Prelude

10.1K 1K 444
                                    


Hati-hati dengan tangan kananku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hati-hati dengan tangan kananku. Sentuhannya menghidupkan kenangan, menyadap rahasia terdalam ... termasuk milik mereka yang sudah tiada.

Kuletakkan tangan di pangkuan dengan rapi. Sarung tanganku baru, dusty pink dengan pita kecil. Aku tidak suka warnanya. Tapi bahannya lembut dan nyaman. Khusus dipesan Tante Fang dari butik. Tidak murah. Untungnya mampu meredam serbuan kenangan yang tidak diinginkan.

"Clair ...." Tante Fang memanggilku dari seberang meja panjang.

Aku mendongak. Bahasa tubuhku bilang, aku-sudah-siap-bahkan-sejak-kemarin.

Tante Fang menyeringai singkat, dan mulai bersikap resmi sebagai Inspektur Polisi Satu (Iptu) Marie Faradila. Ia menepuk map di meja, meminta perhatian tiga orang yang duduk di sebelah kanan dan kirinya. "Baiklah, surat kesepakatan sudah ditandatangani. Segala sesuatu yang dibicarakan dan terjadi di sini, tidak keluar dari sini. Kalian tahu konsekuensinya kalau membocorkan keberadaan Clair. Terutama Nona Sylvana, sebagai advokat, bertanggung jawab menjamin perjanjian ini dipatuhi oleh klien Anda. Sekarang kita mulai."

Tante Fang tidak pernah berhenti membuatku kagum. Wanita jelang usia 30 tahun yang cantik, sigap, tegas, dan selalu dapat mengendalikan situasi secara profesional. Tidak lupa memamerkan senyum khas dengan taring kanan atas yang lebih panjang dari normal. Dari situlah nama "Fang" dipopulerkan, menggantikan "Fara". Walau hanya mereka yang benar-benar dekat saja yang berani memanggilnya demikian.

"Enggak usah terlalu formal, Fara, kita kan teman lama." Lelaki bernama Alamsyah tertawa, gugup. Istrinya tersipu. Sementara Advokat Sylvana mengangguk-angguk dengan dagu terangkat. Luar biasa profesi pengacara itu, sepertinya harus mampu melakukan dua hal bertentangan secara serempak.

"Justru karena kita teman lama," sahut Tante Fang datar. "Aku tidak tahu kalian seperti apa sejak lulus SMA hingga minggu lalu kita bertemu lagi. Kalian hanya beruntung, Clair mau membantu setelah kujelaskan masalah itu kepadanya."

Clair itu kode namaku, dan situasi seperti ini bukan yang pertama. Tugasku adalah mencari petunjuk, jejak, dan bukti yang tak kasatmata dalam kasus-kasus buntu. Aku bekerja secara rahasia karena bakatku sulit diterima nalar biasa. Masuk ke ranah paranormal, atau fiksi ilmiah, bagi sebagian orang. Aku seorang clairtangent, mampu menangkap peristiwa di masa lalu lewat sentuhan telapak tangan pada objek yang terlibat di dalamnya.

Prosesnya begini: Setiap objek, hidup atau mati, menyimpan "memori" tentang kejadian yang "dialaminya". Getaran memori itu bisa sangat kuat kalau keterlibatannya juga kuat. Telapak tanganku mampu menangkap getaran itu, lalu mengirimnya ke otak. Mata batinku pun terbuka dan melihat penampakan kejadian yang terekam si objek.

Freaky? Begitulah. Indigo dengan indra keenam? Bisa dibilang begitu. Tapi tidak ada kaitan sama sekali dengan dunia mistis dan makhluk-makhluk gaib.

CLAIR [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now