Bab XXXII

5.8K 520 166
                                    

Vote dulu cepatt!

__________

[32. Detective 2]

UCAPAN membingungkan yang tadi didengarnya itu sudah mampu membuatnya terdiam, berpikir keras dengan dahi mengerut dan alis menukik. Matanya menajam, kemudian menarik senyum sinis.

"Gue?"

"Ngerebut posisi Liana?"

Berdecih pelan. "Ngimpi, emang itu cewek punya apa sampe gue rebut posisi dia."

Mulut dan raut wajah Lea memang terlihat sinis, tapi jauh di lubuh hatinya ia cukup merasa was-was. Dengan pikiran yang membuat kepalanya pening saat mencari tau arti Ngerebut dalam ucapan Aglis.

"Bodo ah."

Lea berbalik, melangkah pergi lalu terdiam ketika teringat sesuatu. "Kenapa gue nggak cari tau lagi semuanya.., kalo dalam kondisi gak keliatan gini.., gak akan pernah ketauan 'kan?"

"Bego, kenapa gak kepikiran."

Lea melirik Liana sekilas lalu bergegas pergi, ia akan mencari tau semuanya hari ini.

____

Katanya, keluarga yang bahagia itu adalah keluarga yang saling percaya, saling peduli, saling mencintai, dan saling berbagi. Seperti yang sering kita dengar, bahagia itu sederhana tetapi.., mendapatkan kebahagiaan itu tak selalu sederhana.

"Wah, ganteng. Pasti orangtuanya juga cakep ya?"

Cowok yang memakai topi hitam itu hanya tersenyum tipis menanggapi pujian dari kasir, lalu pergi keluar toko roti dengan bergegas.

Ia menghela nafas pelan, lalu menatap langit yang tampak mendung dengan awan yang mulai menutup matahari.

Tak lama kini perhatiannya terpaku pada keluarga kecil yang terlihat bahagia, tertawa-tawa sambil memakan es krim bersama-sama.

Dia tidak iri, karena ia sudah pernah merasakannya.., tetapi itu dulu, dan ia tak berniat untuk merasakannya kembali.

Karena ia takut, ingatan mengenai kejadian itu ikut terulang.

Di mana televisi menyala, menampilkan berita tewasnya puluhan korban jiwa. Teriakan seorang wanita, dengan karirnya yang hancur dalam sekejap mata.., Juga seorang perempuan cantik, yang menenangkannya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

River tersenyum tipis lalu hendak melangkah pergi, tetapi sesaat ia menatap bangunan di depannya.

Gedung pengadilan..

—salah satu tempat yang ia benci.

Karena nama dari ketiga orang yang ia sayangi, diucapkan di tempat itu, yang membuatnya mendapatkan takdir yang buruk.

Ditinggalkan itu.., sudah seperti sebuah takdir untuknya.

___

Sore hari ini, gadis itu kembali memasuki ruangan yang beberapa minggu yang lalu ia masuki. Masih terasa sama, dingin dan sunyi. Cukup menyeramkan karena desain kamar yang klasik.


Lea terdiam, menatap sekitarnya. Mungkin ia tidak perlu waspada, karena tidak ada yang bisa melihatnya.., kecuali Iaros tentunya.


Mungkin Lea hanya perlu waspada pada kakak ke-empatnya itu.

Leana And 7 Crazy BoysWhere stories live. Discover now