Bab LILX

4.7K 494 25
                                    

[59. Wake Up.]

MALAM semakin larut, tetapi beberapa orang itu masih terjaga. Berdiri di depan pintu sebuah ruang rawat, hingga salah satu dari mereka mendudukan diri di kursi.

River menatap malas Viz yang terus berdiri dan menatap pintu kamar rawat Leana dengan khawatir, lalu River memutar bola mata dan memainkan kembali ponselnya.

Disana Lavi menggaruk pelipis lalu meringis, "sumpah.., gue gak ngerti lo ngomong apa nyet."

Iaros memutar bola mata, panjang lebar menjelaskan dan adiknya ini belum mengerti juga, benar-benar hanya membuang tenaga.

By the way, berbicara itu melelahkan bagi seorang pendiam seperti Iaros.

Viz yang berdiri di samping Lavi juga merasakan yang sama dengan si kapten basket itu, otaknya sama sekali tak bisa mencerna apapun. Apa yang dikatakan Iaros dan River, sama sekali tak masuk akal karena tak ada bukti yang bisa menjelaskannya.

"Oke, gue ngerti." Sontak mereka menatap laki-laki yang mengucapkan itu.

Hyli mendengus lalu mengetuk dahinya dengan bangga. "I'm special, bro."

Lavi memutar bola mata malas saat melihat ekspresi sombong Hyli, tentu saja kemampuan aneh itu membantu sang kakak.

"Tunggu, River, lo juga indigo?" tanya Lavi, menatap laki-laki yang duduk di kursi sambil menyilangkan kaki.

"Gak, gue cuma bisa liat Leana," jawab River, tanpa mau repot-repot mengalihkan pandangan dari ponselnya.

Hyli terdiam lalu sebuah ingatan muncul ke otaknya.

"Ah gue inget, si Bima katanya pernah liat arwah yang mirip Lea! Tapi.., gue masih gak percaya sih," ucap Hyli.

"Tau ah pusing, bodo amat. Gue mah yang penting Lea bangun, udah gitu aja," ucap Lavi lalu memilih duduk di samping River.

Suara knop pintu yang digerakkan terdengar, pintu putih itu terbuka dengan seorang dokter dan dua perawat yang keluar dari sana, membuat Viz menghampiri mereka.

"Gimana?" tanya Viz dengan raut wajah tanpa emosinya.

"Pasien sempat mengalami henti jantung, tapi untuknya kini kembali berdetak dengan normal." Dokter itu menjelaskan dengan nada yang tenang.

"Nafas pasien kembali melemah sehingga kami kembali memasang alat bantu pernafasannya."

Pikiran-pikiran negatif itu menghilang, tapi tak dapat membuat kecemasan seorang Viz mereda.

Sejak dimana suara nyaring memenuhi indra pendengarannya, dengan Lavi yang sibuk menekan-nekan tombol untuk memanggil dokter, suasana hati Viz sama sekali tak bisa tenang.

Ditambah lagi mengenai cerita tak masuk akal dari adiknya dan juga laki-laki yang masih asing ini, sangat sulit di percaya. Leana? Menjadi arwah?.., apa-apaan.

Sementara itu Lavi yang mendengarkan pembicaraan dua orang manusia itu mendengus, lalu memilih berdiri dan berjalan begitu saja memasuki ruang rawat Lea.

Kini terdengar kembali suara khas dari mesin EKG itu, berbunyi lalu berhenti.., seperti sebelumnya.

Tak hanya Lavi, tapi River pun itu masuk mengikuti cowok jangkung itu, dengan tatapan yang langsung terpusat pada seorang gadis yang terbaring di atas brankar.

Leana And 7 Crazy BoysOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz