setelah mengucapkan selamat malam, Lea memilih keluar dari kamar Sovi sebelum akhirnya kembali terdiam linglung di lorong.

Leana And 7 Crazy BoysWhere stories live. Discover now