Bab: IV

11.7K 614 4
                                    

[04. first time attending school]

LEA menarik bibirnya keatas lalu mendengus, mengapa ia jelek sekali dengan matanya yang sebab ini.

Matanya terlihat sebab karena semalam ia menangis, kantung matanya sedikit menghitam karena kurang tidur, dan yang paling buruk adalah... jerawat. Satu beban wajah itu muncul di dagu Lea, meskipun kecil dan tak terlalu terlihat, tetap saja ini mengganggu.

Ceklek

"Sarapan Le," kata Hyli sambil menghampiri Lea yang masih berkaca.

"Hei kenapa murung hm?" tanya Hyli membuat Lea menatap pantulan dirinya di cermin.

"Masih cantik kok, gapapa," lanjutnya dengan tangan kanan bertengger di atas kepala adiknya itu, menariknya mendekat.

"Enggak, ini mata nya jadi agak sipit terus muka Lea pucet banget, terus ini...arghh!" lirih Lea membuat Hyli menghela nafas.

"Masih cantik Leaaa, udah ayuk sarapan."

Lea tetap tak mau beranjak dari tempatnya, membuat Hyli menatap pantulan dirinya di cermin.

Semakin diperhatikan, Lea semakin merasa tidak melihat kesempurnaan pada dirinya. Tubuh gadis ini kurus bagai tulang berjalan meskipun dirinya itu suka makan banyak. Bahkan ia sering sakit hati karena pernah di ejek tulang berjalan oleh ibu-ibu saat jogging di komplek sebelah.

"Udah ah ayok ke bawah, udah pada nunggu," ucap Hyli sedikit kesal, sebelum akhirnya menarik Lea paksa lalu membawanya pergi.

Tubuh mungilnya dirangkul oleh Hyli menuju meja makan yang sudah ada beberapa kakaknya. Lea duduk di kursinya, lalu menatap Viz dan Iaros yang sedang menyajikan makanan untuk sarapan.

Tanpa sengaja Lea dan Viz berkontak mata, tentu saja dengan cepat Lea memutusnya. Ia sedikit merasa canggung setelah semalam.

"Lea mau berangkat sama siapa?" tanya Lavi yang melangkah mendekat dengan handuk kecil yang melingkar di lehernya, sebelum akhirnya ia memilih duduk di samping Lea yang membuat gadis itu dapat mencium aroma shampoo dari rambutnya.

"Kak Viz aja eh enggak, tunggu—"

"Yang paling tau info siapa?" tanya Lea membuat Iaros menatapnya setelah meletakan susu coklat di hadapan Lea.

"Info apa?" tanya Iaros.

"Biang gosip," jawab Lea membuat Sovi yang baru datang menyentil dahi nya.

"Apa gosip-gosip hm," Kata Sovi meletakan menggantungkan tas Lea di kepala kursi lalu meletakan sepatu hitam itu di depan kaki adiknya itu. Tau saja kalau Lea lupa menyiapkannya.

Gadis itu lalu memejamkan sebelah matanya ketika benda kenyal itu menempel di pipi kirinya, lalu menggerutu saat rambutnya juga di acak-acak oleh sang kakak ketiga tercinta.

"Kak jangan diminum! Itu coklat gue!" kesal Lea tetapi Lavi terus saja meneguknya hingga habis.

"Lapi singa! ngalah sama bocil coba," omel Hyli sambil berkacak pinggang. Kalau kata Lea mah, seperti emak-emak.

"Enak aja, gue bukan bocil!"

"Udah jangan ngomong terus,"

Bersamaan dengan sepiring panekuk yang diletakkan di hadapannya, Lea menunduk dalam saat Viz menunduk. Ia benar-benar masih merasa canggung pada kakak pertamanya ini, karena ia merasa pembahasan semalam itu belum selesai.

"Gimana?"

Pertanyaan Viz membuat Lea mengangkat kepala lalu tersenyum paksa.

"Udah gapapa kok," ucap Lea sambil menyengir lebar, menampilkan gigi atasnya yang sedikit tidak rapi. Sejak kecil, gigi bagian atas Lea memang tidak rapi tetapi ia tak mau memakai kawat gigi, ia merasa tak cocok.

Leana And 7 Crazy BoysWhere stories live. Discover now